Bab 9 Memperkosa Anya
by Yenni Nio
11:28,Aug 23,2022
Anya melengkungkan bibirnya dan menatap mereka berdua sambil tersenyum.
Senyum itu tampak lembut tapi tidak mencapai bagian bawah matanya, malah memberikan aura dingin. Tidak ada jejak kepolosan murni ketika dia berada di keluarga Aristo.
Provokatif, benar-benar provokatif.
Hesti menggertakkan giginya dan menyapa orang-orang yang meletakkan hadiah dengan tersenyum. Setelah mereka pergi, senyumnya seketika menghilang, dia menatap Anya dengan ejekan.
"Jangan kamu kira karena keluarga Aristo kirim banyak hadiah, kamu bisa sombong."
"Ya, keluarga Aristo cuman mandang keluarga Kumala, gimana pun juga, kamu cuman menikahi orang cacat."
Anya terlalu malas untuk berurusan dengan mereka berdua jadi dia langsung mengatakan tujuan kedatangannya, "Udah enggak usah banyak mulut, aku udah nikah, jangan ingkari janjimu, aku mau lihat nenek!"
Mata Hesti berkilat dengan kebencian.
Gadis terkutuk ini, kenapa dia begitu berani!
Sekarang Anya berani menindas dirinya dan Lily, jika dia secara tidak sengaja membiarkannya mengambil alih kekuasaan, dia pasti akan menginjak-injak mereka.
Hesti mengubah matanya dan menjelaskan dengan nada berbeda, "Nenek enggak ada di rumah, kami udah kirim dia ke rumah sakit."
"Ya, kamu terlambat, nenek udah dikirim ke rumah sakit."
Lily juga memandang Anya dengan ekspresi puas, selama nenek masih di tangan mereka, Anya tidak akan berani bertindak apa pun!
Ekspresi Anya langsung menjadi dingin setelah mendengar ucapan mereka berdua.
Dia mengambil langkah ke arah mereka berdua dengan kakinya yang panjang dan ramping. Aura ganas di tubuhnya dilepaskan sekaligus, Hesti bahkan merasa tercekik untuk sementara waktu.
Matanya dengan tajam menyapu wajah mereka berdua satu per satu dan akhirnya berhenti pada wajah Hesti.
Dia tersenyum sedikit, nadanya tampak sedingin es, "Kalau gitu, biar aku lihat dia di rumah sakit. Kalau dia enggak ada, kamu bakal nyesel karena udah bohongin aku."
Mendengar itu, Hesti langsung bergidik.
Dia mengangkat tubuhnya dan berkata dengan suara gemetar, "Pihak rumah sakit bilang dia enggak bisa dikunjungi buat sementara waktu. Kenapa kamu enggak tinggal di sini dulu? Biar aku tanya dokter dulu kapan boleh dikunjungi?"
Hesti tidak percaya bahwa gadis desa ini mampu melakukan apa pun. Tatapan matanya barusan pasti hanya gertakan. Dia tidak bisa mentolerir gadis liar menginjak kepalanya.
Lily tidak tahu apa yang ibunya pikirkan, tapi dia juga setuju, "Ya, demi nenek, kamu harus dengerin dokter. Mending kamu nginap di rumah malam ini, mungkin rumah sakit besok udah bolehin buat jenguk nenek."
Tentu saja Lily mengatakan itu bukan untuk membiarkan dia melihat neneknya, tapi untuk pakaian Chanel dan tas buaya Hermes baru di tangannya.
Bagaimana gadis desa ini bisa memiliki sesuatu yang tidak dia miliki? Jika Anya menginap, semua ini akan menjadi miliknya secara alami!
Anya melihat ekspresi mereka, dia langsung tahu jika mereka memiliki niat buruk, tapi kebetulan dia juga ingin memeriksa situasi keluarga Kumala.
"Oke, awas aja kalau aku enggak bisa ketemu nenek besok."
Setelah mengatakan itu, Anya terlalu malas untuk meladeni mereka, jadi dia berbalik dan naik.
Melihat punggungnya saat naik ke atas, sudut mulut Hesti sedikit naik, sebuah senyum licik lewat.
...
Di tengah malam, cahaya redup dinyalakan di kamar tidur utama keluarga Kumala.
Di atas ranjang besar satin biru tua, seorang pria dan seorang wanita berpelukan dengan intim.
Jika Lily ada di sana, dia pasti akan berteriak keras, karena itu adalah ibunya dengan kepala pelayan, Adam Onsu.
Hesti berdiri perlahan, sambil mengenakan pakaiannya, dia memelototi pria di tempat tidur, "Aku kan udah bilang buat lebih lembut, gimana kalau kamu ninggalin jejak dan ketahuan?"
Adam berbaring malas, menyipitkan matanya yang cerdik dan berkata dengan acuh tak acuh, "Apa yang harus ditakutkan? Hendra enggak ada di sini, Lily juga enggak mungkin tau."
Ketika Hesti mendengar ini, dia mengerutkan kening dan memelintirnya, lalu berkata dengan marah, "Dia enggak ada di sini, tapi gadis liar itu lagi nginap di sini."
Ketika menyebut Anya, dia semakin menggertakkan giginya.
"Kamu juga lihat sendiri hari ini, jalang itu baru aja nikah sama keluarga Aristo selama beberapa hari, tapi dia udah berani ngomong sama dengan begitu arogan!”
Adam dipelintir begitu keras, begitu dia memikirkan wajah cantik Anya dan kulit putihnya yang indah matanya berbinar, "Mudah buat mengendalikan seorang gadis, cukup membiusnya dan merekam videonya, setelah itu dia pasti bakal patuh!"
“Oh, jadi kamu udah incar dia?” Hesti memelototi Adam dengan marah.
Adam buru-buru membujuk Hesti, "Mana mungkin? Dia bahkan belum dewasa dan menggoda kayak kamu, kalau gitu, cari orang aja buat perkosa dia."
Baru kemudian Hesti mengangguk puas, "Kamu enggak boleh khianati aku! Setelah jalang itu masuk perangkap, mari kita lihat seberapa arogannya dia!"
Adam tersenyum dan setuju dengan Hesti, dia segera menyerahkan obat yang sudah disiapkan kepada Hesti. Hesti buru-buru memberikan obat kepada Anya dan tidak bertanya kepada Adam dari mana obat itu berasal.
Senyum itu tampak lembut tapi tidak mencapai bagian bawah matanya, malah memberikan aura dingin. Tidak ada jejak kepolosan murni ketika dia berada di keluarga Aristo.
Provokatif, benar-benar provokatif.
Hesti menggertakkan giginya dan menyapa orang-orang yang meletakkan hadiah dengan tersenyum. Setelah mereka pergi, senyumnya seketika menghilang, dia menatap Anya dengan ejekan.
"Jangan kamu kira karena keluarga Aristo kirim banyak hadiah, kamu bisa sombong."
"Ya, keluarga Aristo cuman mandang keluarga Kumala, gimana pun juga, kamu cuman menikahi orang cacat."
Anya terlalu malas untuk berurusan dengan mereka berdua jadi dia langsung mengatakan tujuan kedatangannya, "Udah enggak usah banyak mulut, aku udah nikah, jangan ingkari janjimu, aku mau lihat nenek!"
Mata Hesti berkilat dengan kebencian.
Gadis terkutuk ini, kenapa dia begitu berani!
Sekarang Anya berani menindas dirinya dan Lily, jika dia secara tidak sengaja membiarkannya mengambil alih kekuasaan, dia pasti akan menginjak-injak mereka.
Hesti mengubah matanya dan menjelaskan dengan nada berbeda, "Nenek enggak ada di rumah, kami udah kirim dia ke rumah sakit."
"Ya, kamu terlambat, nenek udah dikirim ke rumah sakit."
Lily juga memandang Anya dengan ekspresi puas, selama nenek masih di tangan mereka, Anya tidak akan berani bertindak apa pun!
Ekspresi Anya langsung menjadi dingin setelah mendengar ucapan mereka berdua.
Dia mengambil langkah ke arah mereka berdua dengan kakinya yang panjang dan ramping. Aura ganas di tubuhnya dilepaskan sekaligus, Hesti bahkan merasa tercekik untuk sementara waktu.
Matanya dengan tajam menyapu wajah mereka berdua satu per satu dan akhirnya berhenti pada wajah Hesti.
Dia tersenyum sedikit, nadanya tampak sedingin es, "Kalau gitu, biar aku lihat dia di rumah sakit. Kalau dia enggak ada, kamu bakal nyesel karena udah bohongin aku."
Mendengar itu, Hesti langsung bergidik.
Dia mengangkat tubuhnya dan berkata dengan suara gemetar, "Pihak rumah sakit bilang dia enggak bisa dikunjungi buat sementara waktu. Kenapa kamu enggak tinggal di sini dulu? Biar aku tanya dokter dulu kapan boleh dikunjungi?"
Hesti tidak percaya bahwa gadis desa ini mampu melakukan apa pun. Tatapan matanya barusan pasti hanya gertakan. Dia tidak bisa mentolerir gadis liar menginjak kepalanya.
Lily tidak tahu apa yang ibunya pikirkan, tapi dia juga setuju, "Ya, demi nenek, kamu harus dengerin dokter. Mending kamu nginap di rumah malam ini, mungkin rumah sakit besok udah bolehin buat jenguk nenek."
Tentu saja Lily mengatakan itu bukan untuk membiarkan dia melihat neneknya, tapi untuk pakaian Chanel dan tas buaya Hermes baru di tangannya.
Bagaimana gadis desa ini bisa memiliki sesuatu yang tidak dia miliki? Jika Anya menginap, semua ini akan menjadi miliknya secara alami!
Anya melihat ekspresi mereka, dia langsung tahu jika mereka memiliki niat buruk, tapi kebetulan dia juga ingin memeriksa situasi keluarga Kumala.
"Oke, awas aja kalau aku enggak bisa ketemu nenek besok."
Setelah mengatakan itu, Anya terlalu malas untuk meladeni mereka, jadi dia berbalik dan naik.
Melihat punggungnya saat naik ke atas, sudut mulut Hesti sedikit naik, sebuah senyum licik lewat.
...
Di tengah malam, cahaya redup dinyalakan di kamar tidur utama keluarga Kumala.
Di atas ranjang besar satin biru tua, seorang pria dan seorang wanita berpelukan dengan intim.
Jika Lily ada di sana, dia pasti akan berteriak keras, karena itu adalah ibunya dengan kepala pelayan, Adam Onsu.
Hesti berdiri perlahan, sambil mengenakan pakaiannya, dia memelototi pria di tempat tidur, "Aku kan udah bilang buat lebih lembut, gimana kalau kamu ninggalin jejak dan ketahuan?"
Adam berbaring malas, menyipitkan matanya yang cerdik dan berkata dengan acuh tak acuh, "Apa yang harus ditakutkan? Hendra enggak ada di sini, Lily juga enggak mungkin tau."
Ketika Hesti mendengar ini, dia mengerutkan kening dan memelintirnya, lalu berkata dengan marah, "Dia enggak ada di sini, tapi gadis liar itu lagi nginap di sini."
Ketika menyebut Anya, dia semakin menggertakkan giginya.
"Kamu juga lihat sendiri hari ini, jalang itu baru aja nikah sama keluarga Aristo selama beberapa hari, tapi dia udah berani ngomong sama dengan begitu arogan!”
Adam dipelintir begitu keras, begitu dia memikirkan wajah cantik Anya dan kulit putihnya yang indah matanya berbinar, "Mudah buat mengendalikan seorang gadis, cukup membiusnya dan merekam videonya, setelah itu dia pasti bakal patuh!"
“Oh, jadi kamu udah incar dia?” Hesti memelototi Adam dengan marah.
Adam buru-buru membujuk Hesti, "Mana mungkin? Dia bahkan belum dewasa dan menggoda kayak kamu, kalau gitu, cari orang aja buat perkosa dia."
Baru kemudian Hesti mengangguk puas, "Kamu enggak boleh khianati aku! Setelah jalang itu masuk perangkap, mari kita lihat seberapa arogannya dia!"
Adam tersenyum dan setuju dengan Hesti, dia segera menyerahkan obat yang sudah disiapkan kepada Hesti. Hesti buru-buru memberikan obat kepada Anya dan tidak bertanya kepada Adam dari mana obat itu berasal.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved