Bab 5 Part 5

by Dinda Tirani 16:55,Aug 01,2023
“Assalamualaikum, Jaka.” Bu Farhah menyapa

“Waalaikum salam, Bu Farhah. Cantik banget pagi ini.”

“Apa ihh, gombal-gombal. Gak suka ah.” kata Bu Farhah tersipu malu.

“Kenapa bu?”

“Nanti setelah jam mengajar kamu tolongin saya bisa gak, Jak?”

“Tolong apa?”

“Tolong bantu masukin nilai UH1-3 sama UTS.”

“Nanti sore?”

“Iyaa.”

“Oke dehh.”

Gw pun meninggalkan Bu Farhah di depan kelas 4. Lalu Gw penasaran, bagaimana keadaan Bu Nisa setelah kejadian kemarin. Setelah dia merasakan pipis enak karena Gw mainin memeknya.

“Assalamualaikum, Bu.”

“Waalaikum salam, Jak.”

“Anak-anak pada kemana, Bu?”

“Lagi istirahat, Jak. Palingan pada ke kantin.”

“Oohh. Ibu tetap masih mau saya anterin pulang kan?”

“Ya masih doong. Malah saya mau dianterin kamu terus.”

“Serius, Bu?”

Bu Nisa hanya menjawab dengan mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.

Ternyata, hal itu malah membuat Bu Nisa semakin dekat dengan Gw.

__–__

“Saya yang masukin ya.” kata Gw.

“Iya. Tapi pelan atau cepet nih.” tanya Farhah.

“Sedang saja. Takutnya nanti gimana gitu.”

“Okedeh. Mulai nih?”

“Iya.”

“80, 78, 92, 91, 79, 87, 88, 95, … ”

Seperti perjanjian kami tadi, Gw membantu Bu Farhah memasukkan nilai ke Excel. Setelah anak-anak pulang, kami memulai pekerjaan kami. Guru-guru sudah banyak yang pulang, bergelut dengan urusannya yang lain. Pak Hendra dan Bu Sinta sepertinya belum pulang, tapi yang saya tau mereka sudah tidak pernah ngentot lagi. Bu Sinta yang bercerita kepada Gw. Bukan karena Pak Hendra yang tidak mau, tetapi Bu Sinta yang sudah berani menolaknya.

“Assalamualaikum.” Bu Nisa mengucapkan salam saat memasuki ruang guru.

“Walaikum salam.” jawab kami berdua.

“Kalian lagi apa?” tanyanya.

“Ini, saya minta tolong Jaka buat masukin nilai ke Excel. Ini udah rapih tinggal saya hitung pake rumus.” jawab Bu Farhah.

“Ohh, gitu. Abis ini kamu mau langsung pulang, Far?” tanya Bu Nisa.

“Iya bu, selesai ini langsung pulang.”

“Yaudah deh saya tungguin dulu, biar bareng kita pulangnya.”

“Boleh, deh. Aku juga takut sendirian disini. Hehehe.”

Lalu Bu Nisa duduk disebelah Gw. Bu Farhah yang sedari awal duduk di depan Gw pun tetap melanjut pekerjaannya.

Lalu karena iseng, gw mulai melakukan permainan itu lagi. Dengan pelan, tangan gw bergerak menuju memek Bu Nisa.

Tangan Gw sudah berada di dalam CD Bu Nisa, Gw sudah merasakan garis lipatan memek Bu Nisa di jari tengah Gw. Perlahan Gw meraba-raba memek itu hingga jari Gw bisa masuk ke dalamnya. Bu Nisa terlihat menggigit jari tengahnya. Nafasnya mulai tidak teratur.

Karena takut dicurigai, Bu Nisa menidurkan kepalanya di atas meja. Setelah menemukan benjolan kecilnya, Gw memaju mundurkan jari Gw di dalam memek Bu Nisa. “Mphh .. ” Bu Nisa mendesah pelan.

“Ehh, Bu Nisa kenapa, Jak?” tanya Bu Farhah.

“Ngantuk mungkin.” jawab Gw sambil tetap menggesek-gesek jari Gw di dalam memek Bu Nisa.

“Ihh, kenapa enggak pulang aja. Enggak enak aku sama kalian.”

“Enggak apa-apa. Lagi pula kalo kami pulang nanti kamu disini sama siapa? Nanti kamu takut.” kata Gw sambil membenamkan seluruh jari tengah Gw ke dalam memek Bu Nisa.

“Ihh, kamu baik banget sih. Yaudah ini hampir selesai.”

Lalu Gw menggerakkan jari Gw masuk dan keluar memek Bu Nisa dengan cepat. Hingga Bu Nisa bisa pipis enak lagi. Gw tau itu karena Gw merasakan ada air hangat yang keluar dari dalam memek Bu Nisa. Dan juga Bu Nisa merapatkan kedua pahanya dengan kencang.

Gw pun mengeluarkan tangan Gw dari dalam CD Bu Nisa. Lalu mengelap jari Gw yang basah ke celana Bu Nisa. Melihat hal itu, dia mencubit paha Gw. Lalu dia pura-pura sudah bangun tidur.

“Ehh, udah bangun, Bu?” tanya Bu Farhah

“Enggak tidur sih sebenernya, cuma memejamkan mata. Hahaha.”

“Aku udah rapih nih. Pulang yuk, atau masih mau disini?”

“Ayo pulang bu, kangen rumah saya.” ajak Gw ke Bu Nisa

“Ayo deh.”

Udah dua kali Gw membuat Bu Nisa merasakan kenikmatan seperti itu. Dan ternyata dia sangat menyukai itu. Tapi, apakah Gw bisa meminta Bu Nisa untuk menikmati tubuhnya dia? Gw masih perjaka, belum pernah merasakan itu semua. Jadi Gw harap Bu Nisa bisa membuat Gw jadi tau semuanya.

“Kamu naik ojol, Far?” tanya Bu Nisa.

“Iya, ibu sama Jaka kan?”

“Jadi ojek saya nih Jaka sekarang. Hahaha.”

“Itu ojol aku. Aku duluan ya Bu, Jak.”

“Iyaa.” jawab kami bersamaan.

Gw mengantarkan Bu Nisa ke rumahnya seperti biasa. Tetapi si tengah perjalanan, Bu Nisa bilang …

“Jak, kamu udah bikin aku orgasme dua kali.”

“Orgasme itu apa bu?”

“Pipis enak gitu.”

“Ohh. Terus kenapa bu? Saya salah ya? Maaf ya bu, maaf.”

“Enggak kok. Malah, saya yang merasa salah karena belum ngasih apa-apa ke kamu.”

“Jadi ibu mau traktir saya lagi?”

“Bukan gitu maksudnya. Kita ke hotel yuk?”

“Hah? Terserah ibu deh. Hotel mana?”

“Yang deket-deket sini aja. Pintu Merah deket sini.”

Gw enggak nyangka Bu Nisa ngomong kayak gitu. Dengan blak-blakan Bu Nisa mengajak Gw buat check in untuk membalas perbuatan Gw.

“Dimana bu?” tanya Gw.

“Kamar nomer 3. Itu.”

Kami pun masuk ke dalam kamar yang kami sewa. Aku tidak tahu harus berbuat apa selain duduk-duduk grogi di kasur. Dan Bu Nisa pun membuka obrolan.

“Aku ngajak kamu kesini untuk membalas kebaikan kamu, Jak. Selain kamu bantuin aku dalam hal kerjaan, kamu juga bantuin aku dalam hal syahwat. Udah lama aku enggak ditiduri sama suami aku, dia selalu aja judi dan mungkin uangnya digunakan untuk mabuk sama ngentot dengan lonte.”

“Jadi, biarkan aku yang ngelayanin kamu ya, Jak.” lanjut Bu Nisa.

Lalu Bu Nisa membuka pakaiannya satu per satu. Dimulai dari jilbabnya, ikat rambutnya dilepas sehingga rambutnya jatuh menjuntai sepunggung. Lalu kancing kemejanya dicopot satu persatu hingga semuanya terbuka. BH ungu bercoraknya terlihat jelas, Gw tidak tahu ukurannya berapa. Yang pasti Gw suka ukuran toket segitu. Lalu Bu Nisa membuka celananya dan memperosotkannya kebawah. Perlahan Bu Nisa menghampiri Gw. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Gw untuk berbisik.

“Sisanya kamu yang buka, yah.”

Lalu gw bangun dan memeluk Bu Nisa. Gw cium lehernya, dadanya, lalu Gw membuka kaitan BH nya. Jatuhlah benda penutup itu ke lantai dan terpampang jelas toket indah itu dihadapan Gw. Gw pegang dengan kedua tangan Gw dan menciuminya satu persatu.

“Kamu suka, Jak?”


Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

115