chapter 6 Orang Sepertimu Pantas Dipanggil Master?

by Owen 16:34,Nov 28,2023
Hugo sudah bertugas di kepolisian selama 20 tahun dan belum pernah mengalami hal aneh seperti ini sekali pun.

Namun, perkataan Andrew sangat jitu.

Dia bahkan bisa tahu hal seprivasi tanda lahir Hugo.

Istri yang sudah menikah dengannya lebih dari 10 tahun saja tidak tahu.

Hugo merasa telanjang bulat di hadapan Andrew.

Di sisi lain, Jessica dan Keluarga Liu lainnya hanya saling pandang dengan bingung karena tidak bisa mendengar percakapan Andrew dan Hugo.

"Apa lagi yang kamu bisa lihat?" selidik Hugo, dia terlihat salah tingkah karena malu.

"Mata Pak Kepala Polisi sangat merah dan alismu mulai memutih, ini artinya kamu terlalu lelah, pasti semalam kurang pulas istirahatnya. Padahal Sodam sudah ditangkap dan harusnya belakangan tidak ada kasus besar, jadi menurutku sepertinya ada anggota keluarga Pak Kepala Polisi yang sakit keras."

Hugo menyimak semua penjelasan Andrew dengan seksama, semua perkataannya tepat.

Hugo berdeham beberapa kali dan berusaha kelihatan tetap tenang, "Cukup. Intinya indera keenammu ini tidak bisa dijadikan bukti. Meski aku percaya, hakim belum tentu sependapat denganku."

"Oke, aku akan memberimu bukti nyata." Andrew menggeleng kecil lalu berkata, "Pak Kepala Polisi, apa kalian sudah memeriksa kamera pengawas vila ini?"

Hugo mendengus, "Sodam itu bukan pencuri amatir, dia itu mantan tentara, dia punya keahlian sebagai pengintai. Waktu masuk ke vila, dia langsung merusak kamera pengawas, kami tidak bisa menemukan rekaman di hari kejadian."

"Oh begitu. Ya sudah, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi." Andrew tertawa pasrah.

Hugo tercekat dan terlihat urung mengatakan sesuatu. Tiba-tiba dia menyadari sesuatu dan langsung bergegas keluar pintu.

Tidak berapa lama, dia pun kembali dan terlihat seperti sudah mendapat titik terang kasus ini.

Semuanya penasaran.

"Pak Kepala Polisi, apa sudah ada bukti? Apa orang ini benar anak buah Sodam?"

Jessica yang sudah tidak sabar berusaha menebak.

"Sepertinya ... kalian sudah salah menuduh Andrew."

Hugo menjawab dengan suara dalam.

"Apa?"

Cangkir teh di tangan Jessica hampir saja jatuh, matanya membelalak. "Mana mungkin?"

"Andrew tidak punya kepentingan."

"Tapi kenapa dia lapor polisi?"

"Andrew punya alasan sendiri."

Hugo menunjuk kamera pengawas di pintu masuk sambil berkata, "Barusan aku kembali memeriksanya, kamera pengawas kalian bukan rusak, tapi ada yang memotong kabelnya. Pak Andrew pasti menyadari hal ini waktu di pintu masuk, makanya dia menelpon polisi."

Semuanya tertegun dan memperhatikan kamera pengawas di luar pagar.

Setelah diperhatikan, kabelnya memang putus.

Wajah cantik Jessica langsung terlihat lesu.

"Sepertinya salah paham ini sudah selesai. Sadar ada hal janggal, Pak Andrew langsung menelepon polisi dan bukan jadi kaki tangan Sodam. Nona Jessica, Pak Andrew sudah menyelamatkanmu. Ke depannya, kalian jangan menuduh orang sembarangan."

Hugo menatap Jessica kemudian melambaikan tangannya, "Ayo semua, tugas kita sudah selesai!"

Para polisi pun membubarkan diri.

Jessica terlihat kecewa, tangan mungilnya gemetaran. Kedengkian memuncak memenuhi hatinya.

Kalau begini ceritanya, artinya dia sudah membalas air susu dengan air tuba.

Kalau berita ini tersebar, dia akan kehilangan muka di kota ini.

Baskara tetap terlihat tenang dan melirik Ergen di sampingnya, "Master Ergen, bagaimana pendapatmu?"

"Dia cukup hebat, tapi agak arogan dan suka pamer. Dia tidak akan sukses."

Ergen dengan santai memakai tutup cangkirnya untuk menghalau daun teh yang mengapung.

"Mohon bantuannya, Master Ergen."

Baskara mengangguk kecil. "Hah, jangan pikir semua sudah berakhir karena kamu sudah lolos dari kasus Sodam. Kamu sudah menyumpahi keluarga kami dengan mengatakan ada sumber energi negatif di rumah kami, kita belum membuat perhitungan untuk hal ini."

Andrew tersenyum sinis, "Dasar tidak tahu balas budi. Kalau bukan aku yang menelepon polisi, sekarang kalian sudah mati dibunuh Sodam. Bukannya berterima kasih, kalian malah balik menyalahkan dan menyerangku?"

"Andrew, jangan pikir bisa menipu Keluarga Liu meski kamu berhasil mengecoh Kepala Polisi Hugo. Aku pasti akan membuktikan kalau kamu itu kaki tangan Sodam."

Jessica yang kesal langsung menggebrak meja.

Wanita ini memang sangat sombong. Dia selalu percaya akan penilaiannya sendiri dan tidak mau disalahkan.

"Terserah, aku tidak punya waktu meladeni kalian."

Andrew enggan berdebat dan memilih untuk segera pulang.

"Tunggu!"

Ergen menatap Andrew, "Siapa yang mengijinkanmu pergi?"

Beberapa pengawal Keluarga Liu segera menghadang langkah Andrew.

Andrew mengernyit.

Ergen menaruh cangkir tehnya, lalu menatap Andrew dengan jijik. "Kamu bilang keluarga ini punya dosa besar? Aku sudah menganalisa berkali-kali tapi tidak melihat ada energi negatif di sini. Beritahu aku, energi negatif apa yang kamu maksud?"

"Siapa kamu?" tanya Andrew dan memandanginya dengan tatapan menyelidik.

"Idiot! Kamu itu tinggal di pedalaman apa sih? Ini Master Ergen, mana ada orang Kota Yamo yang tidak mengenalnya? Cih, kuingatkan. Hentikan semua trik sampahmu itu, jangan mempermalukan diri sendiri di hadapan Master Ergen."

Jessica mendengus dingin.

"Master?"

Andrew balik menatap dengan jijik, "Aku tidak pernah mendengar ada nama Ergen dari kedelapan master tertinggi Negara Tarakan? Kamu yakin dirimu pantas dipanggil master?"

Ergen tercekat. "Kamu ... tahu tentang kedelapan master tertinggi?"

"Master Ergen, ada apa?" Baskara mengernyit.

"Sepertinya pemuda ini cukup hebat, dia tahu tentang kedelapan master tertinggi," bisik Ergen. "Tidak usah takut, seorang master sepertiku tidak mungkin kalah dari bocah ingusan ini."

Ergen meneguk tehnya lagi dan menyahut, "Hei, tidak perlu banyak bicara. Cepat tunjukkan di mana energi negatif itu dan buktikan perkataanmu."

"Kamu mengaku sebagai master, tapi tidak bisa melihatnya?"

Andrew menggeleng dan sangat merendahkan Ergen.

Ergen yang merasa terhina pun jadi marah. "Kamu ... Hah! Kalau kamu tidak bisa menunjukan padaku, artinya kamu bohong! Pak Baskara, dia sudah memperdaya keluarga ini, untuk apa sungkan lagi?"

"Betul, tidak perlu meladeni orang seperti ini!"

Baskara sudah tidak sabar, melihat kesempatannya tiba, dia pun mengibaskan tangan, "Andrew, kamu sudah menipu keluarga kami. Kalau sampai tersebar, keluarga kami akan jadi momok di seluruh kota. Untung aku baik hati, demi gurumu, aku hanya akan mematahkan kedua kakimu."

Para pengawal yang beringas mulai mengelilingi Andrew.

"Baskara, perbuatan kalian yang sudah membalasku dengan air tuba ini bisa mendapat karma. Kalian tidak takut?" Andrew menatap tajam Baskara, tampak ada cahaya keemasan bersinar di matanya.

"Karma? Hah! Ada karma pun, bukan kamu yang menentukan."

Baskara mengejek.

Namun, sedetik setelahnya ...

Prang!

Lampu hias di atas kepala Baskara tiba-tiba runtuh.

"Ayah, awas!"

Jessica yang panik langsung berteriak.

Baskara yang kaget dengan spontan menghindar ke samping, tetapi gerakannya kurang gesit sehingga kepalanya tetap tergores pecahan lampu dan berdarah.

"Aduh!"

Baskara memegangi kepalanya dan berteriak kesakitan.

"Lihat, ada karma, 'kan?"

Andrew tersenyum.

"Kamu ..." Baskara murka, dia menunjuk Andrew dan berteriak, "Hajar dia! Hajar dia sampai mati!"

Sekelompok pengawal langsung maju untuk menghajar Andrew. Tiba-tiba, langkah mereka terhenti. Mereka jatuh sambil mencengkeram perut masing-masing dan tidak mampu berdiri.

"Hei, kenapa diam saja? Cepat habisi dia!"

Baskara tercengang dan memaki para pengawalnya.

"Bos, aku ... Ah, aku sakit perut ..."

"Ah, aku juga! Aduh, sakit!"

"Toilet ... Aku harus ke toilet!"

"Aku tidak tahan ..."

Para pengawal terlihat panik dan berlarian ke toilet. Mereka menyilangkan kaki sekuat-kuatnya supaya jangan sampai buang air di celana.

Meski vilanya besar, jumlah toilet sangat terbatas dan tidak cukup untuk mereka semua. Dalam keadaan terdesak, mereka pun berhambur keluar vila dan membuka celana mereka di taman.

Segera, terdengar suara buang air besar massal.

Baskara terlihat tegang.

Jessica tidak percaya dengan kejadian di depannya, dia begitu jijik sampai ingin muntah.

"Andrew, ini ulahmu?" hardik Baskara.

"Kok menuduhku? Bukannya ada yang salah dengan makanan kalian?"

Andrew tertawa.

Jessica jadi murka, dia menoleh dan berteriak, "Master Ergen!"

"Huh, pakai trik murahan seperti ini? Biar aku beri pelajaran!"

Ergen juga tersulut emosi dan mengeluarkan selembar kertas kuning berbentuk manusia lalu melafalkan mantera dan menerbangkannya ke arah Andrew.

Wush!

Kertas mantera itu terbang menghampiri Andrew, lalu sontak keluar sebuah lidah api yang langsung lenyap, setelah itu tubuh Andrew berasap.

"Sekarang aku sudah mengendalikan badanmu. Dengar, Andrew! Kuperintahkan kamu bersujud di hadapanku sang master!"

Ergen berteriak lantang, suaranya menggelegar seperti petir.

Namun, Andrew tetap diam.

Ergen tercengang dan langsung menulis kertas jimat lainnya, "Raja pun patuh padaku! Andrew! Bersujud di hadapanku sekarang!"

Namun, Andrew tetap bergeming.

Ergen tercengang menatap Andrew, jantungnya berdebar cepat karena semua manteranya tidak mempan, lawannya ini sangat tangguh!

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200