Chapter 15: Si Pembual
by 寻飞
10:30,Nov 28,2023
Setelah mendengar ucapannya, Berni Wu terjebak dalam keraguan. Pada siang hari di depan pintu "Hotel Caesar", dia benar-benar menyaksikan keberanian pemuda itu. Setelah ragu-ragu cukup lama, dia akhirnya berseru, "Tunggu aku!"
Lebih dari empat puluh menit kemudian, mereka berada di dalam toko lotre.
Berni Wu melihat pemuda itu sedang meringkuk di sudut dengan kedua tangan memeluk kepalanya. Kaus putih besar yang dikenakannya penuh dengan jejak kaki dengan ketebalan yang berbeda-beda. Wajahnya pun memerah dan memar. Dia benar-benar berbeda dari gambaran seorang pemuda kaya yang menghabiskan banyak uang pada siang hari.
Arbor Qi membawa ikat pinggang. Ia datang dengan marah bersama lima pemuda lainnya sambil melontarkan kata-kata kotor. Ketika dia melihat Berni Wu, Arbor Qi menunjukkan rasa hormat dan memberi isyarat kepada semua temannya agar keluar terlebih dulu.
Berni Wu berinisiatif menyerahkan sebatang rokok dan bertanya, "Ada apa, Bro?”
“Anak ini benar-benar penipu! Dia telah mengambil lebih dari 300.000 yuan dariku dan tidak punya uang untuk melunasi tagihannya!”
Arbor Qi melotot dengan matanya yang seperti sapi, sambil meludah dengan marah.
Pemuda itu membela diri dengan lemah. "Mesin kalian pasti telah dimodifikasi. Jika tidak, mungkin aku tidak akan kalah sebanyak itu."
"Kamu masih berani membela diri, ya!" Arbor Qi mengambil sabuk dan mulai mendekatinya lagi. Pemuda itu ketakutan dan segera melindungi kepalanya.
"Bro, Bro, jangan sampai begitu!" Berni Wu merangkul bahu Arbor Qi untuk mencegahnya.
“Kalau kamu benar-benar melukai anak muda ini, kamu sendiri juga ‘kan yang harus bertanggung jawab.”
Arbor Qi menatap marah kepada pemuda itu, lalu dengan serius berkata, "Berni Wu, kita bukan orang lain. Aku akan bicara jujur denganmu. Aku hanya seorang karyawan. Toko ini milik bosku. Kamu jual aku pun tidak akan cukup untuk menutupi kerugian lebih dari 300.000 yuan."
Berni Wu tersenyum, lalu berujar, "Kamu tidak perlu menutupinya. Dia punya uang!"
"Ya, benar, aku punya uang! Sungguh punya uang! Kalau tidak percaya, ayo, kita pergi ke bank, aku langsung ambilkan untukmu." Pemuda itu berteriak untuk mengulur waktu.
Arbor Qi mengerutkan kening dan menatap pemuda itu, lalu memandang Berni Wu, dan menjelaskan dengan canggung. "Kak Berni, kami punya aturan kami sendiri. Kami tidak akan membiarkannya pergi sebelum membayar."
Berni Wu menepuk dadanya dan berkata, "Kalau ada aku yang menjamin, apa kamu masih tidak yakin?"
Arbor Qi menggigit bibir dan ragu-ragu selama beberapa saat, lalu berbisik, "Baiklah! Kalau begitu, aku akan menyerahkan orang itu kepadamu, Kak Berni. Sebelum besok siang, kamu harus mengembalikan uangnya kepadaku. Kalau tidak, bos bisa mengulitiku."
"Tidak perlu menunggu sampai besok siang. Paling lama juga setengah jam!"
Pemuda itu bangkit dengan hati-hati dan dengan yakin menjamin bahwa dia akan membayar uangnya. Berni Wu mengerti bahwa Arbor Qi khawatir. Bisnis mereka memang tidak legal, jadi jika mereka pergi ke bank bersama, mereka akan mudah tertangkap kamera dan menimbulkan masalah di kemudian hari.
Dalam waktu singkat, Berni Wu membawa pemuda yang babak belur itu meninggalkan toko lotre. Pemuda itu menoleh ke belakang dan menggerutu dengan mata melotot, lalu bergumam, "Sialan, masalahnya sekarang aku ada di tempat kecil seperti Kota C ini. Kalau di ibu kota, aku bisa membuat orang-orang yang memukulku itu menggali kuburannya sendiri. Lihatlah wajah tampanku yang dipukul ini. Kalau kakekku tahu, pasti dia akan menangis karena tertekan." Berni Wu tidak menanggapi, dia berjalan menuju ATM terdekat.
Pemuda itu mendekat tanpa malu-malu. "Bro, kamu benar-benar murah hati. Namaku Kayar Luo. Kamu siapa?"
Berni Wu menepis tangan pemuda itu yang diletakkan di bahunya. Dia mengernyitkan dahi dan berujar, "Tiga ratus ribu sebagai uang pelicin. Satu sen pun tidak boleh kurang. Kalau kurang, aku akan mengirimmu kembali pada mereka!"
"Hanya masalah sepele. Lima ratus ribu juga boleh." Pemuda yang mengaku bernama Kayar Luo itu menggeleng dengan acuh tak acuh.
Orang ini benar-benar cerewet. Dia tidak pernah berhenti berbicara, seperti senapan mesin yang terus menembak tanpa henti. Berni Wu menahan keinginan untuk memukulnya. Mereka berdua akhirnya tiba di sebuah ATM. Kayar Luo segera berlari masuk dengan melompat-lompat.
Berni Wu menatapnya tanpa berkedip. Kini pemuda ini adalah pohon uangnya. Kalau terjadi sesuatu yang tidak terduga, selain kehilangan uang, dia juga tidak akan bisa menjelaskannya kepada Arbor Qi.
Satu menit, dua menit, hingga sepuluh menit berlalu. Kayar Luo masih belum keluar. Dia sibuk dengan mesin ATM dengan punggung menghadap Berni Wu. Berni Wu langsung merasa curiga dan berjalan masuk dengan sangat fokus.
"Sialan! Sialan!" Kayar Luo melemparkan enam atau tujuh kartu bank ke lantai dengan kasar. Dia berkeringat dan dengan keras menekan tombol ATM.
Berni Wu bertanya dengan lembut, "Ada apa denganmu?"
"Diblokir! Semua kartuku diblokir oleh ayahku. Aku tidak bisa menarik uang sepeser pun!"
Kayar Luo memalingkan kepala dan menangis dengan suara lolongan yang menyedihkan. Berni Wu terkejut dan mendekatinya dengan tidak percaya.
"Kalau kamu tidak percaya, lihat saja sendiri! Tidak ada satu pun kata sandi yang benar." Kayar Luo menelan ludah dan menunjuk ke layar. "Kak, apa yang harus kulakukan?"
Dalam sekejap, amarah meluap dalam hati Berni Wu. Dia merasa seperti telah dipermainkan. Lengan kasarnya menjepit kepala Kayar Luo dan mengumpat dengan marah. "Ayo, kamu pulang bersamaku!"
“Kak, tolong ... jangan ... Kalau aku kembali, mereka akan memukuliku sampai mati ...”
“Bagaimana kalau kamu menemaniku pulang ke ibu kota? Aku akan memberimu lima ratus ribu. Oh, tidak! Satu juta!”
Kayar Luo meronta-ronta dengan putus asa dan memohon ampun, tetapi tubuh kecilnya tidak sebanding dengan kekuatan Berni Wu. Berni Wu menyeret Kayar Luo keluar dari bank dengan paksa tanpa ragu.
Tanpa menghiraukan tangis dan permohonannya, Berni Wu mengeluarkan ponsel dan menelepon nomor Arbor Qi. "Bro, bocah ini juga mempermainkanku. Kami berada di Jalan Rakyat. Tolong datang sebentar, ya."
“Kalau kamu menyerahkanku, aku akan melaporkanmu ke polisi karena memukulku sepanjang hari!” Kata-kata Kayar Luo selanjutnya membuat Berni Wu segera menutup telepon.
Lebih dari empat puluh menit kemudian, mereka berada di dalam toko lotre.
Berni Wu melihat pemuda itu sedang meringkuk di sudut dengan kedua tangan memeluk kepalanya. Kaus putih besar yang dikenakannya penuh dengan jejak kaki dengan ketebalan yang berbeda-beda. Wajahnya pun memerah dan memar. Dia benar-benar berbeda dari gambaran seorang pemuda kaya yang menghabiskan banyak uang pada siang hari.
Arbor Qi membawa ikat pinggang. Ia datang dengan marah bersama lima pemuda lainnya sambil melontarkan kata-kata kotor. Ketika dia melihat Berni Wu, Arbor Qi menunjukkan rasa hormat dan memberi isyarat kepada semua temannya agar keluar terlebih dulu.
Berni Wu berinisiatif menyerahkan sebatang rokok dan bertanya, "Ada apa, Bro?”
“Anak ini benar-benar penipu! Dia telah mengambil lebih dari 300.000 yuan dariku dan tidak punya uang untuk melunasi tagihannya!”
Arbor Qi melotot dengan matanya yang seperti sapi, sambil meludah dengan marah.
Pemuda itu membela diri dengan lemah. "Mesin kalian pasti telah dimodifikasi. Jika tidak, mungkin aku tidak akan kalah sebanyak itu."
"Kamu masih berani membela diri, ya!" Arbor Qi mengambil sabuk dan mulai mendekatinya lagi. Pemuda itu ketakutan dan segera melindungi kepalanya.
"Bro, Bro, jangan sampai begitu!" Berni Wu merangkul bahu Arbor Qi untuk mencegahnya.
“Kalau kamu benar-benar melukai anak muda ini, kamu sendiri juga ‘kan yang harus bertanggung jawab.”
Arbor Qi menatap marah kepada pemuda itu, lalu dengan serius berkata, "Berni Wu, kita bukan orang lain. Aku akan bicara jujur denganmu. Aku hanya seorang karyawan. Toko ini milik bosku. Kamu jual aku pun tidak akan cukup untuk menutupi kerugian lebih dari 300.000 yuan."
Berni Wu tersenyum, lalu berujar, "Kamu tidak perlu menutupinya. Dia punya uang!"
"Ya, benar, aku punya uang! Sungguh punya uang! Kalau tidak percaya, ayo, kita pergi ke bank, aku langsung ambilkan untukmu." Pemuda itu berteriak untuk mengulur waktu.
Arbor Qi mengerutkan kening dan menatap pemuda itu, lalu memandang Berni Wu, dan menjelaskan dengan canggung. "Kak Berni, kami punya aturan kami sendiri. Kami tidak akan membiarkannya pergi sebelum membayar."
Berni Wu menepuk dadanya dan berkata, "Kalau ada aku yang menjamin, apa kamu masih tidak yakin?"
Arbor Qi menggigit bibir dan ragu-ragu selama beberapa saat, lalu berbisik, "Baiklah! Kalau begitu, aku akan menyerahkan orang itu kepadamu, Kak Berni. Sebelum besok siang, kamu harus mengembalikan uangnya kepadaku. Kalau tidak, bos bisa mengulitiku."
"Tidak perlu menunggu sampai besok siang. Paling lama juga setengah jam!"
Pemuda itu bangkit dengan hati-hati dan dengan yakin menjamin bahwa dia akan membayar uangnya. Berni Wu mengerti bahwa Arbor Qi khawatir. Bisnis mereka memang tidak legal, jadi jika mereka pergi ke bank bersama, mereka akan mudah tertangkap kamera dan menimbulkan masalah di kemudian hari.
Dalam waktu singkat, Berni Wu membawa pemuda yang babak belur itu meninggalkan toko lotre. Pemuda itu menoleh ke belakang dan menggerutu dengan mata melotot, lalu bergumam, "Sialan, masalahnya sekarang aku ada di tempat kecil seperti Kota C ini. Kalau di ibu kota, aku bisa membuat orang-orang yang memukulku itu menggali kuburannya sendiri. Lihatlah wajah tampanku yang dipukul ini. Kalau kakekku tahu, pasti dia akan menangis karena tertekan." Berni Wu tidak menanggapi, dia berjalan menuju ATM terdekat.
Pemuda itu mendekat tanpa malu-malu. "Bro, kamu benar-benar murah hati. Namaku Kayar Luo. Kamu siapa?"
Berni Wu menepis tangan pemuda itu yang diletakkan di bahunya. Dia mengernyitkan dahi dan berujar, "Tiga ratus ribu sebagai uang pelicin. Satu sen pun tidak boleh kurang. Kalau kurang, aku akan mengirimmu kembali pada mereka!"
"Hanya masalah sepele. Lima ratus ribu juga boleh." Pemuda yang mengaku bernama Kayar Luo itu menggeleng dengan acuh tak acuh.
Orang ini benar-benar cerewet. Dia tidak pernah berhenti berbicara, seperti senapan mesin yang terus menembak tanpa henti. Berni Wu menahan keinginan untuk memukulnya. Mereka berdua akhirnya tiba di sebuah ATM. Kayar Luo segera berlari masuk dengan melompat-lompat.
Berni Wu menatapnya tanpa berkedip. Kini pemuda ini adalah pohon uangnya. Kalau terjadi sesuatu yang tidak terduga, selain kehilangan uang, dia juga tidak akan bisa menjelaskannya kepada Arbor Qi.
Satu menit, dua menit, hingga sepuluh menit berlalu. Kayar Luo masih belum keluar. Dia sibuk dengan mesin ATM dengan punggung menghadap Berni Wu. Berni Wu langsung merasa curiga dan berjalan masuk dengan sangat fokus.
"Sialan! Sialan!" Kayar Luo melemparkan enam atau tujuh kartu bank ke lantai dengan kasar. Dia berkeringat dan dengan keras menekan tombol ATM.
Berni Wu bertanya dengan lembut, "Ada apa denganmu?"
"Diblokir! Semua kartuku diblokir oleh ayahku. Aku tidak bisa menarik uang sepeser pun!"
Kayar Luo memalingkan kepala dan menangis dengan suara lolongan yang menyedihkan. Berni Wu terkejut dan mendekatinya dengan tidak percaya.
"Kalau kamu tidak percaya, lihat saja sendiri! Tidak ada satu pun kata sandi yang benar." Kayar Luo menelan ludah dan menunjuk ke layar. "Kak, apa yang harus kulakukan?"
Dalam sekejap, amarah meluap dalam hati Berni Wu. Dia merasa seperti telah dipermainkan. Lengan kasarnya menjepit kepala Kayar Luo dan mengumpat dengan marah. "Ayo, kamu pulang bersamaku!"
“Kak, tolong ... jangan ... Kalau aku kembali, mereka akan memukuliku sampai mati ...”
“Bagaimana kalau kamu menemaniku pulang ke ibu kota? Aku akan memberimu lima ratus ribu. Oh, tidak! Satu juta!”
Kayar Luo meronta-ronta dengan putus asa dan memohon ampun, tetapi tubuh kecilnya tidak sebanding dengan kekuatan Berni Wu. Berni Wu menyeret Kayar Luo keluar dari bank dengan paksa tanpa ragu.
Tanpa menghiraukan tangis dan permohonannya, Berni Wu mengeluarkan ponsel dan menelepon nomor Arbor Qi. "Bro, bocah ini juga mempermainkanku. Kami berada di Jalan Rakyat. Tolong datang sebentar, ya."
“Kalau kamu menyerahkanku, aku akan melaporkanmu ke polisi karena memukulku sepanjang hari!” Kata-kata Kayar Luo selanjutnya membuat Berni Wu segera menutup telepon.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved