Bab 11 Tidak Ada Perhatian Lebih Tanpa Sebab

by Hendy Zhang 08:01,Sep 01,2023
Saat inilah Jeremy Lin baru melihat segerombolan lebah mengejar di belakang Daisy Yang. Ternyata, lebah itu gagal menemukan dia dan menargetkan Daisy Yang sebagai sasaran.
Lebah di pegunungan sangat agresif dan memiliki racun lebah. Jika terserang, bukan hanya luka ringan yang didapat, kemungkinan juga akan berakibat kematian.
“Lariii!” teriak Daisy Yang cemas sewaktu melihat Jeremy Lin masih berdiri diam.
Lebah-lebah ini terbang sangat cepat dan menyusul mereka berdua dalam sekejap. Kawanan lebah tersebut berputar-putar dan tiba-tiba menyerbu Daisy Yang.
“Kakak ipar, jangan sembunyi.”
Melihat situasi ini, Jeremy Lin segera melepas mantel dan merangkul dia dalam pelukannya. Dia tidak menyangka Jeremy Lin akan seberani ini, wajahnya tersipu malu dan berbisik, “Jeremy, apa yang kamu lakukan? Kalau dilihat orang lain ...”
“Jangan bergerak, tahan napas.”
Jeremy Lin bukan hanya tidak melepas tangannya, tapi memeluk dia lebih erat. Dia segera meronta, namun bahu Jeremy Lin yang kuat bagaikan lingkar besi memeluk dirinya sampai tidak bisa bergerak.
Dia merasakan hormon pria yang mempesona menyelimutinya, menjebaknya seperti di dalam rawa. Dia segera mencubit dirinya sendiri, “Jeremy, cepat lepaskan, kalau tidak kakak ipar benar-benar marah!” gertaknya dengan wajah masam.
“Angkat kepalamu dan lihat.” kata Jeremy Lin pelan di samping telinganya.
Dia baru mendongak dan mendapati gerombolan lebah ganas melayang di atas kepala mereka seperti lalat yang kehilangan kepala. Ada beberapa lebah yang terbang di depan wajah mereka, berputar-putar dan terbang menjauh.
“Ada apa ini?” heran Daisy Yang.
Meskipun tidak tahu mengapa ini terjadi, tapi dia yakin ada hubungannya dengan Jeremy Lin.
“Aku mengoleskan obat herbal yang bisa mencegah sengatan lebah di tubuhku. Jangan keluar, tunggu sampai lebahnya pergi.”
Dia mengangguk, mau tak mau agak mendekatkan diri lagi pada Jeremy Lin. Segera, Jeremy Lin merasakan tubuh yang lembut berisi menempel dirinya, serta aroma wangi yang menyergap hidung, sehingga membuat tubuhnya langsung bereaksi.
“Dasar berandal!” marah Daisy Yang seraya mencubit lengan Jeremy Lin, karena dia merasakan perubahan tubuhnya.
“Gara-gara kakak ipar yang terlalu mempesona.” ujar Jeremy Lin membela diri.
“Huh! Ada begitu banyak gadis di desa yang menginginkanmu, bukankah mereka lebih mempesona dariku?” cibir Daisy Yang
“Itu berbeda. Kakak ipar adalah wanita cantik yang diakui di desa ini. Semua orang bilang kamu sangat feminim.”
“Benarkah?” Daisy Yang melotot, namun merasa senang di dalam hatinya.
“Tentu saja benar.”
Segera, segerombolan lebah di atas kepala mereka telah pergi. Daisy Yang menjauhkan diri dari dekapan Jeremy Lin, “Jeremy, jangan beritahu orang lain apa yang terjadi hari ini.” bisiknya.
Semenjak suaminya meninggal, dia belum pernah bersentuhan begitu dekat dengan pria lain. Aura hormonal Jeremy Lin yang kuat telah membuat hatinya berdebar.
Jeremy Lin mengangguk, lalu bertanya, “Kakak ipar, untuk apa kamu datang ke Gunung Sibayak?”
Daisy Yang menepuk dadanya dengan rasa takut yang masih ada, “Aku datang untuk memetik jeruk, tapi baru sebentar, tiba-tiba ada gerombolan lebah yang entah terbang dari mana, hampir saja membuatku mati ketakutan.”
Baru selesai bicara, dia melihat Jeremy Lin memanggul sarang lebah di belakang punggung dan berseru takjub, “Wah, sarang lebah yang besar sekali, dari mana kamu mengumpulkannya?”
Seiring dengan reaksinya, dia mencubit lengan Jeremy Lin lagi, “Pantas saja tiba-tiba ada gerombolan lebah, ternyata kamu gara-garanya.” katanya dengan kesal.
Jeremy Lin jadi tersenyum canggung, kemudian berkata, “Ayo, pergi lihat kebun jerukmu.”
Kebun jeruk tidak jauh dan akan segera sampai. Setelah semakin dekat, Jeremy Lin mendapati kebun jeruk tersebut ditumbuhi rumput liar, bahkan ada yang lebih tinggi dari manusia. Pohon jeruk tumbuh dengan baik, namun buah yang matang tidak banyak, sebagian besar masih sangat hijau.
“Aku tidak mampu mengurus kebun jeruk sebesar ini sendirian, jadi hanya bisa membiarkan rumput-rumput itu tumbuh.” kata Daisy Yang dengan malu.
Jeremy Lin mengangguk sambil tersenyum. Daisy Yang sendirian, banyak pekerjaan kasar yang tidak sanggup dilakukan olehnya. Namun, sudah tidak mudah baginya untuk bisa mengurus kebun jeruknya sampai seperti ini.
“Kakak ipar, lain kali kalau ada pekerjaan kasar, panggil saja aku.” ujar Jeremy Lin menawarkan diri sambil menepuk dada.
Daisy Yang sampai tertawa melihatnya, “Tidak ada perhatian lebih tanpa sebab, kalau tidak memperkosa berarti merampok. Katakan dengan jujur, kamu punya niat tidak baik?”
“Menurutmu, aku seharusnya memperkosa atau merampok?” tanyanya sambil memandang dada Daisy Yang dengan senyum nakal.
“Kalau bicara yang tidak-tidak lagi, aku tidak akan mengampunimu.” marah Daisy Yang tapi dengan wajah tersipu malu.
Segera, keduanya telah memetik dua keranjang jeruk. Jeruk yang tersisa masih sangat muda dan hijau, kira-kira akan matang setengah bulan lagi. Jeremy Lin memikul keranjang jeruk dan berjalan di depan, sedangkan Daisy Yang memikul sarang lebah dan mengikuti langkahnya dari belakang, layaknya suami istri.
Jeremy Lin meletakkan jeruk di halaman rumah Daisy Yang, katanya, “Aku mau menjual sarang lebah ke kabupaten besok, kamu mau pergi sama-sama?”
Daisy Yang mengangguk, “Iya, kebetulan aku mau jual beberapa sayur.”
“Baik! Sampai jumpa besok.”
Setelah keduanya sepakat, Jeremy Lin pulang dengan membawa sarang lebah. Di tengah perjalanan, beberapa penduduk desa melihat sarang lebah miliknya dan bertanya dengan iri, “Jeremy, dari mana kamu mendapatkan sarang lebah lagi?”
“Hehe, ini hanya keberuntunganku yang lagi bagus.” senyum Jeremy Lin.
“Jeremy, apakah kuburan leluhurmu berasap? Dua hari ini kamu menampung jeruk, juga mendapatkan sarang lebah, benar-benar mujur.”
“Betul, Dedi telah melahirkan anak yang baik. Pemuda satu-satunya di Desa Cantik kita memang hebat.”
“Haha, apakah kamu menyukai Jeremy? Ingin menikahkan putrimu dengannya?”
“……”

Sesampai di rumah, Inez Zhang dan Dedi Lin juga terkejut melihat sarang lebah tersebut. Terutama Dedi Lin, sambil terbatuk dia berkata, “Jeremy, kamu mencari sarang lebah ke hutan liar? Ada banyak binatang buas, jangan pergi ke sana.”
“Jangan khawatir, aku mengumpulkannya dari kaki gunung.” jelas Jeremy Lin.
Selanjutnya, dia mengorek sepotong madu dan diseduh dengan air, kemudian diberikannya pada Dedi Lin untuk menguatkan badan. Setelah diminum, Jeremy Lin mengikuti teknik pemijatan di Warisan Kaisar Penyihir untuk melancarkan peredaran darah di seluruh tubuh Dedi Lin.
“Nyaman sekali. Setiap kali selesai dipijat, aku merasa tubuhku hangat dan nyaman, seolah-olah penyakitku telah sembuh.” Dedi Lin menghela napas panjang dan berkata dengan senang.
Setelah memijat beberapa menit, Jeremy Lin jadi kelelahan sampai bersimbah keringat, “Baguslah kalau ada efeknya. Mulai sekarang, aku akan memijat sehari sekali, ayah pasti akan sembuh.”
“Anak ayah sudah dewasa!”
Dedi Lin dan Inez Zhang memandang Jeremy Lin dengan lega, air mata juga telah menggenang di pelupuk mata mereka.
“Oh ya, apakah kita punya kotak?” tanya Jeremy Lin buru-buru mengubah topik.
“Ada, untuk apa kotak itu?” tanya Inez Zhang penuh tanda tanya, kemudian mengeluarkan sebuah kotak dari dapur.
Jeremy Li menunjuk sarang lebah di lantai dan berkata dengan misterius, “Aku mau membuat percobaan untuk mengembangbiakkan lebah liar!”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

90