Bab 14 Berikan Tempat Kosong
by Myra
10:01,Feb 25,2022
Saat kami masuk ke ruang rawat, ibu mertua sedang duduk di pinggir ranjang rawat menemani ayah mertua bicara, melihat aku dan Felix Liu membawa Nina masuk, tatapan ibu mertua melihat ke arah kami, melihat aku datang dengan tangan kosong, raut wajahnya jelas tidak begitu baik.
Aku berpura-pura tidak melihat tatapannya, dengan acuh berdiri di belakang Felix Liu.
Keacuhanku membuat ibu mertua tidak senang, dia menunjuk suplemen yang diletakkan di dalam kamar rawat ayah mertua memperkenalkan, “Ini dibawa Shirley tadi pagi saat datang, anak ini, perut sudah besar masih khusus datang menengok, dia sungguh perhatian.”
Maksud perkataannya adalah aku tidak punya niat, aku tersenyum dingin di dalam hati, tidak tahu suplemen yang aku berikan pada mereka seumur hidup ini jauh lebih baik berapa kali dari pada yang diberikan Shirley Hao, namun orang yang tidak tahu terima kasih adalah orang yang tidak tahu terima kasih, setumpuk suplemen sudah dapat menyuap mereka.
Melihatku acuh, ibu mertua lebih marah, sengaja bicara menyindirku, “Shirley baik dan berparas cantik, hatinya juga baik, aku dengar sekarang sedang mengandung anak laki-laki, keluarga mertuanya sungguh beruntung.”
Ucapan ini sengaja menyindirku, biasanya dia juga tidak sedikit menyindirku seperti ini, aku memilih diam, hari ini aku tidak ingin menahan, aku tersenyum menjawab, “Suamiku, bukankah kamu juga ingin seorang anak laki-laki, bila ingin maka kamu ingat beritahu aku, aku akan berikan tempat kosong.”
Aku tidak pernah begitu dengan terus terang mengatakan masalah ini pada Felix Liu, di hatiku dulu, aku terus merasa sangat bersalah pada Felix Liu karena tidak bisa melahirkan, sedangkan keluarga ini membuat rasa bersalahku menjadi tidak masuk akal, dengan tenang menikmati pengorbananku, Felix Liu berani bersama dengan Shirley Hao di belakangku, seharusnya juga dalam hatinya mengira aku berhutang padanya bukan.
Baru saja aku selesai bicara, Felix Liu berkata tidak puas, “Istriku, kamu sedang bicara apa? Di hatiku kamu adalah satu-satunya, Nina juga akan menjadi satu-satunya anakku.”
Mendengar ucapan Felix Liu aku tidak tersentuh sedikit pun, satu-satunya? Satu-satunya apanya, bila sungguh menganggapku sebagai satu-satunya, apa dia bisa selingkuh, bukankah dia sedang menganggapku sebagai orang bodoh.
Namun Felix Liu bersikap seperti ini sebaliknya memprovokasi orang tuanya, mereka bersama-sama memalingkan tatapan ke arahku, walaupun tidak bicara, namun aku berpikir, bila tatapan bisa membunuh orang, aku pasti sudah lama mati di bawah tatapan mereka.
Karena ada hal ini, Felix Liu dan aku tidak tinggal lama di kamar rawat lalu pergi, di jalan kembali Felix Liu mengamati raut wajahku, dengan sangat hati-hati berkata : “Istriku, ibuku sudah tua, kamu jangan perhitungan dengannya, dia bermulut tajam namun berhati lunak, mulutnya bicara sangat tidak enak didengar, sebenarnya hatinya juga tidak jahat. Kamu jangan memasukkan ke dalam hati ucapannya barusan.”
Aku mengangguk, “Dia adalah ibumu, aku tentu saja tidak akan memasukkan ucapannya ke dalam hati.”
Felix Liu tidak mengerti maskud dalam ucapanku, dia masih sungguh mengira aku adalah Matilda Mu yang bodoh dulu, kembali mengatakan hal-hal baik tentang orang tuanya di telingaku, berkata mereka membesarkannya tidak mudah, ucapan ini membuatku teringat orang tuaku, mereka juga tidak mudah membesarkanku, namun bagaimana aku bersikap pada mereka.
Demi seorang pria berbalik dari mereka, masih bersumpah seumur hidup tidak akan memiliki hubungan dengan mereka, menikah dengan Felix Liu sampai sekarang, hanya karena ingin menggunakan uang jadi berinisiaif menelepon ibuku, masih dengan ucapan yang mengancam, tidak memberi uang maka mengancam akan mati.
Beberapa menit setelah aku menelepon, ibuku mengirimkan beberapa juta RMB ke dalam kartuku, aku tidak pernah berpikir untuk berterima kasih, masih mengira mereka seharusnya memberi.
