Chapter 11: Teman yang Layak Dijadikan Sahabat

by 寻飞 10:30,Nov 28,2023
Setelah melihat Cyno Han dibawa ke dalam ambulan, Berni Wu pun pergi dengan tenang.

Benar, sebagai salah satu ahli bela diri terbaik di grupnya, Berni Wu memang sangat percaya diri dengan kemampuannya.

Andai tidak ada keajaiban yang muncul, setidaknya lawannya itu akan menjalani perawatan rehabilitasi di rumah sakit selama satu bulan ke depan.

Namun saat berjalan melewati jalan yang sama seperti sebelumnya, seketika Berni Wu mengkhawatirkan sesuatu yang lain. Ia memang telah mengatasi gangguan dari Grup Ao Xue. Walau demikian, bagaimana cara mengatasi penyakit yang diderita orang tua tersebut?

Tampaknya perlu meminjam, mungkin berhutang… atau bahkan menjual sesuatu miliknya!

Berni Wu tentu telah mencoba segala cara, namun hutang kakeknya telah menumpuk lebih dari seribu Yuan. Hutang yang menggunung itu terus menekan dirinya, seolah mampu menjerat lehernya dengan kejam.

Namun sekali lagi, ia tidak punya cara lain selain mencari uang dengan cepat. Walau demikian persaingan industri saat ini tentu sangat ketat. Dengan modal yang terbatas, ia harus bisa mendapatkan banyak keuntungan dengan cepat.

Sayangnya, apa yang bisa dilakukan olehnya sekarang? Keterampilan yang dipelajarinya selama belajar di pendidikan militer pun tidak terlalu dibutuhkan di dunia kerja. Selain itu, bukankah hanya berjualan di pinggir jalan juga tidak bisa membuatnya cepat kaya?

Alhasil tidak berlebihan bahwa hal paling berharga yang dimilikinya saat ini adalah ponsel yang ada di dalam sakunya.

Ponsel? Sialan! Di mana ponselnya!

Berni Wu terus-menerus meraba saku celananya, ia seketika sadar bahwa ponselnya telah hilang dari sakunya.

Kepalanya langsung mengeluarkan keringat. Uang pinjaman yang sudah cair pun belum diambilnya kemarin, bahkan seseorang yang biasanya memberi pekerjaan padanya juga belum menghubunginya lagi. Jika ayahnya membutuhkan pengobatannya, tentu situasi ini menjadi amat gawat baginya!

“Ah, sialan!”

Ia terus menggeledah semua sakunya dengan kesal, namun tetap saja tidak menemukan ponselnya di sana.

Memang benar bahwa saat ini adalah zaman ketika garis kemakmuran telah ditentukan saat seseorang baru lahir. Akan tetapi, bukan berarti bahwa zaman ini dapat membuat seseorang bisa memiliki kekayaan dengan begitu cepat.

Sebelum ayahnya sakit, sebenarnya Berni Wu memiliki pemikiran yang sama seperti orang-orang seumurannya. Ia percaya bahwa usaha seseorang lah yang akan menentukan jalan hidupnya, bukan takdir yang hanya akan menjerat dirinya.

Walau demikian, setelah dirinya menghadapi kerasnya dunia dan berbagai rintangan, ia menyadari bahwa saat takdir memintanya untuk kalah, maka apapun usahanya pun akan menunjukkan hasil yang sia-sia.

Setelah berjalan selama satu jam lamanya, Berni Wu telah sampai di depan rumah sakit dengan kaki yang amat lelah.

“Ahahaha, dia meamng anak baik,seperti saya. Tentu dia jarang berbicara dan melakukan banyak!”

Di salah satu kamar rumah sakit, seketika terdengar tawa riang milik seorang kakek tua.

Mendengar pembicaraan yang terjadi di dalam kamar tersebut, Berni Wu tentu masuk dengan wajah sedikit bingung.

Sebab hampir selama setahun terakhir ini tidak ada yang datang menjenguk orang tua ini. Apa yang aneh dengan hari ini? Lagi pula, siapa yang dengan sukarela menjenguk kakeknya itu?

Ketika melihat seseorang yang duduk di sebelah tempat tidur kakeknya itu, Berni Wu agak terkejut. Ia tidak menyangka bahwa seseorang yang menjenguk kakeknya ini adalah Raiden Wang, orang yang dikenal beberapa waktu lalu.

Bahkan di meja pasien yang ada di samping tempat tidur juga terdapat buah-buahan dan oleh-oleh yang telah ditaruh dengan rapi di sana.

Raiden Wu duduk di tepi tempat tidur sembari menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur. Ia tampak bersila dengan santai.

Kedua orang itu sedang asyik berbicara, yang menarik adalah wajah kakek yang penuh dengan kemerahan, terlihat lebih sehat daripada orang biasa.

“Raiden…. Raiden Wang?”

Berni Wu tampak terkejut melihatnya.

Raiden Wang membalas ekspresinya dengan sehelai senyuman. Ia pun menyapa dengan santai seakan telah menyelesaikan masalahnya.

“Dasar anak ceroboh, bisa-bisanya kamu membiarkan ponselmu tertinggal di dalam mobil. Untung saja Raiden segera menemukannya. ”

Di sisi lain, Kakeknya mengambil sebuah ponsel dari bawah bantal dan memberikannya kepada Berni Wu. Ia pun mengomel dengan tidak senang, “Mulai sekarang, lebih perhatikan dirimu sendiri. Kamu sudah bukan anak kecil lagi, ayah tidak bisa terus-terusan menjagamu setiap saat.”

“Oh, iya!” Jawabnya sambil tertegun.

Berni Wu pun segera mengambil ponselnya itu dan tetap menatap curiga ke arah Raiden Wang.

“Penghuni kamar nomor 9, harap segera membayar biaya rumah sakit!”

Pada saat itu juga, seketika pintu terbuka dan seorang perawat pun masuk ke dalam kamar.

“Ini tidak masuk akal, aku baru saja selesai membayarnya, kenapa harus membayar lagi?”

Sambil berkata demikian, Raiden Wang langsung berdiri. Ia tentu bertanya dengan nada tidak puas.

Mendengar pertanyaan itu, perawat tentu langsung menundukkan kepala dan langsung memperhatikan buku catatan yang dibawanya.

“Empat puluh menit yang lalu, aku baru saja mendapat catatan pembayarannya dan memberikannya padamu. Jika kamu tidak mempercayaiku, lihatlah, aku masih punya catatan pelunasannya.”

Raiden Wang melangkah mendekati perawat itu dengan tergesa-gesa sambil menjelaskan hal itu.

Di sisi lain, Barni Wu menatap Raiden Wang dengan cermat. Ia langsung memahami situasi ini.
Benar, mungkin saja ia tidak sengaja menjatuhkan ponselnya saat turun dari mobil. Untungnya, setelah itu Raiden Wang menemukannya.

Secara tidak terduga, penagih dari rumah sakit menghubungi ponselnya dan Raiden Wang menjawabnya. Alhasil, orang ini telah mengetahui semua masalahnya.

Meski Beri Wu tidak tahu tujuan kedatangan Raiden Wang ke rumah sakit ini, namun ia tahu pasti bahwa dia tidak memiliki niat jahat kepadanya.

“ Memang sahabat terbaikmu!”

Saat sedang berpikir, Simhao Wu menoleh ke arah anaknya dan berkata demikian.

“Haha, iya,Ayahku!”

Seolah tidak terlalu memikirkannya, Berni Wu membalasnya dengan ringan.

Simhao Wu melanjutkan, “Anakku, teman yang bisa menambah kebahagiaan dalam hidupmu mungkin banyak, tetapi sahabat yang bisa memberikan bantuan saat kamu sedang dalam kesulitan sangatlah langka. Orang seperti itu layak untuk kamu pertahankan seumur hidup!”
Sembari memandang pria polos dengan alis tebal dan mata besar itu, Berni Wu mengangguk dengan terpaksa.

“Toktoktok..”

Seketika pintu kamar diketuk dengan keras, kemudian perawat yang bernama Susir Trans itu langsung menunjukkan kepalanya. Ia terlebih dahulu memberi salam hormat kepada Simhao Wu. Sambil berekspresi dengan getir, ia lanjut berkata kepada Berni Wu, “Tuan Wu, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan Anda, apakah Anda punya waktu untuk membicarakannya?”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

41