Bab 7 Part 7
by Dinda Tirani
16:58,Aug 01,2023
Tiga Hari Setelah Pelaksanaan UN.
“Jadi, kira-kira pelaksanaan perpisahan kelas 6 akan diadakan dimana? Apakah ada usul?” kata Pak Sulai di tengah-tengah rapat.
Hari ini para Guru mengadakan rapat untuk pelaksanaan perpisahan. Seluruh guru berkumpul di ruang guru untuk membahas segala-gala tentang perencanaan ini. Mulai dari pembentukan panitia, tempat, tanggal hingga konsep.
“Sepertinya belum seluruh guru berkumpul disini. Bu Lena ya belum hadir. Coba Jaka kamu cari Bu Lena, siapa tau lagi di kelas atau dimana gitu.” suruh Pak Sulai.
Gw mencari Bu Lena di setiap kelas. Mulai dari kelas 4 sampai 6, musholla, kelas 3-1 tiap kamar mandi tetapi waktu Gw cek kamar mandi guru lantai 1, Gw denger suara. Kecil banget, bahkan hampir samar. Karena penasaran, Gw cek juga kamar mandi siswa laki-laki sama perempuan, semakin hilang suaranya. Tiba-tiba Bu Nisa menghampiri Gw.
“Jak?” panggilnya bingung dengan tingkah Gw.
“Bu, denger gak?”
“Apa??”
“Coba ibu diem.”
Ketika kami berdua diam. Sangat hening sekali. Lalu terdengar suara denyitan kayu dan suara dua buah benda yang sedang beradu *Rnyitt rnyittt plok plok plok* tetapi sangat pelan sekali.
“Kayak suara orang ngentot, Bu.” kata Gw.
“Siapa?? Bang Sani??” tanya Bu Nisa.
“Iya kali. Sama siapa tapi?” tanya Gw balik.
“Bu Lena??” tebaknya.
“Ahh yang bener. Coba yuk periksa.” ajak Gw.
“Periksa dari mana??” tanya Bu Nisa bingung.
“Jendela kamarnya langsung ke luar ya. Ventilasinya juga. Apa tungguin aja di depan pintu?”
“Boleh tuh, Jak.”
Kami pun menuju ke pintu kamar Bang Sani, OB Sekolah yang berada di paling pojok lorong lantai satu. Sangat terpencil, jarang di lalui orang. Anehnya adalah, ketika berada di depan pintu Bang Sani, malah suara itu hilang. Gw pun terheran-heran dengan Bu Nisa. Kok bisa sebegitu kedap suaranya kamar Bang Sani ini.
“Bu, kalo kita bisa manfaatin Bang Sani. Kita bisa ngentot disini terus Bu. Enggak usah nunggu pulang sekolah. Hehehe.”
“Ihh, kamu Jak. Emang kamu mau ngentot lagi sama saya?”
“Mau lah, Bu.”
Lalu tanpa babibu Gw langsung menyambar bibir Bu Nisa. Juga toketnya yang menantang tak lupa Gw remas-remas saking gemasnya.
“Jakkhh,, sebemmmm ntar.”
*Spluurrppp. Gw sedot seluruh air liurnya.
“Jangan duluu atuhhhh. Kita lagi tungguin Bu Lena kan.”
Gw pun melepaskan ciuman Gw dari Bu Nisa. Bajunya yang tadi Gw berantakin sudah Gw rapihkan tak ada lecekan. Tiba-tiba dari dalam kamar Bang Sani terdengar suara.
*Stekk. Kunci pintunya dibuka dari dalam.
Bang Sani keluar dari kamarnya dan terkaget melihat kami berdua. Dia diam mematung bahkan hampir terjatuh. Bu Lena dibelakangnya terlihat sedang memakai BH nya. Toketnya yang lebih besar terlihat menggantung, seakan minta dihisap saja. Memeknya yang berbulu lebat ia tutup dengan tangannya. Beda dengan memek Bu Nisa yang hampir gundul, hanya menyisakan rambut-rambut kecil.
“Cieee. Abis ngapain nih?”
“Bu Nisa!! Jaka!! Kenapa disini!!??” tanya Bang Sani.
“Ehhh, Ya ampun.” Bu Lena nampak terkaget-kaget dengan kehadiran kami.
“Abis ada yang mainnya seru banget. Hahahaha.” ledek Gw.
“Ehh, gak gitu. Enggakk gituu.” kata Bu Lena.
“Yaudah ayuk Jak, kita balik ke ruang guru. Bu Lena, dicariin Pak Sulai tuh ditungguin buat rapat.” kata Bu Nisa.
Lalu tiba-tiba tangan Gw ditarik oleh Bang Sani.
“Jak, tolong jangan bilang siapa-siapa yaa.” kata Bang Sani.
“Tenang, Bang. Saya sama Bu Nisa mah orang baik. Asal Abang sama Bu Lena baik aja. Hahahaha.”
Lalu kami pun menuju ke ruang rapat untuk memenuhi panggilan Pak Sulai.
Hasil rapat telah ditentukan. Perpisahan kali ini dilaksanakan seminggu lagi di daerah puncak. Bu Lena ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana, karena dirinya adalah pemilik villa tempat pelaksanaan acara. Konsep acara hanya hiburan-hiburan saja, jadi orang tua siswa tidak diikutkan. Bu Lena menunjuk Bu Putri, Pak Rizki, Bu Nisa dan Gw untuk menjadi panitia acara.
Dua hari setelah rapat, panitia perpisahan meminta izin untuk mengunjungi villa milik Bu Lena untuk meninjau kegiatan yang akan dilaksanakan nanti. Gw baru mengetahui ternyata Bu Lena adalah orang kaya. Dia mau menjadi guru karena sudah menjadi cita-citanya dari dulu, dan juga ketika dimasa sulit uang honor mengajarnya lah yang menjadi modal suaminya berjualan di Tanah Abang hingga menjadi sesukses sekarang.
Kami berangkat dari sekolah jam 8 pagi menggunakan mobil Bu Lena. Pak Rizki yang mengandarainya. Sesampainya disana ternyata villanya lumayan luas. Kira-kira terdapat 8 kamar. Yang telah kami bagi menjadi 2 untuk siswa laki-laki dan 2 untuk siswi perempuan. Lalu 1 untuk guru laki-laki dan 2 untuk guru perempuan.
Pak Rizki dan Bu Putri berkeliling untuk melihat tempat disebelah mana yang bisa dijadikan tempat api unggun. Disaat hanya kami bertiga, Bu Nisa bertanya kepada Bu Lena perihal perselingkuhannya dengan Bang Sani.
“Udah berapa lama Bu?” Bu Nisa mengawali pembicaraan.
“Udah lama apanya?”
“Sama Bang Sani itu lohh. Hihihi.”
“Gapapa, Bu. Kami mah bisa jaga mulut.” timpal Gw.
“Bener ya tapi.”
“Iyaa.” jawab Gw dan Bu Nisa bersamaan.
“Jadi tuh baru dua bulan. Aku juga bingung mau gimana lagi. Suami aku udah impoten, dia udah enggak mau bantu aku puasin diri. Dia udah sibuk sama usahanya. Tadinya aku mau sama gigolo tapi takut. Sampe akhirnya aku liat Bang Sani, terus aku tawarin main sama aku dan aku bayar 200 ribu. Dia mau, tapi dia enggak bisa bikin aku keluar.”
“Hahahaha. Salah orang kamu berarti.” kata Bu Nisa sambil melirik Gw. Gw hanya bisa mengerenyitkan mata tanda tidak setuju untuk di umbar pergelutan antara Gw sama Bu Nisa.
“Abis gimana lagi. Aku kan lebih sering di sekolah daripada di rumah.” kata Bu Lena.
“Loh, saya jarang liat ibu kalo sampai sore disini.” kata Gw.
“Aku kadang di kelas 3, di pantry atau di ruang ngerokok temenin Pak Rizki sama Bu Putri pacaran. Biar enggak ada fitnah katanya.” jelas Bu Lena.
“Ibu salah orang kali. Coba ibu mainnya sama Jaka, bisa keluar terus.” kata Bu Nisa.
“Ahh, bercanda aja kamu.”
Lalu Bu Nisa berbisik kepada Bu Lena. Gw enggak bisa mendengar pembicaraan mereka, yang Gw tau adalah ekspresi Bu Lena yang terlihat kaget setelah dibisiki Bu Nisa.
“Ya ampun, Bu Nisa.” kata Bu Lena.
“Gapapa, Wlee. Yang penting dapet puasnya. Daripada kamu cuma dapet zinah nya doang. Hahahaha.” kata Bu Nisa meledek Bu Lena.
“Tapi apa bener, Jak?” tanya Bu Lena ke Gw.
“Bener apanya, Bu?” tanya Gw heran.
“Coba, Jak. Kamu kasih unjuk kontol kamu ke Bu Lena. Bu Lena penasaran sama benda yang udah bikin saya puaasssss.” Bu Nisa menyuruh Gw.
Akhirnya Gw bukalah celana Gw untuk menunjukkan kontol Gw ke hadapan dua orang ibu rumah tangga ini. Yang satu belum punya anak, yang satu sudah beranak 2.
“Bu Lena jagain ya. Takutnya Pak Rizki sama Bu Putri nanti liat.”
Bersambung
“Jadi, kira-kira pelaksanaan perpisahan kelas 6 akan diadakan dimana? Apakah ada usul?” kata Pak Sulai di tengah-tengah rapat.
Hari ini para Guru mengadakan rapat untuk pelaksanaan perpisahan. Seluruh guru berkumpul di ruang guru untuk membahas segala-gala tentang perencanaan ini. Mulai dari pembentukan panitia, tempat, tanggal hingga konsep.
“Sepertinya belum seluruh guru berkumpul disini. Bu Lena ya belum hadir. Coba Jaka kamu cari Bu Lena, siapa tau lagi di kelas atau dimana gitu.” suruh Pak Sulai.
Gw mencari Bu Lena di setiap kelas. Mulai dari kelas 4 sampai 6, musholla, kelas 3-1 tiap kamar mandi tetapi waktu Gw cek kamar mandi guru lantai 1, Gw denger suara. Kecil banget, bahkan hampir samar. Karena penasaran, Gw cek juga kamar mandi siswa laki-laki sama perempuan, semakin hilang suaranya. Tiba-tiba Bu Nisa menghampiri Gw.
“Jak?” panggilnya bingung dengan tingkah Gw.
“Bu, denger gak?”
“Apa??”
“Coba ibu diem.”
Ketika kami berdua diam. Sangat hening sekali. Lalu terdengar suara denyitan kayu dan suara dua buah benda yang sedang beradu *Rnyitt rnyittt plok plok plok* tetapi sangat pelan sekali.
“Kayak suara orang ngentot, Bu.” kata Gw.
“Siapa?? Bang Sani??” tanya Bu Nisa.
“Iya kali. Sama siapa tapi?” tanya Gw balik.
“Bu Lena??” tebaknya.
“Ahh yang bener. Coba yuk periksa.” ajak Gw.
“Periksa dari mana??” tanya Bu Nisa bingung.
“Jendela kamarnya langsung ke luar ya. Ventilasinya juga. Apa tungguin aja di depan pintu?”
“Boleh tuh, Jak.”
Kami pun menuju ke pintu kamar Bang Sani, OB Sekolah yang berada di paling pojok lorong lantai satu. Sangat terpencil, jarang di lalui orang. Anehnya adalah, ketika berada di depan pintu Bang Sani, malah suara itu hilang. Gw pun terheran-heran dengan Bu Nisa. Kok bisa sebegitu kedap suaranya kamar Bang Sani ini.
“Bu, kalo kita bisa manfaatin Bang Sani. Kita bisa ngentot disini terus Bu. Enggak usah nunggu pulang sekolah. Hehehe.”
“Ihh, kamu Jak. Emang kamu mau ngentot lagi sama saya?”
“Mau lah, Bu.”
Lalu tanpa babibu Gw langsung menyambar bibir Bu Nisa. Juga toketnya yang menantang tak lupa Gw remas-remas saking gemasnya.
“Jakkhh,, sebemmmm ntar.”
*Spluurrppp. Gw sedot seluruh air liurnya.
“Jangan duluu atuhhhh. Kita lagi tungguin Bu Lena kan.”
Gw pun melepaskan ciuman Gw dari Bu Nisa. Bajunya yang tadi Gw berantakin sudah Gw rapihkan tak ada lecekan. Tiba-tiba dari dalam kamar Bang Sani terdengar suara.
*Stekk. Kunci pintunya dibuka dari dalam.
Bang Sani keluar dari kamarnya dan terkaget melihat kami berdua. Dia diam mematung bahkan hampir terjatuh. Bu Lena dibelakangnya terlihat sedang memakai BH nya. Toketnya yang lebih besar terlihat menggantung, seakan minta dihisap saja. Memeknya yang berbulu lebat ia tutup dengan tangannya. Beda dengan memek Bu Nisa yang hampir gundul, hanya menyisakan rambut-rambut kecil.
“Cieee. Abis ngapain nih?”
“Bu Nisa!! Jaka!! Kenapa disini!!??” tanya Bang Sani.
“Ehhh, Ya ampun.” Bu Lena nampak terkaget-kaget dengan kehadiran kami.
“Abis ada yang mainnya seru banget. Hahahaha.” ledek Gw.
“Ehh, gak gitu. Enggakk gituu.” kata Bu Lena.
“Yaudah ayuk Jak, kita balik ke ruang guru. Bu Lena, dicariin Pak Sulai tuh ditungguin buat rapat.” kata Bu Nisa.
Lalu tiba-tiba tangan Gw ditarik oleh Bang Sani.
“Jak, tolong jangan bilang siapa-siapa yaa.” kata Bang Sani.
“Tenang, Bang. Saya sama Bu Nisa mah orang baik. Asal Abang sama Bu Lena baik aja. Hahahaha.”
Lalu kami pun menuju ke ruang rapat untuk memenuhi panggilan Pak Sulai.
Hasil rapat telah ditentukan. Perpisahan kali ini dilaksanakan seminggu lagi di daerah puncak. Bu Lena ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana, karena dirinya adalah pemilik villa tempat pelaksanaan acara. Konsep acara hanya hiburan-hiburan saja, jadi orang tua siswa tidak diikutkan. Bu Lena menunjuk Bu Putri, Pak Rizki, Bu Nisa dan Gw untuk menjadi panitia acara.
Dua hari setelah rapat, panitia perpisahan meminta izin untuk mengunjungi villa milik Bu Lena untuk meninjau kegiatan yang akan dilaksanakan nanti. Gw baru mengetahui ternyata Bu Lena adalah orang kaya. Dia mau menjadi guru karena sudah menjadi cita-citanya dari dulu, dan juga ketika dimasa sulit uang honor mengajarnya lah yang menjadi modal suaminya berjualan di Tanah Abang hingga menjadi sesukses sekarang.
Kami berangkat dari sekolah jam 8 pagi menggunakan mobil Bu Lena. Pak Rizki yang mengandarainya. Sesampainya disana ternyata villanya lumayan luas. Kira-kira terdapat 8 kamar. Yang telah kami bagi menjadi 2 untuk siswa laki-laki dan 2 untuk siswi perempuan. Lalu 1 untuk guru laki-laki dan 2 untuk guru perempuan.
Pak Rizki dan Bu Putri berkeliling untuk melihat tempat disebelah mana yang bisa dijadikan tempat api unggun. Disaat hanya kami bertiga, Bu Nisa bertanya kepada Bu Lena perihal perselingkuhannya dengan Bang Sani.
“Udah berapa lama Bu?” Bu Nisa mengawali pembicaraan.
“Udah lama apanya?”
“Sama Bang Sani itu lohh. Hihihi.”
“Gapapa, Bu. Kami mah bisa jaga mulut.” timpal Gw.
“Bener ya tapi.”
“Iyaa.” jawab Gw dan Bu Nisa bersamaan.
“Jadi tuh baru dua bulan. Aku juga bingung mau gimana lagi. Suami aku udah impoten, dia udah enggak mau bantu aku puasin diri. Dia udah sibuk sama usahanya. Tadinya aku mau sama gigolo tapi takut. Sampe akhirnya aku liat Bang Sani, terus aku tawarin main sama aku dan aku bayar 200 ribu. Dia mau, tapi dia enggak bisa bikin aku keluar.”
“Hahahaha. Salah orang kamu berarti.” kata Bu Nisa sambil melirik Gw. Gw hanya bisa mengerenyitkan mata tanda tidak setuju untuk di umbar pergelutan antara Gw sama Bu Nisa.
“Abis gimana lagi. Aku kan lebih sering di sekolah daripada di rumah.” kata Bu Lena.
“Loh, saya jarang liat ibu kalo sampai sore disini.” kata Gw.
“Aku kadang di kelas 3, di pantry atau di ruang ngerokok temenin Pak Rizki sama Bu Putri pacaran. Biar enggak ada fitnah katanya.” jelas Bu Lena.
“Ibu salah orang kali. Coba ibu mainnya sama Jaka, bisa keluar terus.” kata Bu Nisa.
“Ahh, bercanda aja kamu.”
Lalu Bu Nisa berbisik kepada Bu Lena. Gw enggak bisa mendengar pembicaraan mereka, yang Gw tau adalah ekspresi Bu Lena yang terlihat kaget setelah dibisiki Bu Nisa.
“Ya ampun, Bu Nisa.” kata Bu Lena.
“Gapapa, Wlee. Yang penting dapet puasnya. Daripada kamu cuma dapet zinah nya doang. Hahahaha.” kata Bu Nisa meledek Bu Lena.
“Tapi apa bener, Jak?” tanya Bu Lena ke Gw.
“Bener apanya, Bu?” tanya Gw heran.
“Coba, Jak. Kamu kasih unjuk kontol kamu ke Bu Lena. Bu Lena penasaran sama benda yang udah bikin saya puaasssss.” Bu Nisa menyuruh Gw.
Akhirnya Gw bukalah celana Gw untuk menunjukkan kontol Gw ke hadapan dua orang ibu rumah tangga ini. Yang satu belum punya anak, yang satu sudah beranak 2.
“Bu Lena jagain ya. Takutnya Pak Rizki sama Bu Putri nanti liat.”
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved