Bab 9 Part 9
by Neng Gemoy
17:57,Nov 05,2024
"Serius sumpeh"kata Susan sambil masih membuka buku itu, yang belakangan aku tahu kalau itu adalah buku Kamasutra.
Aku pun hanya terdiam membayangkan sosok gadis remaja umur 13 tahunan dientot oleh orang berusia setengah abad. Penisku mengeras dibawah sana. Apalagi kini
di sampingku ada sosok bidadari kecil yang cantik, Susan sepupuku.
"Bang Jay, Susan boleh lihat punya abang?"
Aku sempat kaget mendengarnya tapi juga kegirangan.
"Boleh sih tapi lihat aja yah."aku kemudian berbalik badan telentang di ranjang kemudian ku plorotkan celanaku hingga selutut.
"Bang, ini to yang namanya burung."Susan memperhatikan Penisku dengan seksama.
"Kok gede sih?"tanya Susan sambil kemudian memegang-megang penisku yang sudah ereksi seratus persen.
"Iya dong, apalagi dipegangin sama gadis secantik Susan."aku merayu Susan.
"Ah Abang bohong, Susan kan masih anak-anak. Tetek Susan aja belum ada."Susan nampak malu.
Aku malah merasa keenakan mendapat rabaan dari gadis kecil seperti Susan. Aku sendiri terus terang waktu itu, aku pacaran dengan Revita pun hanya sebatas
cium pipi. Namun, kini gadis kecil itu malah memegang-megang batang penisku.
Malah kemudian tanganku membimbing tangan Susan mengerakkan tangannya naik turun di batang penisku. Rasanya sungguh nikmat dan enak sekali. Baru kali ini aku merasakan sensasi kocokan tangan seorang gadis.
"Lho abang kok merem melek gitu? Geli yah Bang?"Susan bertanya dengan wajah polosnya.
"Iya San, habisnya enak."kataku.
"Masa sih."Susan kemudian malah semakin cepat mengocok penisku dengan tangan mungilnya yang tidak mampu menggenggam penuh batang penisku. Aku semakin
kegelian dan keenakan.
"Udah San, udah Abang gak tahan geli."aku mencoba melepaskan tangan Susan dari batang penisku dan tanpa ku pikir lagi.
"San, emut dong burung Abang, kayak kamu ngemut es krim"permintaan yang aneh sebenarnya untuk gadis seusia Susan.
Alangkah senangnya aku ketika Susan mencoba memasukkan kepala penisku ke dalam bibir mungilnya.
"Bang Hak Hisa Massu....kehedean."Susan ngomong tidak jelas karena bibirnya sudah melahap kepala penisku. Jelas saja gak bakal muat Penisku terlalu besar
untuknya.
Enak juga bibir Susan, sensasinya benar-benar membuatku melayang keenakan. Cukup lama Susan mengoral penisku bahkan tanpa ku tahu Susan sangat lihat
mengoral penisku. Entah dia belajar darimana.
"San kok kamu...ah...enaknya."Aku semakin keenakan ketika Susan menjilati kedua biji pelerku.
Susan kemudian duduk disampingku yang masih telentang dengan celana terbuka. Penisku nampak mengkilap.
"Susankan pernah bilang lihat Ayah sama Mama. Mama jilati burung Ayah sampai Ayah merem melek gitu Bang"kata Susan polos.
Pikiranku sudah gelap, aku sudah dilanda birahi tanpa banyak kata ku terkam tubuh mungil itu.
"Ah...abang geli...."Susan menggeliat ketika lehernya aku ciumi dan aku jilati. Sedangkan tanganku sibuk mengelus-elus sekujur tubuhnya.
Sambil melepas celana yang masih nyangkut dilututku aku telanjangi Susan hingga benar-benar telanjang bulat. Kini di ranjang itu, nampak sosok gadis kecil dan seorang laki-laki dewasa dalam kondisi telanjang. Bedanya aku masih mengenakan kaos oblong. Aku perhatikan Susan yang kini telentang dibawahku, ku pandangi sejenak dan kemudian ku lepas kaosku. Susan nampak bingung dan malu, wajahnya merona. Entah malu atau bernafsu yang jelas penisku sudah mengangguk-angguk mencari pasangan.
Tanpa menunggu lama segera ku sosor bibir mungil Susan. Meskipun aku juga termasuk perjaka, dan minim pengalaman setidaknya pengalaman melihat film porno ku praktekan disini. Susan masih sangat pasif bahkan ketika kumainkan lidahku di dalam mulutnya Susan masih tidak bereaksi. Kaget mungkin, ku lepas pagutanku dan sejenak ku tatap wajahnya sambil membelai-belai rambutnya. Aku setengah merangkat di atas tubuh mungil Susan. Pelan-pelan kini bibirku beralih ke leher Susan. Susan menggeliat-liat kegelian.
"Bang...geli...."
Aku meneruskan permainan lidahku. Aku tidak bodoh dengan meninggalkan cupangan di leher Susan. Untung saja hari ini rumah sepi, hanya ada aku dan Susan
saja.
Ciumanku kemudian ku alihkan ke dadanya yang baru mulai tumbuh. Puting susu Susan masih sangat imut, berwarna merah kecoklatan. Aku hisap puting susu itu bergantian. Reaksi tubuh Susan benar-benar luar biasa.
"Aduh Bang, geli.....enak...."
Aku lihat tubuh Susan tidak saja menggeliat-liat. Tangan Susan meremas rambut kepalaku, bahkan sesekali menjambak rambutku. Sakit memang tapi aku benar-benar menikmatinya. Sesaat ku alihkan lidahku ke bagian dalam paha Susan, kiri dan kanan bergantian. Susan semakin merintih tidak karuan karena kegelian. Ciumanku akhirnya ku arahkan ke vagina mungil Susan yang mash gundul dan polos itu. Ku buka lebar kedua paha Susan hingga vagina Susan yang tadinya nampak hanya sebuah garis kini terlihat ada lubang mungil di dalamnya.
"Ah....abang geli....Sss.....enak...bang...."Susan merintih semakin keras ketika lidahku menjilati permukaan vaginanya.
Susan benar-benar telah terhanyut dalam nafsu birahi mendadak kepalaku dibenamkan ke dalam vaginanya hingga aku kesulitan bernafas dan Susan mendesah tubuhnya pun menegang.
"Ahhhhh........................"
Tiba-tiba ku rasakan cairan asin-asin gurih di lidahku, cairan itu semakin membanjir mau tidak mau ku hisap sekalian cairan itu. Beransgur-angsur tubuh mungil Susan melemah dan tangan Susan juga sudah lepas dari kepalaku. Ku tatap wajah Susan nampak lelah namun cukup puas sangat kelihatan sekali di matanya.
Penisku sendiri masih sangat tegang dan keras. Aku berpikir sejenak apakah harus ku renggut keperawanan Susan. Aku menimbang-nimbang sendiri dalam hati, di satu sisi aku memang ingin sekali merasakan vagina seorang wanita. Apalagi selama ini Revita hanya mengijinkanku untuk menciumnya saja. Tapi, Susan masih kecil, apa muat vaginanya, pikirku.
Aku mendapat ide lain. Ku buka lebar lagi kedua paha Susan. Kemudian ku arahkan kepala penisku tepat ke vagina Susan dan pelan-pelan ku bimbing kepala penisku di belahan bibir vagina Susan.
"Agh...Abang sakit."Susan mengaduh ketika ku tekan penisku di depan liang vaginanya. Beberapa kali ku coba, namun Susan mengaduh kesakitan. Aku bisa memakluminya karena memang penisku cukup besar.
Akhirnya, yang dapat ku lakukan hanyalah menggesek-gesekkan saja kepala penisku di belahan bibir vagina Susan. Ku pikir rasanya akan berbeda. Namun, ternyata rasanya cukup nikmat juga. Beberapa lama masih kegesek-gesekkan penisku di vagina Susan. Susan pun kini sudah dapat menikmatinya juga.
"Asss...sh....ssss.....enak bang....."desah Susan.
Mendengar Susan mendesah aku coba lagi menekan penisku ke dalam liang senggamanya, kali ini Susan masih diam, bahkan menikmati benda asing di dalam
vaginanya. Walaupun baru kepalanya saja yang masuk penisku seakan-akan diurut oleh dinding ketat vagina Susan. Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. Ku dorong maju mundur penisku di dalam vagina Susan, rasanya sangat enak sungguh nikmat. Kepala penisku ku dorong semakin dalam, namun tangan Susan mendorong pinggulku.
"Abang jangan dalam-dalam Susan sakit."cegah Susan. Ku rasakan penghalang di dalam lubang vagina Susan.
"Ya sudah kalo gitu segini aja yah."Aku sebenarnya tidak tahan tapi aku tidak mungkin menyakiti sepupuku ini. Akhirnya, seks pertamaku dengan Susan ku
lakukan dengan hanya menggesek-gesekkan kepala penisku di liang senggamanya.
"Yah...gitu Bang...enak Susan enak......"
Tidak berapa lama aku pun merasakan ada cairan yang akan keluar dari penisku. Segera ku pegangi penisku dan ku kangkangi Susan.
"Crot...crot...crot....."spermaku tumpah menyemprot muka dan dada Susan sebagian mengenai rambut sebahu Susan.
"Ah...abang apaan nih......bau...."Susan mencium aroma sperma di wajahnya.
Aku lemas, dan kemudian berbaring di sampingnya.
"Itu....namanya sperma Sayang."aku menjelaskan.
"Kalo masuk ke dalam sini, kamu bisa hamil."terangku sambil memegang vaginanya.
"Masa sih bang, Susan bisa hamil dong?"tanya Susan.
"Ya gak lah kan tadi gak masuk."jelasku.
Kami pun akhirnya tertidur pulas dalam keadaan bugil hingga malam tiba. Untungnya kami terbangun tepat sebelum orang rumah lainnya pulang. Aku dan Susan semenjak kejadian itu, seringkali melakukannya. Hingga akhirnya aku pun lulus kuliah dan diterima kerja di Jakarta. Setelah itu, kami jarang ketemu,
apalagi kemudian Pak Dhe Jarwo pindah rumah. Sudah hampir 10 tahun aku tidak ketemu.
Kenanganku dengan Susan, tiba-tiba buyar ketika pintu kamar itu terbuka.
"Cekretk..."
"Papa...."ternyata Istriku Revita datang. Anehnya, Revita sudah mengganti bajunya dengan t-shirt bertuliskan touch me, nampak puting susunya tercetak di
t-shirt itu, pasti dia tidak memakai BH. Payudaranya nampak bergoyang-goyang ketika Istriku menghampiriku. Tidak habis pikir bukannya t-shirt itu, aku yang
beli buat Marni. Sudahlah namanya juga keluarga bertukar baju hal wajar pikirku.
"Nih, Papa minum ini."Revita menyodorkan sebotol minuman yang aku tak tahu apa sebenarnya.
"Apaan nih Ma?"tanyaku. Ku amati botol itu, tidak ada tulisan latin di situ, tapi sangat jelas aku kenal itu tulisan cina mandarin berwarna merah.
"Sudah minum aja, nanti Papa juga tahu."kata Istriku.
"Papa kan laper nih Ma, masa yaiya malah disuruh minum mana cuma ada sandwich doang di kulkas."aku menggerutu.
"Minum dulu aja. Entar mama kasih makan malam istimewa."kata Istriku.
Aku tenggak habis minuman seukuran botol M150 itu. Rasanya manis agak pahit.
"Apaan sih ini Ma, rasanya aneh gini."aku penasaran. Tubuhku menjadi panas dilanda birahi sesaat setelah ku tenggak minuman itu.
"Papa mandi sana udah malam."kata Revita.
"Nanti Mama nyusul."sambung Istriku sambil kemudian keluar kamar dan lagi-lagi pintu kamar di kunci. Aku pun penasaran juga dengan makan malam istimewa
yang dimaksud istriku.
Aku sempat menatap istriku dari belakang, bokong itu memang masih sama, masih terlihat menggoda di balut rok span warna abu-abu selutut. Ku biarkan Istriku berlalu, namun kini aku kelabakan sendiri penisku rupanya menggembung, semakin mengeras.
Entah apa yang ku pikirkan entah Marni, entah Susan, entah juga Revita. Apalagi ditambah bayangan tentang Susan, Enaknya vaginanya Marni dan Payudara istriku yang menggodaku. Segera aku menuju ke dalam kamar mandi di dalam kamar untuk meredam birahiku yang tiba-tiba meledak-ledak. Ku lepas semua bajuku dan sesaat kemudian aku sudah bertelanjang. Aku melepas penat dan beban pikiranku dengan menceburkan diriku ke dalam bathup. Penisku benar-benar telah menegang sempurna hingga muncul ke permukaan air bath up. Ku pegang dan ku elus-elus penisku sendiri. Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang dan ku rasakan gundukan yang sangat familiar menempel di kepalaku begitu kenyal dan empuk tidak salah lagi. Sepasang Payudara. Tapi, aku yakin sekali ini bukan payudara Istriku, aku hanya berspekulasi. Aku tahu persis payudara Istriku ukuran dan juga bentuknya.
"Papa kok main sendiri?"suara Istriku terdengar di telingaku.
"Mama.....ah Mama kok genit sih....."kataku. Aku mencoba menebak.
Ku coba melepas tangan itu, namun ku dengar Istriku berkata.
"Eit..tunggu dulu."suara Istriku.
Kemudian ku rasakan ada yang menjamah penisku. Ku pikir-pikir lagi bagaimana bisa mataku di tutup dengan dua tangan. Kalau yang menutup mataku adalah
istriku lalu siapa yang memegang penisku? Aku berspekulasi......
"Ini makan malam istimewa buat Papa....."
Bersambung....
Aku pun hanya terdiam membayangkan sosok gadis remaja umur 13 tahunan dientot oleh orang berusia setengah abad. Penisku mengeras dibawah sana. Apalagi kini
di sampingku ada sosok bidadari kecil yang cantik, Susan sepupuku.
"Bang Jay, Susan boleh lihat punya abang?"
Aku sempat kaget mendengarnya tapi juga kegirangan.
"Boleh sih tapi lihat aja yah."aku kemudian berbalik badan telentang di ranjang kemudian ku plorotkan celanaku hingga selutut.
"Bang, ini to yang namanya burung."Susan memperhatikan Penisku dengan seksama.
"Kok gede sih?"tanya Susan sambil kemudian memegang-megang penisku yang sudah ereksi seratus persen.
"Iya dong, apalagi dipegangin sama gadis secantik Susan."aku merayu Susan.
"Ah Abang bohong, Susan kan masih anak-anak. Tetek Susan aja belum ada."Susan nampak malu.
Aku malah merasa keenakan mendapat rabaan dari gadis kecil seperti Susan. Aku sendiri terus terang waktu itu, aku pacaran dengan Revita pun hanya sebatas
cium pipi. Namun, kini gadis kecil itu malah memegang-megang batang penisku.
Malah kemudian tanganku membimbing tangan Susan mengerakkan tangannya naik turun di batang penisku. Rasanya sungguh nikmat dan enak sekali. Baru kali ini aku merasakan sensasi kocokan tangan seorang gadis.
"Lho abang kok merem melek gitu? Geli yah Bang?"Susan bertanya dengan wajah polosnya.
"Iya San, habisnya enak."kataku.
"Masa sih."Susan kemudian malah semakin cepat mengocok penisku dengan tangan mungilnya yang tidak mampu menggenggam penuh batang penisku. Aku semakin
kegelian dan keenakan.
"Udah San, udah Abang gak tahan geli."aku mencoba melepaskan tangan Susan dari batang penisku dan tanpa ku pikir lagi.
"San, emut dong burung Abang, kayak kamu ngemut es krim"permintaan yang aneh sebenarnya untuk gadis seusia Susan.
Alangkah senangnya aku ketika Susan mencoba memasukkan kepala penisku ke dalam bibir mungilnya.
"Bang Hak Hisa Massu....kehedean."Susan ngomong tidak jelas karena bibirnya sudah melahap kepala penisku. Jelas saja gak bakal muat Penisku terlalu besar
untuknya.
Enak juga bibir Susan, sensasinya benar-benar membuatku melayang keenakan. Cukup lama Susan mengoral penisku bahkan tanpa ku tahu Susan sangat lihat
mengoral penisku. Entah dia belajar darimana.
"San kok kamu...ah...enaknya."Aku semakin keenakan ketika Susan menjilati kedua biji pelerku.
Susan kemudian duduk disampingku yang masih telentang dengan celana terbuka. Penisku nampak mengkilap.
"Susankan pernah bilang lihat Ayah sama Mama. Mama jilati burung Ayah sampai Ayah merem melek gitu Bang"kata Susan polos.
Pikiranku sudah gelap, aku sudah dilanda birahi tanpa banyak kata ku terkam tubuh mungil itu.
"Ah...abang geli...."Susan menggeliat ketika lehernya aku ciumi dan aku jilati. Sedangkan tanganku sibuk mengelus-elus sekujur tubuhnya.
Sambil melepas celana yang masih nyangkut dilututku aku telanjangi Susan hingga benar-benar telanjang bulat. Kini di ranjang itu, nampak sosok gadis kecil dan seorang laki-laki dewasa dalam kondisi telanjang. Bedanya aku masih mengenakan kaos oblong. Aku perhatikan Susan yang kini telentang dibawahku, ku pandangi sejenak dan kemudian ku lepas kaosku. Susan nampak bingung dan malu, wajahnya merona. Entah malu atau bernafsu yang jelas penisku sudah mengangguk-angguk mencari pasangan.
Tanpa menunggu lama segera ku sosor bibir mungil Susan. Meskipun aku juga termasuk perjaka, dan minim pengalaman setidaknya pengalaman melihat film porno ku praktekan disini. Susan masih sangat pasif bahkan ketika kumainkan lidahku di dalam mulutnya Susan masih tidak bereaksi. Kaget mungkin, ku lepas pagutanku dan sejenak ku tatap wajahnya sambil membelai-belai rambutnya. Aku setengah merangkat di atas tubuh mungil Susan. Pelan-pelan kini bibirku beralih ke leher Susan. Susan menggeliat-liat kegelian.
"Bang...geli...."
Aku meneruskan permainan lidahku. Aku tidak bodoh dengan meninggalkan cupangan di leher Susan. Untung saja hari ini rumah sepi, hanya ada aku dan Susan
saja.
Ciumanku kemudian ku alihkan ke dadanya yang baru mulai tumbuh. Puting susu Susan masih sangat imut, berwarna merah kecoklatan. Aku hisap puting susu itu bergantian. Reaksi tubuh Susan benar-benar luar biasa.
"Aduh Bang, geli.....enak...."
Aku lihat tubuh Susan tidak saja menggeliat-liat. Tangan Susan meremas rambut kepalaku, bahkan sesekali menjambak rambutku. Sakit memang tapi aku benar-benar menikmatinya. Sesaat ku alihkan lidahku ke bagian dalam paha Susan, kiri dan kanan bergantian. Susan semakin merintih tidak karuan karena kegelian. Ciumanku akhirnya ku arahkan ke vagina mungil Susan yang mash gundul dan polos itu. Ku buka lebar kedua paha Susan hingga vagina Susan yang tadinya nampak hanya sebuah garis kini terlihat ada lubang mungil di dalamnya.
"Ah....abang geli....Sss.....enak...bang...."Susan merintih semakin keras ketika lidahku menjilati permukaan vaginanya.
Susan benar-benar telah terhanyut dalam nafsu birahi mendadak kepalaku dibenamkan ke dalam vaginanya hingga aku kesulitan bernafas dan Susan mendesah tubuhnya pun menegang.
"Ahhhhh........................"
Tiba-tiba ku rasakan cairan asin-asin gurih di lidahku, cairan itu semakin membanjir mau tidak mau ku hisap sekalian cairan itu. Beransgur-angsur tubuh mungil Susan melemah dan tangan Susan juga sudah lepas dari kepalaku. Ku tatap wajah Susan nampak lelah namun cukup puas sangat kelihatan sekali di matanya.
Penisku sendiri masih sangat tegang dan keras. Aku berpikir sejenak apakah harus ku renggut keperawanan Susan. Aku menimbang-nimbang sendiri dalam hati, di satu sisi aku memang ingin sekali merasakan vagina seorang wanita. Apalagi selama ini Revita hanya mengijinkanku untuk menciumnya saja. Tapi, Susan masih kecil, apa muat vaginanya, pikirku.
Aku mendapat ide lain. Ku buka lebar lagi kedua paha Susan. Kemudian ku arahkan kepala penisku tepat ke vagina Susan dan pelan-pelan ku bimbing kepala penisku di belahan bibir vagina Susan.
"Agh...Abang sakit."Susan mengaduh ketika ku tekan penisku di depan liang vaginanya. Beberapa kali ku coba, namun Susan mengaduh kesakitan. Aku bisa memakluminya karena memang penisku cukup besar.
Akhirnya, yang dapat ku lakukan hanyalah menggesek-gesekkan saja kepala penisku di belahan bibir vagina Susan. Ku pikir rasanya akan berbeda. Namun, ternyata rasanya cukup nikmat juga. Beberapa lama masih kegesek-gesekkan penisku di vagina Susan. Susan pun kini sudah dapat menikmatinya juga.
"Asss...sh....ssss.....enak bang....."desah Susan.
Mendengar Susan mendesah aku coba lagi menekan penisku ke dalam liang senggamanya, kali ini Susan masih diam, bahkan menikmati benda asing di dalam
vaginanya. Walaupun baru kepalanya saja yang masuk penisku seakan-akan diurut oleh dinding ketat vagina Susan. Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. Ku dorong maju mundur penisku di dalam vagina Susan, rasanya sangat enak sungguh nikmat. Kepala penisku ku dorong semakin dalam, namun tangan Susan mendorong pinggulku.
"Abang jangan dalam-dalam Susan sakit."cegah Susan. Ku rasakan penghalang di dalam lubang vagina Susan.
"Ya sudah kalo gitu segini aja yah."Aku sebenarnya tidak tahan tapi aku tidak mungkin menyakiti sepupuku ini. Akhirnya, seks pertamaku dengan Susan ku
lakukan dengan hanya menggesek-gesekkan kepala penisku di liang senggamanya.
"Yah...gitu Bang...enak Susan enak......"
Tidak berapa lama aku pun merasakan ada cairan yang akan keluar dari penisku. Segera ku pegangi penisku dan ku kangkangi Susan.
"Crot...crot...crot....."spermaku tumpah menyemprot muka dan dada Susan sebagian mengenai rambut sebahu Susan.
"Ah...abang apaan nih......bau...."Susan mencium aroma sperma di wajahnya.
Aku lemas, dan kemudian berbaring di sampingnya.
"Itu....namanya sperma Sayang."aku menjelaskan.
"Kalo masuk ke dalam sini, kamu bisa hamil."terangku sambil memegang vaginanya.
"Masa sih bang, Susan bisa hamil dong?"tanya Susan.
"Ya gak lah kan tadi gak masuk."jelasku.
Kami pun akhirnya tertidur pulas dalam keadaan bugil hingga malam tiba. Untungnya kami terbangun tepat sebelum orang rumah lainnya pulang. Aku dan Susan semenjak kejadian itu, seringkali melakukannya. Hingga akhirnya aku pun lulus kuliah dan diterima kerja di Jakarta. Setelah itu, kami jarang ketemu,
apalagi kemudian Pak Dhe Jarwo pindah rumah. Sudah hampir 10 tahun aku tidak ketemu.
Kenanganku dengan Susan, tiba-tiba buyar ketika pintu kamar itu terbuka.
"Cekretk..."
"Papa...."ternyata Istriku Revita datang. Anehnya, Revita sudah mengganti bajunya dengan t-shirt bertuliskan touch me, nampak puting susunya tercetak di
t-shirt itu, pasti dia tidak memakai BH. Payudaranya nampak bergoyang-goyang ketika Istriku menghampiriku. Tidak habis pikir bukannya t-shirt itu, aku yang
beli buat Marni. Sudahlah namanya juga keluarga bertukar baju hal wajar pikirku.
"Nih, Papa minum ini."Revita menyodorkan sebotol minuman yang aku tak tahu apa sebenarnya.
"Apaan nih Ma?"tanyaku. Ku amati botol itu, tidak ada tulisan latin di situ, tapi sangat jelas aku kenal itu tulisan cina mandarin berwarna merah.
"Sudah minum aja, nanti Papa juga tahu."kata Istriku.
"Papa kan laper nih Ma, masa yaiya malah disuruh minum mana cuma ada sandwich doang di kulkas."aku menggerutu.
"Minum dulu aja. Entar mama kasih makan malam istimewa."kata Istriku.
Aku tenggak habis minuman seukuran botol M150 itu. Rasanya manis agak pahit.
"Apaan sih ini Ma, rasanya aneh gini."aku penasaran. Tubuhku menjadi panas dilanda birahi sesaat setelah ku tenggak minuman itu.
"Papa mandi sana udah malam."kata Revita.
"Nanti Mama nyusul."sambung Istriku sambil kemudian keluar kamar dan lagi-lagi pintu kamar di kunci. Aku pun penasaran juga dengan makan malam istimewa
yang dimaksud istriku.
Aku sempat menatap istriku dari belakang, bokong itu memang masih sama, masih terlihat menggoda di balut rok span warna abu-abu selutut. Ku biarkan Istriku berlalu, namun kini aku kelabakan sendiri penisku rupanya menggembung, semakin mengeras.
Entah apa yang ku pikirkan entah Marni, entah Susan, entah juga Revita. Apalagi ditambah bayangan tentang Susan, Enaknya vaginanya Marni dan Payudara istriku yang menggodaku. Segera aku menuju ke dalam kamar mandi di dalam kamar untuk meredam birahiku yang tiba-tiba meledak-ledak. Ku lepas semua bajuku dan sesaat kemudian aku sudah bertelanjang. Aku melepas penat dan beban pikiranku dengan menceburkan diriku ke dalam bathup. Penisku benar-benar telah menegang sempurna hingga muncul ke permukaan air bath up. Ku pegang dan ku elus-elus penisku sendiri. Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang dan ku rasakan gundukan yang sangat familiar menempel di kepalaku begitu kenyal dan empuk tidak salah lagi. Sepasang Payudara. Tapi, aku yakin sekali ini bukan payudara Istriku, aku hanya berspekulasi. Aku tahu persis payudara Istriku ukuran dan juga bentuknya.
"Papa kok main sendiri?"suara Istriku terdengar di telingaku.
"Mama.....ah Mama kok genit sih....."kataku. Aku mencoba menebak.
Ku coba melepas tangan itu, namun ku dengar Istriku berkata.
"Eit..tunggu dulu."suara Istriku.
Kemudian ku rasakan ada yang menjamah penisku. Ku pikir-pikir lagi bagaimana bisa mataku di tutup dengan dua tangan. Kalau yang menutup mataku adalah
istriku lalu siapa yang memegang penisku? Aku berspekulasi......
"Ini makan malam istimewa buat Papa....."
Bersambung....
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved