Bab 11 Kecelakaan Mobil

by Ryee 10:01,Sep 16,2021
Aku membelalakkan mataku.

"Yang jelas aku juga tidak punya uang." sambungnya, "Tapi aku bisa mengatakan padamu, bagaimana hidupku dulu saat aku tidak punya uang, aku bisa memberimu nasihat sebagai orang berpengalaman."

Entah mengapa, setelah mendengar ucapannya itu, aku merasa lega.

Selama ini, karena aku selalu menghabiskan seluruh hati dan pikiranku untuk keluargaku, aku tidak punya teman lain selain Molita Su, Tavis adalah orang yang memperlakukanku paling baik setelah Molita, kemarin dia telah membantuku membayarkan biaya rumah sakit, hal ini sudah membuatku merasa tidak enak, dan sekarang dia ingin membantuku membayar hutang-hutangku juga, aku hanya akan merasa terbebani.

Meskipun teman memang harus saling membantu, tapi aku memiliki prinsip untuk tidak mempunyai masalah uang dengan teman sendiri.

Aku menariknya, "Tak usah cerewet, ayo pergi, kutraktir kau makan."

Malamnya, aku datang ke bar tepat waktu.

Awalnya aku berpikir, meskipun aku harus mencari uang, luka di belakang kepalaku masih belum sembuh, aku tidak bisa minum sebanyak biasanya, kalau begitu menghasilkan uang sedikit saja, kesehatan tubuhku lebih penting. Namun tak disangka, tiba-tiba ada sekelompok orang yang datang malam ini, lalu memanggilku untuk membukakan minuman mereka, mereka juga bersedia mengeluarkan banyak uang, begitu mereka datang, mereka langsung memilih beberapa botol alkohol edisi khusus, aku berdiri di pinggiran ruangan mereka sambil melihat orang-orang itu meminum alkohol seharga belasan ribu RMB seperti meminum air putih, tanpa minum setetes alkohol pun, malam ini aku mendapatkan tiga puluh ribu RMB lebih.

Aku selesai kerja pada pukul empat subuh, kakiku terasa sangat ringan.

Jangan-jangan keberuntunganku benar-benar akan datang?

Setelah keluar dari bar, aku berpikir apakah aku akan memanggil taksi untuk pulang, atau menunggu bis pertama yang akan datang dua jam lagi, tiba-tiba klakson sebuah mobil yang berhenti di luar bar itu pun berbunyi, aku melihat ke arah suara itu, Tavis membuka pintu mobilnya dan turun, lalu melambaikan tangannya padaku.

Aku segera berlari ke sana, lalu bertanya dengan semangat, "Kenapa kau ada di sini?"

"Ada temanku yang minum di sini, aku datang kemari untuk ikut minum dengannya." katanya sambil tersenyum, "Kau sudah selesai kerja? Aku juga bersiap untuk pergi, sekalian kuantar kau pulang saja."

"Boleh!" Aku berputar ke pintu depan sebelah, lalu membuka pintunya dan duduk dengan santai, pokoknya searah juga kan, jadi seharusnya aku tidak akan menyusahkan Tavis.

Tavis memutar setirnya dengan pelan lalu pergi dari sana, aku meraba-raba interior mobil itu dan bertanya, "Ini mobilmu?"

Mobil ini harganya seratus ribu RMB lebih, kelihatannya juga agak sedikit tua.

"Bukan, ini punya temanku, aku tidak punya mobil." kata Tavis sambil melirik ke spion sebentar.

"Teman yang mau meminjamkan mobil pasti adalah teman yang sangat dekat."

"Iya."

Setelah berjalan beberapa saat, tiba-tiba Tavis menambah kecepatan mobilnya, di jam seperti ini tidak ada mobil di jalanan, aku tidak mengerti mengapa dia menambah kecepatannya seperti ini, dengan refleks aku memegangi sabuk pengamanku, "Ada apa?"

Tavis memutar setirnya dengan gesit, lalu berkata aneh, "Di jalan depan tidak ada CCTV."

"Hah?" teriakku bingung.

Tiba-tiba Tavis menengok ke arahku sambil tersenyum licik, "Kalau kau takut, pejamkan saja matamu."

Bulu kudukku pun berdiri melihat senyumannya yang tiba-tiba itu, sebelum naik ke atas mobil, aku sudah merasa bahwa Tavis malam ini tidak biasa, sikapnya juga berubah sangat aneh, seketika gambaran-gambaran mengerikan pun terbesit di kepalaku.

Melihat Tavis yang terus-terusan melirik ke kaca spion, aku pun ikut meliriknya juga, seketika aku pun menyadari bahwa ada sebuah mobil yang terus mengikuti kami di belakang, jarak antar kedua mobil ini tak sampai lima enam meter, dan jenis mobil itu sepertinya agak sedikit familiar.

Belum sampai aku ingat siapa pemilik mobil itu, tiba-tiba Tavis memutar setirnya, dan seketika mobilnya pun berbelok dengan sangat kencang, tubuhku sampai menabrak jendela mobil, untung saja aku menggunakan sabuk pengaman, setelah itu barulah aku melihat sebuah truk besar yang berjalan dengan sangat pelan, belokan tajam Tavis barusan ini tepat sekali menghindari tabrakan dengan mobil truk, tapi mobil sedan yang sedari tadi mengikuti kita di belakang pun tidak seberuntung itu, kami berhasil menghalangi pandangannya, dan karena belokan kami yang tajam dan kecepatan mobil Tavis yang sangat tinggi, mobil itu tidak sempat untuk menghindar, dan langsung menabrak mobil truk besar di depannya.

Seketika wajahku pun berubah karena terkejut.

Namun Tavis malah tersenyum dingin, tanpa melihatnya sedikit pun, ia langsung membawa mobilnya pergi dari sana.

Aku berusaha menoleh ke belakang untuk melihatnya, lalu aku bertanya pada Tavis, "Ada kecelakaan, apa tidak lapor polisi?"

Tavis mengangkat pundaknya, "Apa hubungannya dengan kita?"

"......" Aku terdiam sejenak, lalu mencoba bertanya, "Kau kenal dengan supir mobil tadi?"

"Iya, orang yang kubenci."

Ternyata punya dendam.

Aku bertanya dengan khawatir, "Tidak akan terjadi masalah kan?"

"Tidak akan ada yang mati."

Aku menghela nafas lega, entah mengapa, jika Tavis berkata bahwa tidak akan ada yang mati, berarti memang tidak akan ada yang mati, aku mempercayainya.

Melihat rupaku, Tavis pun tersenyum, lalu mengeluarkan tangannya dan mengelus rambutku, "Hatimu itu terlalu lunak, oleh karena itu kau selalu ditindas orang, kalau tidak ingin ditindas, selain berubah menjadi kuat, kau harus menjadi ganas."

Aku tercengang, aku merasa perkataannya ini memiliki arti lain.

Saat sampai di rumahku, sebelum turun dari mobil, Tavis berkata, "Kalau kau ingin tidur nyenyak, matikan handphone-mu."

Aku menatapnya dengan bingung, tak mengerti mengapa ia berkata seperti itu.

Namun sepertinya Tavis tidak ingin memberi penjelasan, setelah aku turun mobil, dia pun membawa mobilnya pergi dari sini.

Sebelum tidur, aku mematikan suara handphone-ku, begitu aku bangun, ada puluhan panggilan telepon tak terjawab, begitu aku melihatnya, semua adalah panggilan dari Maria Zhang dan sebuah nomor tak dikenal.

Jantungku berdebar kencang, teringat akan perkataan Tavis dan semua kejadian yang terjadi subuh tadi, juga nomor plat mobil itu...... Akhirnya aku pun ingat, mobil itu adalah mobil baru Robin Yu,

Kalau begitu, orang yang kecelakaan pagi ini adalah Robin Yu?

Jantungku berdebar kencang, namun di saat bersamaan aku juga sangat kebingungan, Tavis membuat Robin kecelakaan untuk membalaskan dendamku, hal itu tidak sulit untuk dimengerti, tapi bagaimana dengan Robin? Kenapa dia mengikuti kami malam-malam seperti itu?

Saat kau berpikir keras, tiba-tiba handphone-ku berdering lagi, aku melihatnya, panggilan dari nomor tak dikenal itu lagi.

Aku ragu sejenak, dan akhirnya aku pun mengangkatnya, "Halo?"

Suara Anna Bai yang sangat tajam bak belati itu pun menusuk telingaku, ditambah dengan sedikit isak tangisnya, "Alexia Shen, kau akan mendapatkan balasannya!"

Aku mengerutkan keningku, belum sempat berkata apa-apa, Anna langsung memakiku, "Dasar kau wanita iblis, aku hanya menamparmu saja, tapi kau malah ingin membuat Robin mati, tunggu saja, jangan sampai aku mendapatkan bukti, kalau tidak tunggu saja untuk membusuk di penjara!"

Aku, "......"

Setelah telepon itu mati, aku pun menelepon Tavis dengan sangat khawatir.

Setelah beberapa saat barulah Tavis mengangkatnya, suaranya masih terdengar sangat santai, "Ada apa?"

Aku bertanya dengan suara gemetaran, "Orang yang kecelakaan pagi ini adalah Robin Yu?"

"Hn." Tavis berkata dengan pelan, "Kenapa, kau mengkhawatirkannya?"

Tenggorokanku gatal, aku menelan ludah dan berkata, "Tidak, aku hanya...... aku tidak ingin membuatnya mati."

Tavis tersenyum, "Tenang saja, tabrakan seperti itu tidak akan membuat orang mati, hanya memberinya sebuah pelajaran saja, apa keluarganya mencari masalah denganmu?"

Aku tidak menjawab, malah balik tanya, "Apa kau sudah tahu sejak awal bahwa Robin mengikuti kita? Mengapa dia mengikuti kita? Aku......"

"Kau tidak tahu dia mengikutimu?" Tavis menekan nada bicaranya, "Beberapa hari ini dia selalu mengikutimu, kau tidak tahu?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

305