chapter 5 Indra Keenam

by Owen 16:34,Nov 28,2023
Sesilia duduk lemas di sofa sambil mencengkram rambutnya yang hitam legam dengan tangan mungilnya, dia sangat kesal.

"Sesilia, tidak usah takut. Aku akan menangani persoalan perusahaan. Kamu 'kan sudah membantuku, kali ini biar aku yang menolongmu," kata Andrew.

"Terima kasih ..." balas Sesilia lemas, matanya terlihat sayu dan tidak bersemangat.

Masalah perusahaan pastinya tidak mungkin selesai dengan membenarkan Fengsui atau dengan melayangkan beberapa kertas jimat.

Meski begitu, perkataan Andrew tetap menenangkan hatinya.

Dia tidak menyangka orang yang akan membantunya menghadapi kesulitan adalah Andrew, orang yang baru dia kenal dua hari ini.

Brak!

Tiba-tiba, pintu kantor kembali didobrak. Dua petugas berseragam polisi buru-buru memasuki ruangan.

"Apa ada Andrew di sini?" seru salah satu polisi yang berbadan tegap dan berkulit gelap.

"Aku, ada urusan apa?"

Andrew mengernyit, dia bisa merasa ada yang tidak beres.

"Ya. Perkenalkan, kami polisi Kota Yamo yang sedang menyelidiki sebuah kasus dan kami membutuhkan keterangan darimu. Silakan ikut kami," jelas polisi itu dengan serius.

"Kasus?"

"Ya, ini mengenai kematian Sodam. Kita bicarakan detailnya nanti."

Sesilia kaget dan spontan menghampiri polisi itu, "Pak polisi, sepertinya kalian salah orang? Andrew tidak ada sangkut pautnya dengan pembunuhan itu."

Meski begitu, kedua polisi tetap tidak peduli dan tetap membawa paksa Andrew.

Andrew memberi isyarat pada Sesilia dan berpesan, "Sesilia, tidak usah takut, aku akan kembali secepatnya."

Setelah berpesan, dia berjalan mengikuti para polisi pergi meninggalkan perusahaan.

"Andrew!"

Sesilia berseru dengan putus asa.

Situasi langsung menjadi gaduh.

"Wah, pacar Bu Sesilia ditangkap polisi!"

"Laki-laki yang sedang dimabuk cinta itu ternyata penjahat!"

"Ckck, Bu Sesilia itu bodoh. Pria seperti Dio dibilang berengsek, tapi malah mencari pria tidak jelas seperti ini."

"Kalau dia berpandangan jauh ke depan, tidak mungkin perusahaan kita terpuruk seperti sekarang. Sepertinya keputusan Direktur Riley dulu keliru."

Beberapa karyawan lama mulai bergunjing, mereka melirik ruangan pimpinan sambil tertawa mengejek.

Sesilia sangat marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Dia tahu sebagian besar orang di kantornya mengidolakan Dio karena asal Sesilia mau menikahi Dio, PT. Bidara pasti menerima sokongan dana dari Keluarga Zheng.

Jika itu terjadi, posisi Keluarga Bai akan menjadi menjadi lebih kokoh, otomatis PT. Bidara akan berkembang besar dan tingkat kesejahteraan karyawan pasti akan meningkat.

Kita memang tidak bisa mengendalikan pendapat orang lain.

Sesilia mengertakkan gigi, lalu dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.

"Halo, Kak Hani?"

"Halo? Wah, Bu Direktur Sesilia? Tumben sekali menelepon, kenapa? Kangen aku?"

Seorang wanita di ujung telepon menyahut riang.

"Kak Hani, aku butuh bantuanmu. Barusan temanku ditangkap polisi Kota Yamo ..."

"Teman? Siapa namanya?"

"Andrew."

"Hah? Seorang pria?"

"Ya ..."

"Wah, wah! Keajaiban dunia! Tidak kusangka wanita cantik serba bisa ini punya pacar."

"Kak Hani, jangan meledekku. Aku membutuhkannya untuk membereskan urusan Dio."

Kemudian, Sesilia menceritakan bagaimana Andrew menolongnya. Tentu dengan menutupi metode ramalan yang digunakan Andrew. Hani Xue adalah seorang polisi yang tidak percaya Tuhan. Kalau Sesilia memberi tahu semuanya dengan jujur, mana mungkin dia akan percaya?

"Sesilia, bisa-bisanya kamu berpikiran sempit begitu?"

Hani tidak habis pikir seorang Sesilia nekat terjun ke Sungai, dia pun menegur keras perbuatan Sesilia.

"Kak Hani, aku 'kan sudah mengaku salah, waktu itu aku tidak bisa berpikir jernih. Sudah, jangan takut, aku tidak akan mengulanginya."

"Aku tahu belakangan ini kamu sangat tertekan dan banyak masalah, tapi ingatlah, tidak ada masalah tanpa jalan keluar. Ayo semangat dan kuatkan mentalmu! Ah, lalu tentang Andrew ... aku akan mencari tahu, tapi kalau dia bersalah, aku tidak akan menolongnya," ucap Hani dengan tegas lalu dia menutup telepon.

Mobil polisi melaju kencang menuju vila Keluarga Liu di tepi sungai.

Andrew bisa memperkirakan apa yang akan dihadapinya begitu turun dari mobil.

"Ketua, kami sudah membawa saksinya."

Polisi berkulit gelap memberi hormat pada seorang pria dengan tanda pangkat di bahunya.

"Ya, terima kasih."

Lelaki itu mengangguk lalu menatap Andrew, "Pak Andrew? Kenalkan, aku Hugo, Ketua Polisi Kota Yamo. Aku mendatangkanmu ke tempat ini untuk membantu proses penyelidikan, kuharap kamu bisa bekerja sama."

"Tentu, sebagai warga yang baik aku pasti akan bekerja sama dengan polisi."

Andrew tersenyum.

Mereka pun masuk.

Di dalam, Baskara dan putrinya yang duduk di sofa sedang minum teh sambil berbincang.

Di seberang mereka duduklah seorang lelaki berjanggut berpakaian jas hitam.

Lelaki itu memakai cincin giok dan ada beberapa kata jimat tertato di punggung tangannya. Lelaki ini terlihat suci dan sulit ditebak.

Jessica menyadari kehadiran Hugo yang masuk bersama Andrew, dia pun berujar santai, "Kepala Polisi Hugo, terima kasih atas kerja kerasmu."

"Sudah tugasku."

Hugo mulai angkat bicara, "Pak Andrew, kami akan menginterogasimu untuk meminta keterangan di TKP dan memastikan beberapa hal. Kamu boleh pulang kalau ternyata tidak bersalah."

"Ya, ayo mulai."

Andrew melayangkan pandangannya sekeliling dan mengangguk.

Hugo pun langsung berkata terus terang, "Pak Andrew, menurut catatan kami, orang yang menghubungi polisi adalah Nona Sesilia dan itu atas perintahmu."

"Tepat."

Andrew mengaku dengan jujur.

"Kenapa Pak Andrew menelepon polisi?" lanjut Hugo.

"Untuk apa ditanya lagi? Sudah jelas dia bersekongkol dengan Sodam si pembunuh itu untuk memeras Keluarga Liu!"

Jessica meletakkan cangkir tehnya sambil mendengus. "Aku menduga dialah yang membawa Sodam ke sini!"

"Nona Jessica, kamu bisa dipenjara karena menuduh tanpa bukti, jadi berhati-hatilah dengan ucapan dan perbuatanmu."

Andrew menatap Jessica dalam-dalam.

"Nona Jessica, tolong jangan menuduh tanpa bukti."

Hugo juga memperingatkan.

Kalau akibat dari kasus tidak terlalu besar, Hugo tidak mungkin tetap di sini.

"Jessica, biar polisi yang menginterogasinya. Mereka sudah sangat terlatih dan pasti tidak akan melewatkan detail apa pun. Kalau Andrew memang penjahatnya, Kepala Polisi Hugo pasti akan menangkapnya."

Baskara tersenyum.

Jessica mengangguk sambil tersenyum tipis, dia menatap Andrew dengan jijik.

Andrew berpikir sebentar lalu menjawab dengan tenang, "Aku menghubungi polisi karena firasatku megnatakan ada bahaya mengancam rumah ini."

"Firasat? Maksudmu ... kamu punya indra keenam?" Hugo mengernyit.

"Ya," jawab Andrew mantap.

Ekspresi Hugo berubah.

Jelas, dia tidak percaya dengan jawaban Andrew.

"Hahh, sepertinya Pak Andrew harus ikut denganku ke kantor polisi mencatat keterangan ini."

"Kenapa? Pak polisi meragukan alasanku?"

"Kita ini sedang membahas fakta kejadian, bukan tentang firasat atau indra keenam." Hugo mendengus.

"Aku punya faktanya," jawab Andrew.

"Fakta tentang Sodam?" Hugo terkejut.

"Tidak, tentang indra keenamku."

"Kamu ..."

Hugo jadi jengkel. Dia merasa Andrew sudah mempermainkannya dan membuatnya terlihat bodoh. Dia terpaksa meminta Andrew ke kantor polisi untuk investigasi lebih lanjut.

Kemudian, Andrew mendekati Hugo dan berbisik, "Kepala Polisi Hugo, kamu lahir pada tanggal 7 Desember 1989, 'kan? Asalmu dari Kota Tugu, ayahmu bernama Fandi Zheng, ibumu Gina Li. Waktu lahir kamu punya tanda lahir di pantat sebelah kanan sehingga kamu dijuluki 'Si mesum'?"

Hugo tercekat, "Kamu ... kamu melacak data pribadiku? Kurang ajar! Ini melanggar hukum!"

"Kepala Polisi Hugo, kita baru berjumpa pertama kali hari ini. Bagaimana aku bisa melacak data pribadimu? Aku bisa tahu semua itu karena barusan aku menganalisa bentuk wajah dan sidik jarimu." Andrew menggeleng.

"Menganalisa?"

Mata Hugo terbelalak lebar.

"Ya, aku menganalisanya. Ini yang kumaksud dengan indra keenam," kata Andrew sungguh-sungguh.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200