chapter 16 Apa Lebih Baik Dilepas Saja
by Sean Kenneth
12:00,Jan 15,2024
"Selain Lapuk, ada obat-obatan apa lagi di rumahmu?"
Berkat kejadian dua hari terakhir ini, Feriko sadar bahwa Industri Obat-obatan Kota Anbu berada di bawah kekuasaan Keluarga Shangguan. Dengan demikian, mereka pasti memiliki cukup banyak obat-obatan yang langka.
Untuk selanjutnya, jika dia kekurangan obat-obatan tertentu, dia bisa langsung membelinya dari Roslin. Dengan demikian, dia bisa mengurangi kerepotannya. Daripada bos-bos itu tahu dia membelinya di pasaran, mereka akan selalu menggunakan berbagai cara untuk mendatanginya memberinya berbagai macam obat-obatan. Diusir bagaimanapun caranya, tetap saja tidak mau pergi. Mereka jauh lebih menyebalkan dari lalat yang mengerumuninya.
Cicil mengira, dia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat permintaan yang berlebihan. Karena, dia pun sudah memberinya kesempatan itu.
Tamu kehormatan Keluarga Shangguan!
Ada berapa banyak orang yang memimpikan hal itu.
Tetapi ternyata Feriko hanya menanyakan tentang obat-obatan?
Di dalam hatinya, Cicil menggeleng-gelengkan kepala.
Menurut Cicil pikiran Feriko terlalu kaku, dan dia tidak bisa melihat jauh ke depan. Meskipun dia memiliki sedikit teknik pengobatan, tetapi dia hanya bisa mencari nafkah di lapisan kelas bawah.
Akan tetapi, menurut Roslin, dia seperti menemukan sebuah harta karun.
Feriko menyelamatkan nyawanya, tetapi dia tidak mengajukan permintaan yang berlebihan.
Setelah tahu dirinya menjadi tamu kehormatan Keluarga Shangguan, Feriko juga tidak tampak kegirangan atau bersemangat.
Setelah dijebak Cicil untuk mengajukan permintaan, dia hanya meminta obat-obatan.
Orang ini tidak mementingkan ketenaran dan kekayaan. Sifatnya juga sangat blak-blakan. Sepertinya di seluruh Kota Anbu, tidak ada orang yang seperti ini.
Roslin melihat wajah tercengang Cicil, hatinya merasa lega, sekaligus merasa lucu.
"Ada banyak obat-obatan. Hanya saja, tidak tahu apa yang kamu sukai. Aku katakan dulu di awal. Jika ingin Lapuk, aku juga hanya memiliki dua batang ini. Ini adalah pemberian orang lain saat aku mengadakan upacara menjadi dewasa. Selain Lapuk, apa lagi yang kamu inginkan?"
Feriko langsung menyebutkan belasan nama obat dalam satu tarikan napas.
"Alangkah baiknya jika semua obat-obatan ini ada. Hanya da beberapa di antaranya juga cukup. Tentukanlah harganya, aku akan membayarnya sesuai tagihan yang ada."
Cicil mengira dia salah dengar.
"Tentukan harga? Bayar sesuai tagihan? Semua obat-obatan ini jika dijumlahkan, setidaknya mencapai ratusan juta Yuan. Kamu kita, apa kamu kira dua ratus ribu saja sudah cukup?"
Roslin juga merasa sedikit kecewa.
"Kakak Feriko... Kamu... kamu ingin aku tentukan harganya?"
Cicil tersenyum dingin, "Pasti kamu juga merasa sangat lucu! Orang bodoh ini jelas-jelas datang dari dunia yang berbeda dari kita. Dia tidak tahu apa-apa!"
Tetapi, mata Roslin dipenuhi dengan kekecewaan. Dia terus memandangi Feriko.
"Mengapa kamu begitu menganggapku sebagai orang asing?"
Cicil kebingungan.
Gadis ini sudah gila!
"Tidak bisa! Aku sudah berjanji untuk memberikannya padamu sebagai ucapan terima kasih!" Roslin berkata, "Sudah kuputuskan! Berhubung kamu menyukai obat-obatan, aku akan memberikan Kebun Obat Westin padamu!"
Feriko mengangkat alisnya karena kebiasaan. Dia menimbang di dalam benaknya, kebun obat? kedengarannya lumayan juga.
"Obat apa saja yang ada di dalamnya. Aku ingin melihatnya sekarang juga."
"Tidak perlu tergesa-gesa..." Roslin mendekat selangkah. Dia merangkul lengannya, "Hari ini, kamu belum melakukan pengobatan untukku..."
Dia sengaja melangkah cepat-cepat sambil menarik Feriko seorang dan kembali ke kamarnya. Dia mengunci pintunya dari dalam, lalu menutup tirai putihnya hingga menutupi jendela.
Sekarang, tidak ada pengganggu di sini. Penyakitnya, hari ini harus dirawat "baik-baik".
Dia membelakanginya, dan langsung melepaskan seluruh gaunnya. Meskipun gerakannya pelan, tetapi gerakannya sama sekali tidak ragu-ragu.
Wajah Roslin memerah, seperti sedang meneteskan darah.
Ini pertama kalinya dia melakukan tindakan yang begitu berani.
Apalagi terhadap pria yang belum lama dikenalnya.
Begitu gaunnya jatuh ke lantai, mata Feriko langsung terbelalak lebar.
Roslin sangat suka memakai gaun. Tetapi siapa sangka, di balik gaun wanita karir berwarna biru imperialnya itu, ternyata ada pakaian dalam hitam yang berenda-renda.
Dia memperhatikan, pakaian dalam itu sangat ketat...
Ukuran ini... sepertinya kurang tepat.
Kemarin dia baru saja selesai perawatan, kelihatannya belum sempat membeli yang baru.
"Terlalu kecil." Feriko menunjuk ke bagian depan dadanya dan berkata apa adanya.
Dia sama sekali tidak pernah merasa betapa menguntungkannya berpura-pura menjadi orang idiot.
Dia dapat bebas berbicara tanpa diketahui orang lain.
Roslin mengira, dia sedang mengatakan tentang bentuk tubuhnya. Dia terperanjat!
Begitu melirik ke bawah, dia baru sadar, ternyata pakaian dalamnya.
Dia merasa semakin malu.
"Jadi untuk pengobatan hari ini, benda ini... apakah tidak menghalangi? Apa lebih baik aku lepaskan saja, agar tidak mengganggu proses pengobatan."
Feriko hanya bisa menelan ludah, tetapi tatapan matanya sama sekali tidak bergerak.
"Tidak perlu..." Suaranya serak.
Jika dia sampai melepaskannya, dia tidak berani menjamin apa yang selanjutnya akan terjadi.
Berhubung pasien ini sangat kooperatif, sebaiknya dia merawatnya dengan "baik-baik".
…
Di sebuah sudut di Lorong Herba, sebuah lamborgini berwarna biru imperial sedang diparkir di sana.
Mobil itu menghadangi lorong yang sempit itu. Orang-orang yang lewat hanya bisa meliriknya. Ada yang cukup berani untuk membelalakan matanya ke arah mobil itu. Mereka ingin tahu, orang kurang itu tampangnya seperti apa. Akan tetapi, mereka segera ditarik menyingkir oleh teman-temannya.
"Apakah kamu tidak melihat bahwa mobil itu adalah mobil Lamborghini? Mahal tak terkita. Kita tidak akan sanggup menyinggung orang itu!"
DI dalam mobil, Jessy Ouyang sedang membelalakkan mata dengan marah ke arah orang-orang yang melewatinya di jalan.
"Dasar segerombolan mahluk miskin! Terserah saja di mana aku ingin memarkirkan mobilku! Aku beri kalian waktu 3 menit, selidiki di mana orang-orang itu tinggal! Aku akan segera membeli tempat tinggal mereka dan memarkirkan mobilku di atas reruntuhan rumah mereka!"
Pria yang duduk di bangku sebelahnya merasa sangat panik. Meskipun dia terlihat tidak sabar, tetapi, dia membujuknya dengan berhati-hati.
"Jessy, jangan memarahi orang-orang seperti itu. Mereka hanyalah semut-semut dari lapisan masyarakat bawah. Seumur hidup, mereka belum pernah melihat orang yang berwawasan tinggi. Mana mungkin mereka tahu apa-apa. Lagipula, jika keributan ini menjadi besar dan diketahui dewan direksi, sepertinya kurang baik..."
Pria yang berbicara itu bernama Ferry Gao, dan dia adalah salah satu anjing penjilat Jessy Ouyang.
Jessy perlahan menjadi tenang begitu mendengar kata "dewan direksi".
Meskipun dia adalah CEO, para rubah tua di barisan dewan direksi melihat bahwa dia hanyalah perempuan muda. Mereka sering sekali mencari-cari kesalahannya dan meminta pertanggungjawabannya atas masalah-masalah sepele.
"Anggap saja dia beruntung!" Jessy mendengus dingin, "Kamu memanggilku apa tadi? Jessy?"
Raut wajah Ferry Gao langsung berubah! Dia segera meminta maaf, "Maaf, Nona Ouyang, tadi aku merasa sangat cemas, maka aku sedikit lancang. Aku mohon jangan salahkan aku..."
Setelah lama menghabiskan waktu di sisi Jessy, dia tahu sekali apa saja yang bisa memancing amarahnya.
Selain anggora keluarga dan orang yang berhubungan sangat dekat dengannya, Jessy tidak pernah membiarkan siapapun memanggil namanya.
Dia melirik pria di sebelahnya dan melihat bahwa pria itu sedang menatapnya dengan lembut, dengan senyuman tersanjung di matanya, dan dia merasa sangat lega.
Keluarga Gao hanya dapat dianggap sebagai keluarga kelas dua di Kota Anbu, dan prestasinya hanya dari sebuah real estate.
Tapi Ferry adalah anjing pengikutnya yang paling bijaksana.
Jessy memiliki temperamen buru. Dia sering sekali meledak-ledak hanya karena hal sepele. Dalam keadaan mengamu, orang pasti akan melakukan banyak kesalahan.
Pada saat seperti itu, hanya Ferry yang bisa menasehatinya dan memberinya petunjuk yang tepat.
Karena nasehat-nasehat Ferry, sering kali Jessy terhindar dari berbagai kesalahan saat mengambil keputusan.
Kalau bukan karena itu, Jessy tidak akan membiarkan bocah dari keluarga kelas dua untuk mendampingi dirinya.
"Kamu cukup ada gunanya. Tiga hari lagi, pesta ulang tahun Kakek akan diselenggarakan. Jika sebelum itu kamu bisa menyelesaikan permasalahan seputar Lapuk, aku akan berinvestasi di tanah Keluarga Gao!"
Mata Ferry Gao berbinar!
"Jika ingin mencari Lapuk, maka, benda itu hanya ada di rumah Keluarga Shangguan."
Berkat kejadian dua hari terakhir ini, Feriko sadar bahwa Industri Obat-obatan Kota Anbu berada di bawah kekuasaan Keluarga Shangguan. Dengan demikian, mereka pasti memiliki cukup banyak obat-obatan yang langka.
Untuk selanjutnya, jika dia kekurangan obat-obatan tertentu, dia bisa langsung membelinya dari Roslin. Dengan demikian, dia bisa mengurangi kerepotannya. Daripada bos-bos itu tahu dia membelinya di pasaran, mereka akan selalu menggunakan berbagai cara untuk mendatanginya memberinya berbagai macam obat-obatan. Diusir bagaimanapun caranya, tetap saja tidak mau pergi. Mereka jauh lebih menyebalkan dari lalat yang mengerumuninya.
Cicil mengira, dia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat permintaan yang berlebihan. Karena, dia pun sudah memberinya kesempatan itu.
Tamu kehormatan Keluarga Shangguan!
Ada berapa banyak orang yang memimpikan hal itu.
Tetapi ternyata Feriko hanya menanyakan tentang obat-obatan?
Di dalam hatinya, Cicil menggeleng-gelengkan kepala.
Menurut Cicil pikiran Feriko terlalu kaku, dan dia tidak bisa melihat jauh ke depan. Meskipun dia memiliki sedikit teknik pengobatan, tetapi dia hanya bisa mencari nafkah di lapisan kelas bawah.
Akan tetapi, menurut Roslin, dia seperti menemukan sebuah harta karun.
Feriko menyelamatkan nyawanya, tetapi dia tidak mengajukan permintaan yang berlebihan.
Setelah tahu dirinya menjadi tamu kehormatan Keluarga Shangguan, Feriko juga tidak tampak kegirangan atau bersemangat.
Setelah dijebak Cicil untuk mengajukan permintaan, dia hanya meminta obat-obatan.
Orang ini tidak mementingkan ketenaran dan kekayaan. Sifatnya juga sangat blak-blakan. Sepertinya di seluruh Kota Anbu, tidak ada orang yang seperti ini.
Roslin melihat wajah tercengang Cicil, hatinya merasa lega, sekaligus merasa lucu.
"Ada banyak obat-obatan. Hanya saja, tidak tahu apa yang kamu sukai. Aku katakan dulu di awal. Jika ingin Lapuk, aku juga hanya memiliki dua batang ini. Ini adalah pemberian orang lain saat aku mengadakan upacara menjadi dewasa. Selain Lapuk, apa lagi yang kamu inginkan?"
Feriko langsung menyebutkan belasan nama obat dalam satu tarikan napas.
"Alangkah baiknya jika semua obat-obatan ini ada. Hanya da beberapa di antaranya juga cukup. Tentukanlah harganya, aku akan membayarnya sesuai tagihan yang ada."
Cicil mengira dia salah dengar.
"Tentukan harga? Bayar sesuai tagihan? Semua obat-obatan ini jika dijumlahkan, setidaknya mencapai ratusan juta Yuan. Kamu kita, apa kamu kira dua ratus ribu saja sudah cukup?"
Roslin juga merasa sedikit kecewa.
"Kakak Feriko... Kamu... kamu ingin aku tentukan harganya?"
Cicil tersenyum dingin, "Pasti kamu juga merasa sangat lucu! Orang bodoh ini jelas-jelas datang dari dunia yang berbeda dari kita. Dia tidak tahu apa-apa!"
Tetapi, mata Roslin dipenuhi dengan kekecewaan. Dia terus memandangi Feriko.
"Mengapa kamu begitu menganggapku sebagai orang asing?"
Cicil kebingungan.
Gadis ini sudah gila!
"Tidak bisa! Aku sudah berjanji untuk memberikannya padamu sebagai ucapan terima kasih!" Roslin berkata, "Sudah kuputuskan! Berhubung kamu menyukai obat-obatan, aku akan memberikan Kebun Obat Westin padamu!"
Feriko mengangkat alisnya karena kebiasaan. Dia menimbang di dalam benaknya, kebun obat? kedengarannya lumayan juga.
"Obat apa saja yang ada di dalamnya. Aku ingin melihatnya sekarang juga."
"Tidak perlu tergesa-gesa..." Roslin mendekat selangkah. Dia merangkul lengannya, "Hari ini, kamu belum melakukan pengobatan untukku..."
Dia sengaja melangkah cepat-cepat sambil menarik Feriko seorang dan kembali ke kamarnya. Dia mengunci pintunya dari dalam, lalu menutup tirai putihnya hingga menutupi jendela.
Sekarang, tidak ada pengganggu di sini. Penyakitnya, hari ini harus dirawat "baik-baik".
Dia membelakanginya, dan langsung melepaskan seluruh gaunnya. Meskipun gerakannya pelan, tetapi gerakannya sama sekali tidak ragu-ragu.
Wajah Roslin memerah, seperti sedang meneteskan darah.
Ini pertama kalinya dia melakukan tindakan yang begitu berani.
Apalagi terhadap pria yang belum lama dikenalnya.
Begitu gaunnya jatuh ke lantai, mata Feriko langsung terbelalak lebar.
Roslin sangat suka memakai gaun. Tetapi siapa sangka, di balik gaun wanita karir berwarna biru imperialnya itu, ternyata ada pakaian dalam hitam yang berenda-renda.
Dia memperhatikan, pakaian dalam itu sangat ketat...
Ukuran ini... sepertinya kurang tepat.
Kemarin dia baru saja selesai perawatan, kelihatannya belum sempat membeli yang baru.
"Terlalu kecil." Feriko menunjuk ke bagian depan dadanya dan berkata apa adanya.
Dia sama sekali tidak pernah merasa betapa menguntungkannya berpura-pura menjadi orang idiot.
Dia dapat bebas berbicara tanpa diketahui orang lain.
Roslin mengira, dia sedang mengatakan tentang bentuk tubuhnya. Dia terperanjat!
Begitu melirik ke bawah, dia baru sadar, ternyata pakaian dalamnya.
Dia merasa semakin malu.
"Jadi untuk pengobatan hari ini, benda ini... apakah tidak menghalangi? Apa lebih baik aku lepaskan saja, agar tidak mengganggu proses pengobatan."
Feriko hanya bisa menelan ludah, tetapi tatapan matanya sama sekali tidak bergerak.
"Tidak perlu..." Suaranya serak.
Jika dia sampai melepaskannya, dia tidak berani menjamin apa yang selanjutnya akan terjadi.
Berhubung pasien ini sangat kooperatif, sebaiknya dia merawatnya dengan "baik-baik".
…
Di sebuah sudut di Lorong Herba, sebuah lamborgini berwarna biru imperial sedang diparkir di sana.
Mobil itu menghadangi lorong yang sempit itu. Orang-orang yang lewat hanya bisa meliriknya. Ada yang cukup berani untuk membelalakan matanya ke arah mobil itu. Mereka ingin tahu, orang kurang itu tampangnya seperti apa. Akan tetapi, mereka segera ditarik menyingkir oleh teman-temannya.
"Apakah kamu tidak melihat bahwa mobil itu adalah mobil Lamborghini? Mahal tak terkita. Kita tidak akan sanggup menyinggung orang itu!"
DI dalam mobil, Jessy Ouyang sedang membelalakkan mata dengan marah ke arah orang-orang yang melewatinya di jalan.
"Dasar segerombolan mahluk miskin! Terserah saja di mana aku ingin memarkirkan mobilku! Aku beri kalian waktu 3 menit, selidiki di mana orang-orang itu tinggal! Aku akan segera membeli tempat tinggal mereka dan memarkirkan mobilku di atas reruntuhan rumah mereka!"
Pria yang duduk di bangku sebelahnya merasa sangat panik. Meskipun dia terlihat tidak sabar, tetapi, dia membujuknya dengan berhati-hati.
"Jessy, jangan memarahi orang-orang seperti itu. Mereka hanyalah semut-semut dari lapisan masyarakat bawah. Seumur hidup, mereka belum pernah melihat orang yang berwawasan tinggi. Mana mungkin mereka tahu apa-apa. Lagipula, jika keributan ini menjadi besar dan diketahui dewan direksi, sepertinya kurang baik..."
Pria yang berbicara itu bernama Ferry Gao, dan dia adalah salah satu anjing penjilat Jessy Ouyang.
Jessy perlahan menjadi tenang begitu mendengar kata "dewan direksi".
Meskipun dia adalah CEO, para rubah tua di barisan dewan direksi melihat bahwa dia hanyalah perempuan muda. Mereka sering sekali mencari-cari kesalahannya dan meminta pertanggungjawabannya atas masalah-masalah sepele.
"Anggap saja dia beruntung!" Jessy mendengus dingin, "Kamu memanggilku apa tadi? Jessy?"
Raut wajah Ferry Gao langsung berubah! Dia segera meminta maaf, "Maaf, Nona Ouyang, tadi aku merasa sangat cemas, maka aku sedikit lancang. Aku mohon jangan salahkan aku..."
Setelah lama menghabiskan waktu di sisi Jessy, dia tahu sekali apa saja yang bisa memancing amarahnya.
Selain anggora keluarga dan orang yang berhubungan sangat dekat dengannya, Jessy tidak pernah membiarkan siapapun memanggil namanya.
Dia melirik pria di sebelahnya dan melihat bahwa pria itu sedang menatapnya dengan lembut, dengan senyuman tersanjung di matanya, dan dia merasa sangat lega.
Keluarga Gao hanya dapat dianggap sebagai keluarga kelas dua di Kota Anbu, dan prestasinya hanya dari sebuah real estate.
Tapi Ferry adalah anjing pengikutnya yang paling bijaksana.
Jessy memiliki temperamen buru. Dia sering sekali meledak-ledak hanya karena hal sepele. Dalam keadaan mengamu, orang pasti akan melakukan banyak kesalahan.
Pada saat seperti itu, hanya Ferry yang bisa menasehatinya dan memberinya petunjuk yang tepat.
Karena nasehat-nasehat Ferry, sering kali Jessy terhindar dari berbagai kesalahan saat mengambil keputusan.
Kalau bukan karena itu, Jessy tidak akan membiarkan bocah dari keluarga kelas dua untuk mendampingi dirinya.
"Kamu cukup ada gunanya. Tiga hari lagi, pesta ulang tahun Kakek akan diselenggarakan. Jika sebelum itu kamu bisa menyelesaikan permasalahan seputar Lapuk, aku akan berinvestasi di tanah Keluarga Gao!"
Mata Ferry Gao berbinar!
"Jika ingin mencari Lapuk, maka, benda itu hanya ada di rumah Keluarga Shangguan."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved