Bab 9 Touch Me, please!
by Abigail Kusuma
10:32,Sep 25,2023
Resepsi pernikahan Audrey dan Xander telah selesai. Audrey tampak sedikit kelelahan. Tentu saja karena begitu banyak para tamu undangan yang hadir. Xander mengundang beberapa teman terdekat di masa kuliah dan termasuk mengundang rekan bisnisnya. Pun Audrey mengundang teman-temannya dan juga rekan bisnisnya. Bisa dikatakan tamu yang paling banyak hadir adalah kerabat dari kedua orang tua Audrey dan Xander.
Aroma ruangan musk bercampur dengan aroma rose menyeruak ke indra penciuman Audrey dan Xander—yang memasuki kamar pengantin mereka. Kamar pengantin yang begitu mewah, dan elegan. Nuansa gold kombinasi cokelat tua menyempurnakan kamar pengantin Audrey dan Xander. Taburan bunga mawah memenuhi lantai kamar pengantin. Tatanan lilin aromaterapi bercampur dengan pengharum ruangan meninggalkan aroma yang hangat dan menyejukan. Aroma itu tak menyengat melainkan membuat orang yang menciumnya begitu tenang.
“Audrey, mandilah. Aku juga ingin mandi,” ucap Xander pada Audrey seraya melepaskan tuxedo di tubuhnya—dan melempar ke sofa.
Pipi Audrey merona malu. Sejak tadi yang Audrey pikirkan adalah malam ini malam pertamanya dengan Xander. Imajinasi membayangkan apa yang terjadi setelah ini terus ada dalam benak Audrey.
Audrey menganggukan kepalanya merespon ucapan Xander. Lantas wanita itu segera melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk mempersiapkan diri. Begitu pun dengan Xander yang juga mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur. Terlihat raut wajah Audrey sangat bahagia, namun lain halnya dengan Xander yang sejak tadi memasang raut wajah dingin tanpa ekspresi.
Di kamar mandi, Audrey melakukan banyak perawatan mulai dari berendam sabun susu yang dicampur sabun madu. Lalu memakai lotion seluruh tubuhnya agar harum. Rambut pirang indah Audrey terjuntai indah itu pun begitu harum.
Hingga ketika Audrey selesai membersihkan diri, Audrey kebingungan memilih gaun tidur untuknya. Bisa dikatakan semua yang ada di koper Audrey adalah lingerie seksi yang telah dia siapkan. Semua lingerie Audrey begitu transparan bahkan nyaris membuatnya seperti telanjang.
“Astaga, aku harus memakai yang mana?” gumam Audrey resah kebingungan.
Audrey mondar-mandir tidak jelas. Ini adalah pengalaman pertama Audrey. Wajar saja kalau Audrey panik dan kebingungan. Audrey takut akan mengecewakan Xander.
Audrey mengatur napasnya. Menenangkan rasa cemas yang melanda. Beberapa hari lalu sebelum pernikahan, Audrey suda menonton film dewasa. Terdengar konyol tapi ini semua demi memuaskan sang suami. Audrey sama sekali belum pernah melakukan yang seperti adegan di film dewasa itu. Namun Audrey sudah mengingat-ingat apa yang harus dilakukannya.
Tatapan Audrey tak sengaja menatap lingerie berwarna merah transparan. Terlihat Audrey tersenyum puas kala melihat lingerie berwarna merah transparan itu. Audrey segera mengambil lingerie itu dan memakainya. Pun Audrey segera merias wajahnya dan menata rambut panjangnya agar terjuntai sempurna.
Saat Audrey sudah mengganti pakaiannya, Audrey langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Langkah yang anggun sambil memainkan ujung rambutnya pelan.
“Xander,” panggil Audrey kala tiba di hadapan Xander.
Xander yang tengah berkutat pada ponselnya, mengalihkan pandangannya kala mendengar suara Audrey—dan seketika tatapan Xander menatap terkejut Audrey yang memakai lingerie berwarna merah transparan. Napas Xander memberat melihat puncak dada Audrey yang berwarna merah muda berdiri tegak begitu terlihat. Tubuh putih mulus Audrey begitu terpampang di hadapannya. Kulit yang layaknya porselen itu sukses membuat sorot mata dingin Xander seakan terselimuti api gairah.
