Bab 13 Kemarahan Xavier
by Karlinanovi
18:55,Aug 06,2023
Xavier beranjak dari duduknya, berjalan dengan sedikit sempoyongan akibat minuman yang ie tenggak. Perkataan kakaknya terus terngiang di dalam otak Xavier. Ada rasa yang menelusup dalam dada ketika Arshaka berbicara seperti itu. Rasa tidak rela membiarkan Nandini bersama pria lain, meskipun pria itu adalah kakaknya sendiri.
Namun, Xavier tidak bisa menjabarkan perasaannya saat ini. Dia merasa tenang kala melihat mata hazel itu menatapnya. Tapi ada rasa marah juga kala teringat dia adik dari Meylan. Perempuan yang sudah menorehkan luka yang begitu dalam di hatinya. Pria itu melangkah tegap menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu taman. Para bodyguard mengangguk kala bos mereka menghampiri.
"Siapa yang sudah memberitahukan keberadaanku di sini!" Ucap Xavier dingin.
Para bodyguard itu hanya terdiam dan menunduk. Mereka tidak berani walau hanya sekedar menatap bos mereka. Xavier menjelma bak seekor singa ketika ia sedang marah. Sama seperti saat ini, ia seolah-olah akan memangsa siapa saja yang berada di hadapannya.
"M--maaf t--tuan, k--kami t--terpaksa!" Ujar salah satu bodyguard itu.
"Kalian harus mendapatkan hukuman, atas sikap kalian yang sok tahu itu!" Desis Xavier.
Tanpa tedeng aling-aling Xavier memukul para bodyguardnya. Ia bahkan tak segan menginjak perut mereka. Inilah sifat jelek dari seorang Xavier meski ia baik, tapi terkadang ia tidak bisa mengendalikan emosinya.
Terlebih sejak kejadian di mana sang pengantin kabur. Emosinya semakin tidak bisa di kendalikan. Siapa saja yang melakukan kesalahan baik itu besar atau kecil, ia tak segan memberi pelajaran. Jangankan para bodyguardnya, Nandini saja yang notabene istrinya tak luput dari kemarahan seorang Xavier Romanov.
"Saya harap, setelah kejadian ini. Kalian tidak akan seenak kalian mengambil keputusan. Apapun yang menyangkut saya!" Xavier berucap begitu datar dan dingin. Lalu ia memasuki kuda besinya dan melajukan dengan kecepatan sedang.
Di tengah perjalanan, ia mengingat jika Nandini tadi pingsan. Dan Jordhan membawanya pergi.
Tut tut tut
"Ya hallo tuan!" Sapa seseorang di seberang telepon.
"Tolong kamu cari tahu di mana Jordhan membawa istriku! Lima menit dari sekarang!" Ucap Xavier yang langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari seberang sana.
Pria yang di suruh oleh Xavier hanya bisa menggerutu. Sebab jika sudah di beri tugas, bosnya itu tidak segan memberikan dirinya waktu yang begitu sangat singkat.
"Dia pikir mencari orang itu mudah? Mengapa dia tidak cari saja sendiri! Malah repot-repot menyuruhku!" Gerutu pria itu. Sedang asyik memaki bosnya tiba-tiba sebuah pesan masuk ke dalam gawainya.
[Jangan mengumpat! Apalagi memakiku! Kau akan tahu akibatnya!]
Deg!
Pria itu panik. Dia bahkan hampir melempar gawai mahalnya itu.
"Sial! Dia punya indera ke enam atau memang seorang cenayang! Bagaimana bisa dia tahu, jika aku sedang mengumpatnya!" Ucap pria itu kesal.
Lalu ia pun buku-buku keluar dari apartemennya. Jangan sampai membuat sang bos menunggu. Apalagi waktu yang dia berikan sungguh-sungguh sedikit.
Hari sudah larut, pria itu terpaksa mencari keberadaan kepala pelayan itu. Dia bingung harus kemana terlebih dahulu mencarinya. Tapi kemudian ia mendapatkan sebuah ide yang brilian.
"Kenapa aku tidak menelponnya? Ah dasar bodoh!" Makinya pada diri sendiri.
Tut tut tut
[Hallo.]
[Ya paman, ini aku! Bolehkah aku tahu paman membawa nona kemana?]
Hening. Jordhan tidak langsung menjawab pertanyaan pria yang menjadi tangan kanan tuannya itu.
[Paman!]
[Ah ya Tuan Bara, saya membawa nona ke rumah sakit x. ]
[Baik paman, terima kasih]
Lalu sambungan telepon itu pun berakhir. Jordhan di landa rasa khawatir. Ia takut jika tuannya kembali menyiksa Nandini. Tak berselang lama, setelah sambungan telepon itu berakhir. Seseorang membuka pintu dengan kasar dan keras.
Brakk
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved