Bab 3: Bisakah Aku Menyanyikan Laguku Sendiri?

by Jazz Amburcy 22:00,Feb 20,2025
Di atas panggung, Freya menyanyikan lagu demi lagu dan para penggemar berulang kali merespons dengan antusias.

Usai membawakan lagu bernada tinggi yang penuh emosi dan memamerkan keindahan suaranya, konser pun mencapai klimaksnya!

Saat itu, Freya meraih sebotol air mineral dari kru, membasahi kerongkongannya yang kering, dan mengambil napas sejenak.

Freya dijuluki "paru-paru besi" di dunia hiburan. Akan tetapi, setelah menyanyikan belasan lagu tanpa henti, dia tetap merasa lelah!

Namun, setiap konser umumnya memiliki sesi interaktif agar penyanyi bisa beristirahat sejenak. Konser Freya pun tak terkecuali.

Mengingat rencana yang sudah disiapkan, Freya mengambil mikrofon dan berkata, "Pada sesi berikutnya, aku akan mengundang penonton yang beruntung untuk menyanyikan salah satu laguku. Kalau kalian bisa menyanyikan satu lagu penuh, kalian akan mendapatkan album baru yang telah aku tanda tangani!"

"Ah!" Penggemar yang ada di kerumunan langsung berteriak gembira!

"Seperti biasa, angka-angka di layar besar akan bergulir secara acak, dan lima digit terakhir akan menjadi nomor kursi penonton yang beruntung!"

Saat Freya selesai berbicara, semua orang menahan napas. Tina menggenggam tangan dengan erat dan menatap layar besar dengan ekspresi penuh semangat!

Bisa bernyanyi di atas panggung yang sama dengan idola mungkin adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak oleh setiap penggemar di dunia!

Di layar besar di kedua sisi panggung, angka-angka berhenti satu per satu.

"1"

"0"

"0"

Saat tiga digit pertama terkunci, sorak sorai keras datang dari area VIP!

Nomor kursi yang dimulai dengan 100 hanya akan muncul di area VIP, jadi peluang untuk menang meningkat tajam!

Mereka bernafas dengan cepat, detak jantung mereka semakin cepat!

"8 ... 6!" Akhirnya, Freya menyebutkan dua digit terakhir!

"10086! Kameramen, tolong ambil gambar untuk teman kita dengan nomor kursi 10086. Mari beri tepuk tangan yang meriah!"

Di tengah tepuk tangan dan sorakan, wajah Leonardi yang sangat tampan muncul di layar besar!

Tina yang duduk di samping Leonardi hanya bisa menganga dan memandangnya dengan kaget. Kemudian, Tina cepat-cepat melihat wajah yang sudah dikenalnya di layar besar. Dia begitu terkejut hingga tak bisa berkata apa-apa!

Leonardi sendiri juga terkejut!

Dengan peluang satu banding sepuluh ribu, dia berhasil mendapatkan kesempatan emas ini!

Tak lama kemudian, seorang staf berlari dengan mikrofon dan memberikannya kepada Leonardi.

Meskipun Leonardi sedang mabuk, dia masih cukup sadar, jadi tentu saja dia sedikit merasa canggung.

Sebagai seorang penyanyi di kehidupan sebelumnya, dia sudah melalui berbagai macam badai dan ombak, jadi dia tentu saja tidak takut tampil di panggung. Yang memalukan baginya adalah ... dia tidak bisa menyanyikan lagu Freya!

Ekspresi Leonardi membuat penonton tertawa.

"Pria itu lumayan juga!"

"Lihat, wajahnya memerah. Apa dia malu? Hahaha!"

"Ah, habis sudah, sepertinya aku jatuh cinta!"

Terdengar bisikan-bisikan di kerumunan.

Freya memandang Leonardi di layar dengan senyum, perasaannya sangat senang.

Dengan penggemar setampan ini, pertunjukan pasti akan lebih seru!

"Haha, dia sepertinya agak pemalu ..."

"Jangan malu, anggap saja kita keluarga. Kita semua bagian dari keluarga besar! Ayo! Mari beri tepuk tangan dan dukung dia, ya?"

Leonardi tersenyum putus asa. Di tengah riuhnya suara tepuk tangan, dia berdiri dan berjalan ke panggung.

Dia melihat kerumunan orang yang banyak, kemudian menghirup udara panas yang disebabkan oleh lampu-lampu yang bersinar lama. Ekspresinya tampak rumit.

Akhirnya, dia kembali ke atas panggung ...

Di sampingnya, Freya yang anggun dan memesona tersenyum dan dengan sukarela memulai percakapan, "Teman kita ini sangat berani! Bagaimana rasanya berdiri di panggung?"

Leonardi mengangkat mikrofon dan berkata, "Rasanya luar biasa!"

Begitu Leonardi membuka mulut, Freya mencium bau alkohol yang kuat. Dia terkejut dan bertanya, "Apa kamu minum alkohol sebelum naik ke panggung?"

Leonardi berkata dengan santai, "Alkohol membuat pengecut jadi berani!"

Penonton tertawa dan Freya juga tersenyum sambil menutup mulutnya, "Sepertinya aku meremehkan kemampuan beradaptasi pemuda tampan ini. Kalau begitu, aku akan bertanya beberapa pertanyaan sederhana dulu."

Leonardi mengangguk.

"Siapa namamu?"

"Leonardi."

"Kalau boleh tahu arti namamu?"

"Namaku berasal dari bahasa Italia yang berarti singa pemberani. Bisa juga diartikan sebagai sosok yang kuat, berani, dan selalu melindungi orang-orang yang dicintainya," Leonardi menjelaskan.

"Wow! Namamu sangat keren!" Freya bertanya dengan senyum, "Lalu, sejak kapan kamu menjadi penggemarku?"

"Mungkin tiga atau empat tahun yang lalu. Saat itu, aku baru saja pacaran dengan kekasihku."

Freya menghela napas. "Oh, akung sekali, pemuda tampan seperti Leonardi ternyata sudah punya pacar!"

"Jadi, apakah hari ini pacarmu datang kemari? Lagu, apa yang ingin kamu nyanyikan untuk dia di sini?"

"Seperti yang kita ketahui, aku punya banyak lagu cinta ..." Freya berkata dengan ekspresi menggoda.

"Aku ..."

Menyanyikan lagu untuknya?

Baiklah.

Menghadapi ribuan penonton, Leonardi menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Maaf, bisakah aku menyanyikan laguku sendiri?"

Ekspresi Freya terhenti sejenak, senyum di wajahnya perlahan menghilang. Dia berkata dengan nada setengah bercanda, "Kamu tidak bisa menyanyikan lagu orang lain di konserku. Aku tidak punya hak cipta!"

"Jangan khawatir, lagu ini belum pernah diputar sebelumnya dan tidak ada hak cipta."

"Apa lagu ini ciptaanmu sendiri?" Freya menghela napas lega, matanya yang indah membelalak, "Sepertinya kamu diam-diam menulis lagu cinta ini untuk pacarmu, ya?"

"Kak Leonardi sangat romantis, pacarmu pasti sangat bahagia!"

Leonardi tidak menjelaskan lebih lanjut.

"Kalau begitu, panggung ini aku serahkan padamu. Silakan!"

Leonardi tersenyum dan mengangguk.

Freya memanfaatkan kesempatan untuk turun dari panggung dan beristirahat. Dia sama sekali tidak mengira Leonardi akan membawakan lagu ciptaannya sendiri. Dia hanya ingin tahu, seberapa lama Leonardi akan bertahan.

Bagaimanapun, Leonardi hanyalah penonton biasa. Dia bukan penyanyi profesional. Sehebat apa kemampuannya?

Jangan bercanda!

Di bawah perhatian penonton, Leonardi berjalan menuju piano yang ada di tengah panggung.

Leonardi dengan lihai menggantungkan mikrofon pada dudukan, menyesuaikan posisinya, dan perlahan duduk di depan piano.

Tangannya diletakkan di atas tuts piano dan dia mulai menutup mata, seolah-olah sedang mengingat sesuatu.

Seketika, penonton secara tidak sadar menatap Leonardi. Mereka yang sebelumnya berbicara perlahan-lahan, kini mulai menutup mulut.

Saat itu, seolah dunia menjadi sunyi ...

Detik berikutnya, Leonardi membuka matanya dan menekan tuts pertama, lalu sebuah prelude yang dalam terdengar dari atas panggung.

Sepuluh jari yang ramping menari di atas tuts, seperti kupu-kupu yang terbang di antara bunga-bunga, cepat dan anggun.

Freya yang ada di kerumunan tiba-tiba berbalik dan memandang Leonardi dengan ekspresi terkejut.

Penonton yang dipilih secara acak ini ternyata memiliki kemampuan sebagai seorang pianis!

Piano terus dimainkan. Leonardi mendekatkan diri ke mikrofon dan suaranya melantun di seluruh stadion melalui pengeras suara.

"Akhirnya aku tahu, apa yang sebenarnya terjadi."

"Akan kugunakan kegundahan ini untuk mengungkap semuanya."

"Semua perasaanku, akan ku sampaikan tanpa ragu."

"Di tengah keramaian, aku merasa sangat sendiri."

"Aku tak tahu isi hatimu, membuatku semakin bingung."

"Kata-katamu adalah racun yang mematikan."

""

Suara Leonardi sangat memikat. Begitu dia membuka mulut, suasana sedih langsung menyebar di seluruh tempat.

Jika sebelumnya Freya merasa terkejut, sekarang dia benar-benar tercengang!

Leonardi tidak hanya pandai bermain piano, tapi juga memiliki kemampuan bernyanyi yang luar biasa. Bakatnya bahkan jauh melampaui beberapa penyanyi terkenal!

Di antara para penonton, Tina menutup mulutnya. Dia tidak bisa mempercayai bahwa pria yang ditemuinya di taman bisa bernyanyi sebaik ini!

"Cintamu adalah mimpi yang tak bisa kuraih."

"Kau adalah ratu di singgasana hati para pemuja."

"Aku bukan siapa-siapa di matamu."

"Kesombonganmu adalah tembok yang memisahkanku darimu."

"Kau hanya hebat saat ada yang memujamu."

""

Refrain ini memberi perasaan yang lebih menyedihkan dan juga membuat orang merasa empati lebih dalam.

Rasabta seperti melihat cinta seorang pemuda yang begitu rendah hati, tetapi disepelekan oleh seorang gadis yang sangat angkuh dan kejam.

Hati semua orang seolah dipukul keras, ada yang merasa sakit, ada yang merasa terhimpit.

Sebagian penonton yang emosional bahkan mungkin akan meneteskan air mata.

"Tanganmu yang dingin, tak lagi kuraih."

"Kebersamaan yang pudar, tak lagi kuinginkan."

"Biarkan kau dalam kebingunganmu."

"..."

Leonardi benar-benar tenggelam dalam penampilannya di panggung. Nyanyiannya seakan punya cerita, seperti pisau tajam, mengiris perasaan tak terucapkan yang ada di hati penonton.

Seolah-olah meluapkan emosi, tapi juga seperti menghibur.

"Jika suatu saat nanti cinta tak lagi membutakan."

"Cukup jelas untuk melihat terang dan gelapnya."

"Hingga waktu itu menjelang."

"Kau takkan lagi bersemi di hatiku."

"Takkan lagi kurangkai dalam puisi."

"Aku telah berubah, tak lagi sama."

Di akhir lagu, Leonardi melepaskan kedua tangannya dari tuts piano, berdiri, dan membungkuk.

Dia melihat banyak penonton yang menangis.

Akan tetapi, Leonardi justru tampak bebas dan santai.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

70