“Audrey, kenapa kau memakai pakaian itu,” geram Xander menahan emosi tepatnya pria itu menahan hasratnya. Tak munafik, Xander adalah pria normal. Seks tidak memerlukan cinta.
“Memangnya aku harus memakai apa? Bikini?” Audrey dengan berani duduk di pangkuan Xander. Melingkarkan tangannya ke leher Xander dan memberikan kecupan di bibir sang suami.
“Audrey. Tidurlah, ini sudah malam.” Xander hendak menurunkan tubuh Audrey yang duduk di pangkuannya. Namun alih-alih menurut malah Audrey semakin menekan dadanya menempel pada dada Xander.
“Aku belum mau tidur sekarang, Xander.” Audrey membawa tangan Xander, dan meletakannya ke dadanya. “Touch me, Xander, please,” bisiknya sensual.
‘Shit!’ Xander mengumpat dalam hati kala Audrey menggodanya. Tanpa sadar, Xander pun memberikan remasan di dada Audrey.
“Audrey, jangan melakukan hal yang akan kau sesali nanti.” Xander ingin menjauhkan tangannya dari dada Audrey, namun Audrey menahan tangan Xander.
“Aku tidak akan pernah menyesalinya, Xander.” Audrey mengusap dada bidang Xander. Suaminya itu hanya celana training panjang dan bertelanjang dada. Otot-otot maskulinnya membentuk sempurna. Tato di tangan Xander membuat pria itu begitu jantan. “Touch me, please. I want, Xander,” bisiknya lagi sensual.
“Fuck! Kau yang meminta ini, Audrey.” Xander membalikan posisi menindih tubuh Audrey. Pria itu melumat liar bibir Audrey. Pun Audrey membalas lumatan bibir Xander. Tampak Audrey sedikit kewalahan mengimbangi ciuman Xander.
“Ah—” Desahan lolos di bibir Audrey kala Xander meremas dada wanita itu keras. Kedua telapak tangan Xander memberikan remasan kuat di dada Audrey.
Xander merobek lingerie merah yang dipakai Audrey. Tatapan pria itu menatap penuh gairah gundukan kembar di dada Audrey. Xander meletakan kedua tangan Audrey ke atas kepala wanita itu. Lantas Xander mendekatkan bibirnya ke puncak dada Audrey, dan mengisap layaknya bayi yang kelaparan.
“Oh, Xander!” Erangan di bibir Audrey tak henti lolos kala Xander mengulum puncak dadanya. Lidah Xander bergerak erotis menjilat puncak dadanya. Tubuh Audrey meremang seperti tersengat aliran listrik kuat.
Xander kehilangan kewarasannya kala mencumbu Audrey. Pria itu terus mengulum puncak dada Audrey bergantian seperti bayi yang begitu haus. Xander meninggalkan begitu banyak jejak kemerahan di dada Audrey.
Xander menurunkan kepalanya, lalu melucuti celana dalam berenda berwarna merah milik Audrey. Melempar ke sembarangan arah. Terlihat Audrey hendak menutup rapat kedua pahanya kala Xander menatap kewanitaannya. Namun Xander segera membuka lebar kedua paha Audrey.
“Xander—”
“Aku ingin melihatnya.”
Tatapan Xander menatap memuja kewanitaan Audrey yang begitu indah dan terawat. Xander mendekatkan bibirnya ke titik sensitive Audrey. Lidahnya bergerak erotis hingga membuat tubuh Audrey mencondong ke depan.
“Ah! Xander!” Audrey meremas rambut Xander kuat-kuat. Tubuh Audrey menggelinjang dan tak bisa terkendali. Lidah Xander begitu hebat bermain di bawah sana.
Desahan Audrey semakin membuat api gairah terselimuti dalam diri Xander. Pria itu menelan cairan yang keluar dari inti tubuh bagian bawah Audrey. Lalu Xander bangkit berdiri dan menanggalkan celananya, melemparkan sembarangan. Terlihat Audrey menggigit bibir bawahnya seraya menelan salivanya melihat kejantanan Xander yang tegak dan besar. Urat-urat itu mengeras. Gagah perkasa.
Xander menindih tubuh Audrey. Melumat lembut bibir Audrey. Perlahan Xander membuka lebar kedua paha Audrey, dan menyatukan miliknya dengan milik Audrey dengan satu kali hentakan keras.
“Akhhh!” Audrey menjerit kala Xander berusaha memasukinya. Sayangnya Xander belum berhasil, pria itu terus menekan milik Audrey menerobos lembah surga wanita itu.
“S-sakit, Xander,” rintih Audrey.
“Tahan sakitmu demi aku.” Xander kembali melumat bibir Audrey, dan semakin menekan miliknya ke dalam milik sang istri.
Suara Audrey hendak kembali berteriak kala Xander berhasil memasukinya. Namun, Xander segera membungkam bibir Audrey dengan bibirnya. Xander tak langsung bergerak. Pria itu masih diam di dalam Audrey.
Sudut mata Audrey mengeluarkan air mata. Xander segera menghapus air mata itu dan mengarahkan tangan Audrey untuk memeluknya erat. Pun Audrey menuruti keinginan Xander. Audrey memeluk erat punggung Xander.
Perlahan Xander mulai menggerakan pinggulnyam, menghujam dengan tempo yang pelan, sedang, dan cepat. Desahan lolos di bibir Audrey. Rasa sakit Audrey telah tergantikan dengan kenikmatan.
“Oh, shit!” Xander menggeram nikmat merasakan miliknya begitu nikmat di dalam milik Audrey. Pria itu lepas kendali. Dia menghujam Audrey dengan tempo yang keras hingga membuat Audrey harus menahan rintihan sakit di inti tubuhnya.
Lenguhan dan erangan saling bersahutan memenuhi kamar hotel itu. Kedua insan melakukan pergulatan panas di atas ranjang dengan liar dan terselimuti api gairah. Terdengar suara Audrey yang tak henti-henti meracau memanggil nama ‘Xander’, sedangkan Xander tak bisa mengendalikan diri. Xander tahu apa akibat dari apa yang telah dia lakukan.
Aroma ruangan musk bercampur dengan aroma rose menyeruak ke indra penciuman Audrey dan Xander—yang memasuki kamar pengantin mereka. Kamar pengantin yang begitu mewah, dan elegan. Nuansa gold kombinasi cokelat tua menyempurnakan kamar pengantin Audrey dan Xander. Taburan bunga mawah memenuhi lantai kamar pengantin. Tatanan lilin aromaterapi bercampur dengan pengharum ruangan meninggalkan aroma yang hangat dan menyejukan. Aroma itu tak menyengat melainkan membuat orang yang menciumnya begitu tenang.
“Audrey, mandilah. Aku juga ingin mandi,” ucap Xander pada Audrey seraya melepaskan tuxedo di tubuhnya—dan melempar ke sofa.
Pipi Audrey merona malu. Sejak tadi yang Audrey pikirkan adalah malam ini malam pertamanya dengan Xander. Imajinasi membayangkan apa yang terjadi setelah ini terus ada dalam benak Audrey.
Audrey menganggukan kepalanya merespon ucapan Xander. Lantas wanita itu segera melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk mempersiapkan diri. Begitu pun dengan Xander yang juga mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur. Terlihat raut wajah Audrey sangat bahagia, namun lain halnya dengan Xander yang sejak tadi memasang raut wajah dingin tanpa ekspresi.
Di kamar mandi, Audrey melakukan banyak perawatan mulai dari berendam sabun susu yang dicampur sabun madu. Lalu memakai lotion seluruh tubuhnya agar harum. Rambut pirang indah Audrey terjuntai indah itu pun begitu harum.
Hingga ketika Audrey selesai membersihkan diri, Audrey kebingungan memilih gaun tidur untuknya. Bisa dikatakan semua yang ada di koper Audrey adalah lingerie seksi yang telah dia siapkan. Semua lingerie Audrey begitu transparan bahkan nyaris membuatnya seperti telanjang.
“Astaga, aku harus memakai yang mana?” gumam Audrey resah kebingungan.
Audrey mondar-mandir tidak jelas. Ini adalah pengalaman pertama Audrey. Wajar saja kalau Audrey panik dan kebingungan. Audrey takut akan mengecewakan Xander.
Audrey mengatur napasnya. Menenangkan rasa cemas yang melanda. Beberapa hari lalu sebelum pernikahan, Audrey suda menonton film dewasa. Terdengar konyol tapi ini semua demi memuaskan sang suami. Audrey sama sekali belum pernah melakukan yang seperti adegan di film dewasa itu. Namun Audrey sudah mengingat-ingat apa yang harus dilakukannya.
Tatapan Audrey tak sengaja menatap lingerie berwarna merah transparan. Terlihat Audrey tersenyum puas kala melihat lingerie berwarna merah transparan itu. Audrey segera mengambil lingerie itu dan memakainya. Pun Audrey segera merias wajahnya dan menata rambut panjangnya agar terjuntai sempurna.
Saat Audrey sudah mengganti pakaiannya, Audrey langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Langkah yang anggun sambil memainkan ujung rambutnya pelan.
“Xander,” panggil Audrey kala tiba di hadapan Xander.
Xander yang tengah berkutat pada ponselnya, mengalihkan pandangannya kala mendengar suara Audrey—dan seketika tatapan Xander menatap terkejut Audrey yang memakai lingerie berwarna merah transparan. Napas Xander memberat melihat puncak dada Audrey yang berwarna merah muda berdiri tegak begitu terlihat. Tubuh putih mulus Audrey begitu terpampang di hadapannya. Kulit yang layaknya porselen itu sukses membuat sorot mata dingin Xander seakan terselimuti api gairah.
“Audrey, kenapa kau memakai pakaian itu,” geram Xander menahan emosi tepatnya pria itu menahan hasratnya. Tak munafik, Xander adalah pria normal. Seks tidak memerlukan cinta.
“Memangnya aku harus memakai apa? Bikini?” Audrey dengan berani duduk di pangkuan Xander. Melingkarkan tangannya ke leher Xander dan memberikan kecupan di bibir sang suami.
“Audrey. Tidurlah, ini sudah malam.” Xander hendak menurunkan tubuh Audrey yang duduk di pangkuannya. Namun alih-alih menurut malah Audrey semakin menekan dadanya menempel pada dada Xander.
“Aku belum mau tidur sekarang, Xander.” Audrey membawa tangan Xander, dan meletakannya ke dadanya. “Touch me, Xander, please,” bisiknya sensual.
‘Shit!’ Xander mengumpat dalam hati kala Audrey menggodanya. Tanpa sadar, Xander pun memberikan remasan di dada Audrey.
“Audrey, jangan melakukan hal yang akan kau sesali nanti.” Xander ingin menjauhkan tangannya dari dada Audrey, namun Audrey menahan tangan Xander.
“Aku tidak akan pernah menyesalinya, Xander.” Audrey mengusap dada bidang Xander. Suaminya itu hanya celana training panjang dan bertelanjang dada. Otot-otot maskulinnya membentuk sempurna. Tato di tangan Xander membuat pria itu begitu jantan. “Touch me, please. I want, Xander,” bisiknya lagi sensual.
“Fuck! Kau yang meminta ini, Audrey.” Xander membalikan posisi menindih tubuh Audrey. Pria itu melumat liar bibir Audrey. Pun Audrey membalas lumatan bibir Xander. Tampak Audrey sedikit kewalahan mengimbangi ciuman Xander.
“Ah—” Desahan lolos di bibir Audrey kala Xander meremas dada wanita itu keras. Kedua telapak tangan Xander memberikan remasan kuat di dada Audrey.
Xander merobek lingerie merah yang dipakai Audrey. Tatapan pria itu menatap penuh gairah gundukan kembar di dada Audrey. Xander meletakan kedua tangan Audrey ke atas kepala wanita itu. Lantas Xander mendekatkan bibirnya ke puncak dada Audrey, dan mengisap layaknya bayi yang kelaparan.
“Oh, Xander!” Erangan di bibir Audrey tak henti lolos kala Xander mengulum puncak dadanya. Lidah Xander bergerak erotis menjilat puncak dadanya. Tubuh Audrey meremang seperti tersengat aliran listrik kuat.
Xander kehilangan kewarasannya kala mencumbu Audrey. Pria itu terus mengulum puncak dada Audrey bergantian seperti bayi yang begitu haus. Xander meninggalkan begitu banyak jejak kemerahan di dada Audrey.
Xander menurunkan kepalanya, lalu melucuti celana dalam berenda berwarna merah milik Audrey. Melempar ke sembarangan arah. Terlihat Audrey hendak menutup rapat kedua pahanya kala Xander menatap kewanitaannya. Namun Xander segera membuka lebar kedua paha Audrey.
“Xander—”
“Aku ingin melihatnya.”
Tatapan Xander menatap memuja kewanitaan Audrey yang begitu indah dan terawat. Xander mendekatkan bibirnya ke titik sensitive Audrey. Lidahnya bergerak erotis hingga membuat tubuh Audrey mencondong ke depan.
“Ah! Xander!” Audrey meremas rambut Xander kuat-kuat. Tubuh Audrey menggelinjang dan tak bisa terkendali. Lidah Xander begitu hebat bermain di bawah sana.
Desahan Audrey semakin membuat api gairah terselimuti dalam diri Xander. Pria itu menelan cairan yang keluar dari inti tubuh bagian bawah Audrey. Lalu Xander bangkit berdiri dan menanggalkan celananya, melemparkan sembarangan. Terlihat Audrey menggigit bibir bawahnya seraya menelan salivanya melihat kejantanan Xander yang tegak dan besar. Urat-urat itu mengeras. Gagah perkasa.
Xander menindih tubuh Audrey. Melumat lembut bibir Audrey. Perlahan Xander membuka lebar kedua paha Audrey, dan menyatukan miliknya dengan milik Audrey dengan satu kali hentakan keras.
“Akhhh!” Audrey menjerit kala Xander berusaha memasukinya. Sayangnya Xander belum berhasil, pria itu terus menekan milik Audrey menerobos lembah surga wanita itu.
“S-sakit, Xander,” rintih Audrey.
“Tahan sakitmu demi aku.” Xander kembali melumat bibir Audrey, dan semakin menekan miliknya ke dalam milik sang istri.
Suara Audrey hendak kembali berteriak kala Xander berhasil memasukinya. Namun, Xander segera membungkam bibir Audrey dengan bibirnya. Xander tak langsung bergerak. Pria itu masih diam di dalam Audrey.
Sudut mata Audrey mengeluarkan air mata. Xander segera menghapus air mata itu dan mengarahkan tangan Audrey untuk memeluknya erat. Pun Audrey menuruti keinginan Xander. Audrey memeluk erat punggung Xander.
Perlahan Xander mulai menggerakan pinggulnyam, menghujam dengan tempo yang pelan, sedang, dan cepat. Desahan lolos di bibir Audrey. Rasa sakit Audrey telah tergantikan dengan kenikmatan.
“Oh, shit!” Xander menggeram nikmat merasakan miliknya begitu nikmat di dalam milik Audrey. Pria itu lepas kendali. Dia menghujam Audrey dengan tempo yang keras hingga membuat Audrey harus menahan rintihan sakit di inti tubuhnya.
Lenguhan dan erangan saling bersahutan memenuhi kamar hotel itu. Kedua insan melakukan pergulatan panas di atas ranjang dengan liar dan terselimuti api gairah. Terdengar suara Audrey yang tak henti-henti meracau memanggil nama ‘Xander’, sedangkan Xander tak bisa mengendalikan diri. Xander tahu apa akibat dari apa yang telah dia lakukan.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved