Bab 8 Aku sama sekali tidak tertarik
by Edy official
14:58,Jun 23,2021
Kediaman Azman holding, suasana terlihat sepi setelah acara ulang tahun Kakek Azman dan pernikahan Pewaris keluarga Azman holding selesai. Semua orang kini sudah kembali dalam urusan mereka masing-masing tak terkecuali Wulan.
Yang sekarang sibuk di dapur membantu para pelayan membersikan piring kotor. Bukan sekali atau dua kali sudah kepala pelayanan Yun melarang Wulan melakukan pekerjaan itu. Pekerjaan yang tidak seharusnya di lakukan oleh menantu mansion ini.
Namun, Wulan tidak mau memikirkan hal itu. baginya Wulan yang sekarang atau Wulan yang dulu tidaklah berubah sama sekali, sekali pelayan tetaplah seorang pelayan.
"Nyonya muda tolong jangan lakukan ini, biar mereka saja yang akan melakukannya nyonya." ucap Bu Yun untuk kesekian kalinya.
"Bu Yun tolong jangan halangi aku, ini sudah jadi tugasku!" sahut Wulan masih semangat membantu pelayan lainnya.
"Ya Tuhan, nyonya tolong mengertilah. Sekarang status anda sudah berbeda. Anda bukan lagi seorang pelayan di rumah ini tapi anda adalah nyonya." kepala Bu Yun terasa sakit, dia serasa sudah kehabisan akal membujuk Wulan agar tidak melakukan hal yang tidak pantas bagi seorang nyonya muda. Perkataan Bu Yun sama sekali tidak dihiraukan oleh Wulan.
Kalau sampai Kakek Azman tau tentang ini Bu Yun tidak tau harus beralasan apa menghadapi pertanyaan dari Kakek Azman, beliau pasti akan sangat marah jika mengetahui menantu keluarganya kembali berkerja sebagai pembantu.
"Wulan, pergilah. Biar kami saja yang akan mengerjakan pekerjaan ini. Sebaiknya kamu segera pergi ke kamarmu. Mungkin tuan muda Vino membutuhkan bantuan mu." ucap Nia mencoba menasehati.
"Bantuan apa? memangnya apa yang dia butuhkan dariku sekarang." tukas Wulan.
"Kalian kan pengantin baru, ya kali aja tuan muda butuh nutrisi." sahut Nia dengan nada menyindir Wulan selaku pengantin baru.
"Nia..." kedua mata Wulan membulat sempurna, Wulan tau betul apa maksud dari perkataan Nia barusan. tentu saja hal itu membuat pipi Wulan merah merona seketika karena malu.
"Awas aku pasti akan membalasmu." gerutu Nia sembari menyudahi pekerjaannya membantu para pelayan.
"Aku akan menunggu hari itu, nyonya muda." ledek Nia tersenyum senang melihat Wulan pergi dari dapur.
"Ahhhhh .... Akhirnya." desih Bu Yun.
*****
Di perjalanan menuju kamar Wulan tidak henti-hentinya mengumpat kekesalannya terhadap Bu Yun dan juga Nia, karena telah mengusiknya tadi. Namun tanpa sengaja telinga Wulan mendengar cibiran para pelayan tentang dirinya tak kala ia hendak melewati ruang keluarga.
"Benar-benar tidak tau malu banget tu si Wulan. Demi menjadi nyonya muda di mansion ini dia menjebak tuan Muda Vino. Dasar wanita iblis tidak tau diri." celutus pelayan A sembari menyapu ruangan keluarga.
"Kamu benar banget, seharusnya dia bersyukur bisa bekerja di sini. Udah gajinya gede tempat tinggal mewah lagi, lah ini dia malah ngelunjak." cibir pelayan B, keduanya terus saja mencibir tanpa mengetahui kalau Wulan sadari tadi berdiri dibelakang mereka. Mendengar semua apa yang telah mereka katakan.
Hati Wulan terasa sakit saat mendengar cibiran yang begitu hina itu. Andai saja mereka tau kalau Wulan terpaksa menikah dengan Vino hanya semata-mata membiayai pengobatan Neneknya di kampung. Mungkin mereka akan berpikir dua kali sebelum melepaskan kata-kata.
Tak kuasa mendengar cibiran itu lagi akhirnya Wulan bergegas ke kamarnya, tapi sayangnya sesampainya di dalam kamar Wulan sudah tidak menemukan barang-barangnya lagi. Kamar terasa kosong tidak di tempatin.
Hingga beberapa saat kemudian datanglah seorang pelayan memberitahukan Wulan kalau semua barang-barangnya sudah dipindahkan ke kamar Vino.
Wulan sedikit tersentak mendengarnya, bagaimana bisa barangnya di pindahkan ke kamar Vino. Dalam beberapa detik kemudian Wulan pun teringat kalau dia sekarang sudah menjadi istri Vino.
"Astaga ...." Hidung Nia menciut seketika saat mencium bau badan terasa menusuk. Dirinya juga baru tersadar kalau dia belum mandi pantas saja mengeluarkan bau yang sangat menyengat.
Tidak punya pilihan lain akhirnya Wulan memberanikan dirinya untuk pergi ke kamar Vino lagi. Kamar yang telah membuat hidupnya terasa hancur.
Tepat di ambang pintu tangan Wulan seakan kaku mengerakkan tangannya untuk mengutuk pintu itu. Bayang-bayang beberapa jam lalu kembali teringat secara tiba-tiba.
"Jadi kamu pelayan yang telah berani menjebak kakakku," ucap seseorang secara tiba-tiba berada di tepat dibelakang Wulan. Tangannya yang mulus ia layangkan untuk menghempaskan rambut poni yang sempat terjatuh. Sorot matanya seketika berubah memicing menatap tajam kearah Wulan.
Tatapan penuh interogasi dan ketidak sukanya.
"Nona muda Dira." tutur Wulan terkejut.
Ya, dia adalah Nadira, pewaris ketiga keluarga Azman holding.
Dira yang awalnya berencana akan pergi ke Belanda karena ada keperluan mendesak dari sang kekasihnya pun terpaksa harus menunda keberangkatannya saat ia mendapat kabar kalau Vino telah menikah dengan seorang pembantu.
"Jawab pertanyaanku?" ucap Dira tapi kali ini suaranya sedikit lebih tinggi dari pada yang tadi.
"Maaf Nona, saya harus segera bersiap-siap." elak Wulan bergegas masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu lagi. Pertanyaan yang di lontarkan Dira, Wulan tidak bisa menjawabnya. dirinya juga belum tau pasti siapa yang telah menjebak dirinya tidur di kamar Vino.
"Darimana saja kamu?"
bersambung ....
Yang sekarang sibuk di dapur membantu para pelayan membersikan piring kotor. Bukan sekali atau dua kali sudah kepala pelayanan Yun melarang Wulan melakukan pekerjaan itu. Pekerjaan yang tidak seharusnya di lakukan oleh menantu mansion ini.
Namun, Wulan tidak mau memikirkan hal itu. baginya Wulan yang sekarang atau Wulan yang dulu tidaklah berubah sama sekali, sekali pelayan tetaplah seorang pelayan.
"Nyonya muda tolong jangan lakukan ini, biar mereka saja yang akan melakukannya nyonya." ucap Bu Yun untuk kesekian kalinya.
"Bu Yun tolong jangan halangi aku, ini sudah jadi tugasku!" sahut Wulan masih semangat membantu pelayan lainnya.
"Ya Tuhan, nyonya tolong mengertilah. Sekarang status anda sudah berbeda. Anda bukan lagi seorang pelayan di rumah ini tapi anda adalah nyonya." kepala Bu Yun terasa sakit, dia serasa sudah kehabisan akal membujuk Wulan agar tidak melakukan hal yang tidak pantas bagi seorang nyonya muda. Perkataan Bu Yun sama sekali tidak dihiraukan oleh Wulan.
Kalau sampai Kakek Azman tau tentang ini Bu Yun tidak tau harus beralasan apa menghadapi pertanyaan dari Kakek Azman, beliau pasti akan sangat marah jika mengetahui menantu keluarganya kembali berkerja sebagai pembantu.
"Wulan, pergilah. Biar kami saja yang akan mengerjakan pekerjaan ini. Sebaiknya kamu segera pergi ke kamarmu. Mungkin tuan muda Vino membutuhkan bantuan mu." ucap Nia mencoba menasehati.
"Bantuan apa? memangnya apa yang dia butuhkan dariku sekarang." tukas Wulan.
"Kalian kan pengantin baru, ya kali aja tuan muda butuh nutrisi." sahut Nia dengan nada menyindir Wulan selaku pengantin baru.
"Nia..." kedua mata Wulan membulat sempurna, Wulan tau betul apa maksud dari perkataan Nia barusan. tentu saja hal itu membuat pipi Wulan merah merona seketika karena malu.
"Awas aku pasti akan membalasmu." gerutu Nia sembari menyudahi pekerjaannya membantu para pelayan.
"Aku akan menunggu hari itu, nyonya muda." ledek Nia tersenyum senang melihat Wulan pergi dari dapur.
"Ahhhhh .... Akhirnya." desih Bu Yun.
*****
Di perjalanan menuju kamar Wulan tidak henti-hentinya mengumpat kekesalannya terhadap Bu Yun dan juga Nia, karena telah mengusiknya tadi. Namun tanpa sengaja telinga Wulan mendengar cibiran para pelayan tentang dirinya tak kala ia hendak melewati ruang keluarga.
"Benar-benar tidak tau malu banget tu si Wulan. Demi menjadi nyonya muda di mansion ini dia menjebak tuan Muda Vino. Dasar wanita iblis tidak tau diri." celutus pelayan A sembari menyapu ruangan keluarga.
"Kamu benar banget, seharusnya dia bersyukur bisa bekerja di sini. Udah gajinya gede tempat tinggal mewah lagi, lah ini dia malah ngelunjak." cibir pelayan B, keduanya terus saja mencibir tanpa mengetahui kalau Wulan sadari tadi berdiri dibelakang mereka. Mendengar semua apa yang telah mereka katakan.
Hati Wulan terasa sakit saat mendengar cibiran yang begitu hina itu. Andai saja mereka tau kalau Wulan terpaksa menikah dengan Vino hanya semata-mata membiayai pengobatan Neneknya di kampung. Mungkin mereka akan berpikir dua kali sebelum melepaskan kata-kata.
Tak kuasa mendengar cibiran itu lagi akhirnya Wulan bergegas ke kamarnya, tapi sayangnya sesampainya di dalam kamar Wulan sudah tidak menemukan barang-barangnya lagi. Kamar terasa kosong tidak di tempatin.
Hingga beberapa saat kemudian datanglah seorang pelayan memberitahukan Wulan kalau semua barang-barangnya sudah dipindahkan ke kamar Vino.
Wulan sedikit tersentak mendengarnya, bagaimana bisa barangnya di pindahkan ke kamar Vino. Dalam beberapa detik kemudian Wulan pun teringat kalau dia sekarang sudah menjadi istri Vino.
"Astaga ...." Hidung Nia menciut seketika saat mencium bau badan terasa menusuk. Dirinya juga baru tersadar kalau dia belum mandi pantas saja mengeluarkan bau yang sangat menyengat.
Tidak punya pilihan lain akhirnya Wulan memberanikan dirinya untuk pergi ke kamar Vino lagi. Kamar yang telah membuat hidupnya terasa hancur.
Tepat di ambang pintu tangan Wulan seakan kaku mengerakkan tangannya untuk mengutuk pintu itu. Bayang-bayang beberapa jam lalu kembali teringat secara tiba-tiba.
"Jadi kamu pelayan yang telah berani menjebak kakakku," ucap seseorang secara tiba-tiba berada di tepat dibelakang Wulan. Tangannya yang mulus ia layangkan untuk menghempaskan rambut poni yang sempat terjatuh. Sorot matanya seketika berubah memicing menatap tajam kearah Wulan.
Tatapan penuh interogasi dan ketidak sukanya.
"Nona muda Dira." tutur Wulan terkejut.
Ya, dia adalah Nadira, pewaris ketiga keluarga Azman holding.
Dira yang awalnya berencana akan pergi ke Belanda karena ada keperluan mendesak dari sang kekasihnya pun terpaksa harus menunda keberangkatannya saat ia mendapat kabar kalau Vino telah menikah dengan seorang pembantu.
"Jawab pertanyaanku?" ucap Dira tapi kali ini suaranya sedikit lebih tinggi dari pada yang tadi.
"Maaf Nona, saya harus segera bersiap-siap." elak Wulan bergegas masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu lagi. Pertanyaan yang di lontarkan Dira, Wulan tidak bisa menjawabnya. dirinya juga belum tau pasti siapa yang telah menjebak dirinya tidur di kamar Vino.
"Darimana saja kamu?"
bersambung ....
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved