Bab 6 Nyonya Besar.

by Lizbeth Lee 14:09,Oct 20,2023
“Hem,” jawab Nyonya Besar dengan singkat.

Wajahnya dingin, sedingin salju di Siberia, ia terlihat tidak terlalu menikmati suasana pesta malam ini. “Raj!! Apakah, tidak ada kabar apa pun dari Barcelona?” Sesuatu yang mengganggu pikiran dan hatinya akhirnya diungkapkannya kepada salah satu anak buah yang biasa menemaninya.

“Belum ada kabar apa pun Nyonya, saya sudah menghubungi mereka semua tapi belum ada balasan. Habis pesta ini selesai, saya berencana akan menghubungi Casandra, Nyonya,” lapor Raj dengan percaya diri.

“HABIS PESTA?! HABIS PESTA KATAMU?! Aku Bahkan tidak bisa menikmati pesta ini karena aku belum mendengar kabar apa pun dari Barcelona, Bodoh!” teriak sang Nyonya Besar lalu mengambil Pistol Glock di tasnya dan memasukkan moncol pistol itu ke mulut Raj dan DOR!

Otak-otak berceceran di ruangannya, membuat semua anak buah yang melihatnya bergidik ngeri. “Kau buang seonggok daging tak berguna ini, dan Kau!!! Akan menggantikan kedudukan si Tolol ini,” ucapnya sambil menunjukkan seringai kejam di wajah cantiknya.

Suara kuku dari kelima jemari lentik Sang Nyonya Besar beradu dengan meja kayu dihadapannya. Suara ketukan dari jemari itu bagikan suara penjemput kematian, irama dari setiap hentakkan kuku dan meja tiap kali beradu menjadikan suasana di sekitar mereka semakin mencekam. Nyonya Besar seperti sedang memanggil malaikat pencabut nyawa, malaikat yang baru saja merampas nyawa seseorang yang kini sedang terkapar kaku di atas karpet merah sang pemilik dengan kepala yang tak lagi berbentuk bulat.
Melainkan seperti buah pepaya matang yang terjatuh dari pohonnya dan menghantam batu besar di bawahnya.

Terlihat sangat mengerikan apalagi marmer putih yang tak dilapisi kerpet merah terlihat kotor akibat ceceran-ceceran otak yang berserakan di lantai. Tentu saja itu semakin membuat gugup para anak buah lainnya, mereka bahkan tidak berani menyeka wajah mereka akibat darah dari Raj yang terciprat saat ditembak beberapa menit yang lalu.

Sang Nyonya besar masih terdiam sambil sesekali meneguk wine pada gelas kristal Baccarat, tentu saja gelas ini dibelinya di Barcelona dengan harga yang sangat fantastis, senilai delapan ratus lima puluh euro. Semua itu dilakukannya hanya untuk merayakan bagaimana dia merasa sangat bahagia saat tau jika gadis muda yang bernama Claudia itu akhirnya jatuh di tangannya dan di tempatkan pada pusat prostitusi di Club Parradise.

Bahkan di hari pertama Claudia sampai di Club Parradise, Nyonya besar menyiksanya begitu sadis dengan merendamnya di air es hingga membuat Claudia terserang Hipotermia. Ketika diambang batas kemampuannya, Nyonya Besar memerintahkan dokter pribadinya untuk menyembuhkan Claudia secepat mungkin dan setelah sembuh Nyonya Besar kerap kali memerintahkan Sandra untuk menyewakan Claudia pada tamu-tamu khusus.

Yah, tamu khusus disini adalah para penjahat, mafia, maniak, bahkan seorang psikopat seperti tamu terakhirnya Claudia yang bernama Lalit. Nyonya besar begitu bahagia mengingat kembali kenangan di mana Claudia, dijambak membabi buta dengan seorang tamu yang sering dipanggil dengan sebutan Hades. Tamu yang satu ini hanya suka mengoleksi rambut dari perempuan-perempuan muda, namun hanya yang berambut coklat saja.

Tentu saja ketika melihat Claudia memiliki rambut coklat yang panjang membuatnya ingin mengambil secara paksa. Jika orang paada umunya hanya mengambil rambut dengan cara menggunting, berbeda dengan Hades yang akan mendapatkan sensasi nikmat ketika mendapat segenggam rambut coklat korbannya dengan cara menjambak membabi buta.

Semakin Ia berterik kesakitan semakin Hades bengis dan menjambak dengan brutal, bahkan karena kebrutalannya, kepala Claudia sampai berdarah. Akibat luka terkena kuku tajam sang maniak, semua itu disaksikan dengan kedua mata kepalanya Sang Nyonya Besar di balik kaca satu arah. Dia bahkan menikmati setiap aksinya Hades, sambil merokok dan meneguk White Wine terbaik dari Chardonnay, membuat kebahagiaannya semakin sempurna.

Namun kebahagiaannya itu kini sedikit meredup di kala sudah satu kali dua puluh empat jam, kelima para pengawalnya itu belum juga mengabari apa yang terjadi saat Lalit menyewa Claudia. Hasratnya untuk membuat Claudia menderita sangatlah tinggi, apa yang terjadi disana hingga membuat dia tidak ada kabar sama sekali kembali membuatnya gusar. Bukankah seharusnya sekarang dia sudah mendapatkan video rekaman cctv dari dalam kamar itu, dan jika sudah mendapatkan apa yang diinginkannya, Nyonya Besar bisa kembali ke bawah menikmati pesta yang dibuatnya.

Tapi karena tidak ada kabar sama sekali, semua kebahagiannya sirna. Menunggu adalah pekerjaan yang paling dibenci oleh Nyonya, oleh karena itulah Raj mati mengenaskan. Raj mati karena mengatakan menunggu acara pesta selesai baru Ia akan menghubungi Casandra dan seketika itu juga hasrat untuk menumpahkan darah seseorang, sangat tinggi dirasakan oleh Sang Nyonya Besar hingga membuatnya meledakkan kepala Raj tepat di hadapan semua anak buah intinya.

“Nabil!” panggil Nyonya Besar kepada salah satu anak buahnya yang berasal dari Mesir.

“Iya, Nyonya?” sahutnya sambil membungkuk hormat.

“Apakah kau akan diam saja melihat tubuh Raj tergeletak sini? Aku muak harus memerintah kalian semua. Apakah otak kalian semua harus aku keluarkan seperti aku mengeluarkan otaknya si goblok Raj ini?!” bentak Nyonya Besar membuat beberapa di antara kalang kabut segera mengangkat tubuh Raj yang sangat memprihatinkan.

Nabil juga segera menghubungi cleaning service yang bertugas untuk segera naik keatas dan mengganti karpet merah yang telah ternoda dengan darah itu dengan karpet merah yang baru. Nabil juga tentu saja, berinisyatif untuk menghubungi Sandra. Namun, beberapa kali menghubungi nomor Casandra tetap saja tidak ada respon dari si pemilik ponsel. “Apakah dia sedang sibuk?” gumam Nabil kebingungan, bisa-bisa nyawanya melayang jika ia membuat Nyonya besar marah dan gusar apalagi menunggu.

“Kenapa kau berkeringat, hah?!” desis Sang Nyonya Besar. Ia menikmati setiap ekspresi ketakutan yang diperlihatkan oleh Nabil.

“Nyonya, Casandra tidak mengangkat ponselnya. Aku akan menghubungi Tommy, Nyonya,” lapor Nabil menahan rasa gugupnya, sambil menyeka keringatnya yang berjatuhan sebesar biji jagung.

“Heemm ...,” jawab Nyonya Besar mulai jengah, dan kembali mengetuk-ngetuk jemari lentiknya pada meja di hadapannya.

Yang terdengar hanya beberapa kali nada tersambung hingga membuat Nabil semakin gelisah, saat Nyonya besar mulai mengambil sebuah koper hitam berisikan Pistol Desert Eagle yang memiliki sentuhan Titanium Gold, rasanya dia ingin kencing di celana saat itu juga. Senyuman sinis Nyonya Besar yang diperkirakan berumur empat puluh tahunan ini sungguh sangat mengerikan, dengan suaranya yang mendayu, Nyonya Besar berbicara entah kepada siapa, mungkin saja kepada siapa pun yang ada di dalam ruangan tersebut.

“Bukankah begitu cantik pistol Desert Eagle ku ini? Apakah, kalian tau pistol ini hanya ada beberapa ratus diproduksi dan disebarkan di seluruh dunia. Tentu saja, ini bukan hanya pistol Desert Eagle biasa, hanya yang memiliki sentuhan Titanium Gold dengan selongsong kaliber 440 Cor-Bon saja yang terbatas. Taukah kalian kalau dia bahkan memiliki Frame pada bagian pegangan tangan hingga pelatuk, dengan ukuran lebar dan recoil untuk menghentakkan peluru dengan sangat kuat. Aku, bahkan belum mencobanya, dan saat ini aku benar-benar ingin mencobanya,” ucapnya sambil mengusap-ngusap mesra lalu mengecup bagian pinggir moncong Desert Eagle miliknya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

128