Sampai sekarang aku akhirnya mengerti, hanya orang tua yang akan baik pada anak-anaknya tanpa syarat, sayangnya aku begitu melukai hati mereka, hidungku terasa pedas, air mata terjatuh dengan tidak alami.
Aku berpura-pura tidak melihat tatapannya, dengan acuh berdiri di belakang Felix Liu.
Keacuhanku membuat ibu mertua tidak senang, dia menunjuk suplemen yang diletakkan di dalam kamar rawat ayah mertua memperkenalkan, “Ini dibawa Shirley tadi pagi saat datang, anak ini, perut sudah besar masih khusus datang menengok, dia sungguh perhatian.”
Maksud perkataannya adalah aku tidak punya niat, aku tersenyum dingin di dalam hati, tidak tahu suplemen yang aku berikan pada mereka seumur hidup ini jauh lebih baik berapa kali dari pada yang diberikan Shirley Hao, namun orang yang tidak tahu terima kasih adalah orang yang tidak tahu terima kasih, setumpuk suplemen sudah dapat menyuap mereka.
Melihatku acuh, ibu mertua lebih marah, sengaja bicara menyindirku, “Shirley baik dan berparas cantik, hatinya juga baik, aku dengar sekarang sedang mengandung anak laki-laki, keluarga mertuanya sungguh beruntung.”
Ucapan ini sengaja menyindirku, biasanya dia juga tidak sedikit menyindirku seperti ini, aku memilih diam, hari ini aku tidak ingin menahan, aku tersenyum menjawab, “Suamiku, bukankah kamu juga ingin seorang anak laki-laki, bila ingin maka kamu ingat beritahu aku, aku akan berikan tempat kosong.”
Aku tidak pernah begitu dengan terus terang mengatakan masalah ini pada Felix Liu, di hatiku dulu, aku terus merasa sangat bersalah pada Felix Liu karena tidak bisa melahirkan, sedangkan keluarga ini membuat rasa bersalahku menjadi tidak masuk akal, dengan tenang menikmati pengorbananku, Felix Liu berani bersama dengan Shirley Hao di belakangku, seharusnya juga dalam hatinya mengira aku berhutang padanya bukan.
Baru saja aku selesai bicara, Felix Liu berkata tidak puas, “Istriku, kamu sedang bicara apa? Di hatiku kamu adalah satu-satunya, Nina juga akan menjadi satu-satunya anakku.”
Mendengar ucapan Felix Liu aku tidak tersentuh sedikit pun, satu-satunya? Satu-satunya apanya, bila sungguh menganggapku sebagai satu-satunya, apa dia bisa selingkuh, bukankah dia sedang menganggapku sebagai orang bodoh.
Namun Felix Liu bersikap seperti ini sebaliknya memprovokasi orang tuanya, mereka bersama-sama memalingkan tatapan ke arahku, walaupun tidak bicara, namun aku berpikir, bila tatapan bisa membunuh orang, aku pasti sudah lama mati di bawah tatapan mereka.
Karena ada hal ini, Felix Liu dan aku tidak tinggal lama di kamar rawat lalu pergi, di jalan kembali Felix Liu mengamati raut wajahku, dengan sangat hati-hati berkata : “Istriku, ibuku sudah tua, kamu jangan perhitungan dengannya, dia bermulut tajam namun berhati lunak, mulutnya bicara sangat tidak enak didengar, sebenarnya hatinya juga tidak jahat. Kamu jangan memasukkan ke dalam hati ucapannya barusan.”
Aku mengangguk, “Dia adalah ibumu, aku tentu saja tidak akan memasukkan ucapannya ke dalam hati.”
Felix Liu tidak mengerti maskud dalam ucapanku, dia masih sungguh mengira aku adalah Matilda Mu yang bodoh dulu, kembali mengatakan hal-hal baik tentang orang tuanya di telingaku, berkata mereka membesarkannya tidak mudah, ucapan ini membuatku teringat orang tuaku, mereka juga tidak mudah membesarkanku, namun bagaimana aku bersikap pada mereka.
Demi seorang pria berbalik dari mereka, masih bersumpah seumur hidup tidak akan memiliki hubungan dengan mereka, menikah dengan Felix Liu sampai sekarang, hanya karena ingin menggunakan uang jadi berinisiaif menelepon ibuku, masih dengan ucapan yang mengancam, tidak memberi uang maka mengancam akan mati.
Beberapa menit setelah aku menelepon, ibuku mengirimkan beberapa juta RMB ke dalam kartuku, aku tidak pernah berpikir untuk berterima kasih, masih mengira mereka seharusnya memberi.
Sampai sekarang aku akhirnya mengerti, hanya orang tua yang akan baik pada anak-anaknya tanpa syarat, sayangnya aku begitu melukai hati mereka, hidungku terasa pedas, air mata terjatuh dengan tidak alami.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved