Bab 3 Malam Pernikahan Pasangan Muda
by Shin Kyung-sook
07:43,Jun 28,2024
Sudah lewat jam sepuluh malam ketika Hyerim membawa Changmin membeli baju ganti dan kebutuhan sehari-hari.
Changmin memiliki aura yang luar biasa, awalnya dia ingin membelikannya dua set pakaian yang lebih bagus, tetapi pusat perbelanjaan besar di seberang Daerah Daehan sudah tutup.
Hanya warung pinggir jalan yang belum menutup toko pada jam segini.
Sehingga dia pun membawa Changmin ke kios pasar malam.
Pengusaha kecil dan pedagang asongan berkumpul di sini. Penjual mie goreng membalik panci dengan bertelanjang dada dan pemuda penjual buah berteriak: "Semangka hanya dua puluh ribu, dijamin manis dan dipotog-potong."
Jika bukan karena Hyerim, Changmin tidak akan pernah datang ke tempat seperti ini.
Di saat jam segini, dia seharusnya sudah kembali ke vilanya yang besar, dia akan mandi dan meminum segelas anggur merah, membaca buku-buku yang berkaitan dengan keuangan dan ekonomi, kemudian tidur setelah secangkir susu panas.
Changmin merasa dirinya tidak cocok berada di pasar malam yang bising dan kacau ini.
Dia bahkan menyesal telah menyetujui ayahnya untuk menikahi Hyerim yang memiliki kehidupan di lingkungan seperti itu.
Dia kemudian berpikir bahwa ayahnya tidak akan ikut campur lagi dengan kebebasannya setahun kemudian, dia pun memutuskan untuk bersabar.
Hyerim pertama-tama membelikan kebutuhan sehari-hari untuk Changmin, baru kemudian memilih dua set pakaian olahraga.
Harganya hanya tiga ratus dua puluh ribu untuk dua set, sangat murah.
Setelah menanyakan harganya, Hyerim menatapi Changmin dan berkata, "Ini satu-satunya kios yang masih buka saat ini. Dua set ini lumayan, gimana menurutmu?"
“Kamu ingin aku memakai ini?” Changmin mengernyit dan dia tidak dapat menyembunyikan rasa enggan dalam pandangannya.
Hyerim awalnya ingin mengatakan untuk jangan terlalu pilih-pilih karena kamu sudah bangkrut.
Akan tetapi, dia berpikir untuk tidak mempermalukannya di depan orang lain.
Bagaimanapun, pria mementingkan martabat.
Sehingga dia pun berkata dengan bijaksana, "Aku tahu sulit untuk beralih dari barang mewah ke barang biasa, tapi karena kamu sudah terlibat dalam situasi seperti ini, sebaikanya kamu menyesuaikan diri. Ini 'kan masih layak dipakai."
Changmin menyadari bahwa dia memang agak pilih-pilih.
Lagipula, dia membeli dengan uangnya, sehinggak tidak masuk akal jika dia pilih-pilih terus.
Melihat Changmin terdiam, Hyerim memindai kode QR dan membayar, "Bos, aku ingin ukuran dengan tinggi lebih dari 185cm, biar bisa muat."
Pemilik warung adalah seorang wanita berusia sekitar empat puluhan tahun dengan wajah yang tampak pucat.
Setelah meletakkan pakaiannya ke dalam kantong, dia terus menatapi Changmin, "Dek, ini suamimu 'kan, dia sungguh tampan sekali."
Dia telah menjalankan kios di sini selama lebih dari sepuluh tahun dan belum pernah bertemu pria setampan ini belanja di kiosnya.
Mungkin bahkan para selebritis di TV pun tidak bisa menandinginya.
Para selebritis sudah merias wajah sebelum pertunjukkan, tetapi pria di depannya ini tanpa make-up sedikit pun dan terlihat tampan dari berbagai sudut.
Changmin sering menerima tatapan melongo dari para wanita, tetapi ditatapi oleh wanita paruh baya dengan wajah yang pucat membuatnya merasa tidak nyaman.
Changmin mengambil kantong yang berisi pakaian, kemudian meraih tangan Hyerim dan segera pergi, "Ayo pulang."
Hyerim tahu bahwa Changmin tidak ingin ditatapi seperti itu oleh orang lain, itu sebabnya Changmin meraih tangannya dan segera pergi.
Hyerim juga kooperatif dengannya dan kemudian melepaskan tangannya dari telapak tangan Changmin setelah melangkah jauh.
Ini pertama kalinya dia menyentuh tangan seorang pria setelah melajang selama tujuh tahun.
Dia sangat tidak menyukai perasaan seperti ini.
Seperti wilayahnya yang aman selama ini telah diserang.
Sehingga setelah dia menarik tangannya, dia tampak sedikit marah, "Aku nggak suka orang lain sembarangan menggandeng tanganku, lain kali tolong minta izin denganku dulu."
Changmin tidak langsung meresponnya, dia hanya merasa Hyerim jijik padanya.
Bukankah para wanita sebelumnya selalu menanti-nanti untuk mendapatkan ini?
Meski merasa frustasi, Changmin tetap menjawab dengan sopan, "Maaf!"
“Ayuk, jalan lebih cepat,” desak Hyerim. “Ini sudah larut dan aku harus masuk kerja besok.”
Setelah berjalan melalui beberapa gang, mereka pun sampai di sebuah apartemen tujuh lantai di Daerah Daehan.
Changmin menoleh ke Hyerim dan kemudian ke gedung sewaan sederhana ini, “Kamu tinggal di sini?”
Nada menghina terdengar jelas dari mulutnya.
Changmin sudah tampak sedikit jijik ketika dia membelikannya pakaian di kios tadi.
Memang benar jas yang dikenakannya terlihat sangat bagus, dia kemungkinan tidak pernah memakai baju murahan.
Akan tetapi, bukankah dia sudah bangkrut, rumah dan mobilnya juga telah disita oleh bank, sehingga dia sudah tidak memiliki sepeser pun?
Jika memang sudah seperti ini, kenapa dia masih berani plih-pilih?
Hyerim menjaga kesopanan paling dasar dan bersabar :
“Changmin-ssi, apakah dua rumahmu yang sebelumnya berada di komunitas dengan lingkungan yang baik, dengan tanaman hijau, taman, penjaga keamanan, dan layanan properti siap pakai?”
Tidak hanya itu.
Masih ada pembantu, ahli gizi pribadi, tukang bersih-bersih, tukang kebun, supir, bodyguard …
Akan tetapi, Changmin menyadari bahwa dirinya kini berstatus "bangkrut", sehingga dia pun tidak lagi mengeluh.
Hyerim menambahkan, "Changmin-ssi, kamu seharusnya bersikap sesuai kondisimu yang sudah bangkrut. Lingkungan hidup di sini memang agak buruk, tetapi masih layak untuk dihuni. Aku lagi pikir, kalau bukan karena kamu sudah putus asa, kamu nggak akan mungkin mau tinggal bersamaku. Karena sudah seperti ini, sebaiknya kamu menyesuaikan dirimu. Pulang dan tidurlah dengan nyenyak, lalu baru pikirkan apa yang harus kamu lakukan selanjutnya."
Changmin mengikuti perkataanya dan menjawab, "Terima kasih sudah mengingatkanku."
Dia memang seharunya menyesuaikan diri.
Siapa suruh dia telah berjanji pada ayahnya dan membuat perjanjian satu tahun dengan ayahnya?
Dia akan bersabar demi kebebasan setahun kemudian.
Rumah sewaan Hyerim sebenarnya sama sekali tidak tampak seperti rumah.
Meski terdapat dapur, kamar mandi, kamar tidur, dan ruang tamu, tetapi luas keseluruhannya pun tidak sebesar kamar mandi di vila Changmin.
Changmin tidak lagi menunjukkan kalau dia tidak terbiasa.
Hanya ada satu kamar tidur, sehingga dia pun menawarkan untuk tidur di sofa layaknya seorang pria sejati.
Malam itu, pasangan suami istri pun tidur dengan satu orang di kamar tidur dan satunya lagi di sofa yang kecil dan sempit.
Hyerim bangun pada pukul empat atau lima pagi.
Dia sedang memikirkan sebuah pertanyaan. Changmin ingin meminjam dua ratus juta darinya, haruskah dia meminjamnya?
Setelah membeli rumah dan setelah mengurangi pengeluaran sehari-hari, dia kebetulan masih memiliki tabungan sebesar dua ratus juta di rekeningnya.
Dia tidak punya uang lagi jika dipinjamkan ke Changmin.
Rumah komersial yang dibelinya akan diserahterimakan bulan depan dan rencananya untuk merenovasi rumah baru juga akan ludes.
Setelah akhirnya menabung untuk membeli rumah baru, dia sudah lama menantikan untuk tinggal di dalamnya setelah renovasi. Dengan begitu, dia pun akhirnya bisa memiliki rumah yang layak.
Dia sebenarnya enggan meminjamkan uang renovasi dua ratus juta ini kepada Changmin.
Lagipula, dia baru mengenal Changmin kurang dari 24 jam, apakah Changmin dapat dipercaya?
Dia terus memikirkan masalah ini sepanjang malam, sehingga dia pun terbangun lagi setelah tidur hingga jam empat atau lima subuh.
Pada jam tujuh, dia bangun dan memasak dua mangkuk mie.
Changmin terbangun dan dia pun duduk untuk sarapan bersamanya setelah mencuci muka.
Dua mangkuk mie di atas meja, satu mangkuk hanya berisi sedikit sayuran hijau dan mangkuk lainnya berisi tambahan telur goreng.
Karena kebetulan hanya tersisa satu telur di kulkas.
Berpikir bahwa Changmin adalah seorang pria dan lebih cepat mengkonsumsi energi, Hyerim pun memberinya semangkuk mie dengan telur.
Changmin belum pernah makan sarapan sesederhana ini, tetapi semenjak Hyerim mengingatkannya kemarin, dia tidak lagi mengeluh dan hanya bertanya, "Kamu nggak makan telur?"
“Aku nggak suka telur,” Hyerim mengambil seteguk mie dan memasukkannya ke dalam mulut.
Changmin menatapinya.
Hyerim tanpa sadar menimbulkan suara ketika menyeruput mie.
Etika makannya tidak jelek, tetapi jelas tidak elegan.
Apakah Hyerim begitu tidak memedulikan sikap di hadapannya?
Setidaknya dia tidak perlu menimbulkan suara yang begitu keras ketika menyeruput mie, bukan?
Dia sudah terbiasa dengan putri-putri konglomerat yang berperilaku anggun di depannya, berbicara dan tertawa dengan bermartabat.
Tiba-tiba melihat perubahan sikap dari Hyerim membuatnya sangat tidak nyaman.
Changmin memakan mie dengan anggun, dia berusaha untuk tidak mendengarkan suara Hyerim menyeruput mie.
Saat ini, Hyerim berhenti dan sontak berkata, "Changmin-ssi, aku ingin bertanya."
"Ya." Changmin meatapinya, "Tanyakan saja."
Hyerim pun bertanya, “Untuk apa kamu meminjam dua ratus juta?”
Changmin berpikir sejenak dan mencari suatu alasan, “Perusahaan sudah ditutup dan karyawan juga harus diberhentikan, tapi aku butuh uang untuk membayar gaji karyawan.”
Hyerim mengerti dan berkata, "Berikan aku nomor rekeningmu dan aku akan mentransfer kepadamu sekarang."
“Apakah kamu sudah mempertimbangkannya dengan baik?" Changmin meletakkan sumpitnya dan menatapinya. "Aku sudah bangkrut dan aku kemungkinan nggak dapat membayarmu dalam waktu dekat kalau kamu meminjamkanku dua ratus juta ini."
Hyerim sudah mempertimbangkannya sepanjang malam.
Dia sudah memikirkan dengan baik.
Sebenarnya, alasan dia memutuskan untuk melakukan pernikahan kilat dengan Changmin tidak sepenuhnya karena pengakuan Taehoo yang menempatkannya dalam situasi sulit.
Sebagian kecil alasannya, karena dia telah melajang selama tujuh tahun.
Dia sudah lelah.
Dia juga ingin mencari seseorang untuk bisa hidup bersamanya.
Sekalipun mereka tidak saling mencintai, dia masih bisa berbagi suka dan duka dengan pria itu, saling mendukung, dan menemani satu sama lain.
Orang tuanya bercerai ketika dia baru mulai bisa mengingat sesuatu saat dia masih kecil dan tidak ada satu pun yang ingin membawanya dalam mencari kebahagiaan baru, sehingga dia pun ditinggalkan oleh orang tuanya.
Pada usia 21 tahun, dia ditinggalkan oleh pacarnya yang mencari wanita lain yang lebih cantik dan kaya.
Setelah mengalami penolakkan paling kejam di dunia dan bertemu seseorang dengan hati paling kejam, Hyerim merasa bahwa dia harus tetap percaya pada keindahan.
Bagaimana jika Changmin merupakan saham potensial?
Hyerim berkata dengan tegas, "Pakai saja uangnya untuk membayar gaji dan membubarkan karyawanmu. Kamu juga carilah pekerjaan dan memulai kembali. Asal kamu bekerja keras, semuanya akan baik-baik saja."
Changmin tampak kaget, "Kamu benar-benar nggak takut?"
“Takut pada apa?” Hyerim balik bertanya.
Changmin mengingatkannya, "Takut aku melarikan diri dengan uang ini."
“Kamu sudah mendaftarkan pernikahan denganku, kemana lagi kamu bisa pergi?” Hyerim bertanya lagi.
Changmin memiliki aura yang luar biasa, awalnya dia ingin membelikannya dua set pakaian yang lebih bagus, tetapi pusat perbelanjaan besar di seberang Daerah Daehan sudah tutup.
Hanya warung pinggir jalan yang belum menutup toko pada jam segini.
Sehingga dia pun membawa Changmin ke kios pasar malam.
Pengusaha kecil dan pedagang asongan berkumpul di sini. Penjual mie goreng membalik panci dengan bertelanjang dada dan pemuda penjual buah berteriak: "Semangka hanya dua puluh ribu, dijamin manis dan dipotog-potong."
Jika bukan karena Hyerim, Changmin tidak akan pernah datang ke tempat seperti ini.
Di saat jam segini, dia seharusnya sudah kembali ke vilanya yang besar, dia akan mandi dan meminum segelas anggur merah, membaca buku-buku yang berkaitan dengan keuangan dan ekonomi, kemudian tidur setelah secangkir susu panas.
Changmin merasa dirinya tidak cocok berada di pasar malam yang bising dan kacau ini.
Dia bahkan menyesal telah menyetujui ayahnya untuk menikahi Hyerim yang memiliki kehidupan di lingkungan seperti itu.
Dia kemudian berpikir bahwa ayahnya tidak akan ikut campur lagi dengan kebebasannya setahun kemudian, dia pun memutuskan untuk bersabar.
Hyerim pertama-tama membelikan kebutuhan sehari-hari untuk Changmin, baru kemudian memilih dua set pakaian olahraga.
Harganya hanya tiga ratus dua puluh ribu untuk dua set, sangat murah.
Setelah menanyakan harganya, Hyerim menatapi Changmin dan berkata, "Ini satu-satunya kios yang masih buka saat ini. Dua set ini lumayan, gimana menurutmu?"
“Kamu ingin aku memakai ini?” Changmin mengernyit dan dia tidak dapat menyembunyikan rasa enggan dalam pandangannya.
Hyerim awalnya ingin mengatakan untuk jangan terlalu pilih-pilih karena kamu sudah bangkrut.
Akan tetapi, dia berpikir untuk tidak mempermalukannya di depan orang lain.
Bagaimanapun, pria mementingkan martabat.
Sehingga dia pun berkata dengan bijaksana, "Aku tahu sulit untuk beralih dari barang mewah ke barang biasa, tapi karena kamu sudah terlibat dalam situasi seperti ini, sebaikanya kamu menyesuaikan diri. Ini 'kan masih layak dipakai."
Changmin menyadari bahwa dia memang agak pilih-pilih.
Lagipula, dia membeli dengan uangnya, sehinggak tidak masuk akal jika dia pilih-pilih terus.
Melihat Changmin terdiam, Hyerim memindai kode QR dan membayar, "Bos, aku ingin ukuran dengan tinggi lebih dari 185cm, biar bisa muat."
Pemilik warung adalah seorang wanita berusia sekitar empat puluhan tahun dengan wajah yang tampak pucat.
Setelah meletakkan pakaiannya ke dalam kantong, dia terus menatapi Changmin, "Dek, ini suamimu 'kan, dia sungguh tampan sekali."
Dia telah menjalankan kios di sini selama lebih dari sepuluh tahun dan belum pernah bertemu pria setampan ini belanja di kiosnya.
Mungkin bahkan para selebritis di TV pun tidak bisa menandinginya.
Para selebritis sudah merias wajah sebelum pertunjukkan, tetapi pria di depannya ini tanpa make-up sedikit pun dan terlihat tampan dari berbagai sudut.
Changmin sering menerima tatapan melongo dari para wanita, tetapi ditatapi oleh wanita paruh baya dengan wajah yang pucat membuatnya merasa tidak nyaman.
Changmin mengambil kantong yang berisi pakaian, kemudian meraih tangan Hyerim dan segera pergi, "Ayo pulang."
Hyerim tahu bahwa Changmin tidak ingin ditatapi seperti itu oleh orang lain, itu sebabnya Changmin meraih tangannya dan segera pergi.
Hyerim juga kooperatif dengannya dan kemudian melepaskan tangannya dari telapak tangan Changmin setelah melangkah jauh.
Ini pertama kalinya dia menyentuh tangan seorang pria setelah melajang selama tujuh tahun.
Dia sangat tidak menyukai perasaan seperti ini.
Seperti wilayahnya yang aman selama ini telah diserang.
Sehingga setelah dia menarik tangannya, dia tampak sedikit marah, "Aku nggak suka orang lain sembarangan menggandeng tanganku, lain kali tolong minta izin denganku dulu."
Changmin tidak langsung meresponnya, dia hanya merasa Hyerim jijik padanya.
Bukankah para wanita sebelumnya selalu menanti-nanti untuk mendapatkan ini?
Meski merasa frustasi, Changmin tetap menjawab dengan sopan, "Maaf!"
“Ayuk, jalan lebih cepat,” desak Hyerim. “Ini sudah larut dan aku harus masuk kerja besok.”
Setelah berjalan melalui beberapa gang, mereka pun sampai di sebuah apartemen tujuh lantai di Daerah Daehan.
Changmin menoleh ke Hyerim dan kemudian ke gedung sewaan sederhana ini, “Kamu tinggal di sini?”
Nada menghina terdengar jelas dari mulutnya.
Changmin sudah tampak sedikit jijik ketika dia membelikannya pakaian di kios tadi.
Memang benar jas yang dikenakannya terlihat sangat bagus, dia kemungkinan tidak pernah memakai baju murahan.
Akan tetapi, bukankah dia sudah bangkrut, rumah dan mobilnya juga telah disita oleh bank, sehingga dia sudah tidak memiliki sepeser pun?
Jika memang sudah seperti ini, kenapa dia masih berani plih-pilih?
Hyerim menjaga kesopanan paling dasar dan bersabar :
“Changmin-ssi, apakah dua rumahmu yang sebelumnya berada di komunitas dengan lingkungan yang baik, dengan tanaman hijau, taman, penjaga keamanan, dan layanan properti siap pakai?”
Tidak hanya itu.
Masih ada pembantu, ahli gizi pribadi, tukang bersih-bersih, tukang kebun, supir, bodyguard …
Akan tetapi, Changmin menyadari bahwa dirinya kini berstatus "bangkrut", sehingga dia pun tidak lagi mengeluh.
Hyerim menambahkan, "Changmin-ssi, kamu seharusnya bersikap sesuai kondisimu yang sudah bangkrut. Lingkungan hidup di sini memang agak buruk, tetapi masih layak untuk dihuni. Aku lagi pikir, kalau bukan karena kamu sudah putus asa, kamu nggak akan mungkin mau tinggal bersamaku. Karena sudah seperti ini, sebaiknya kamu menyesuaikan dirimu. Pulang dan tidurlah dengan nyenyak, lalu baru pikirkan apa yang harus kamu lakukan selanjutnya."
Changmin mengikuti perkataanya dan menjawab, "Terima kasih sudah mengingatkanku."
Dia memang seharunya menyesuaikan diri.
Siapa suruh dia telah berjanji pada ayahnya dan membuat perjanjian satu tahun dengan ayahnya?
Dia akan bersabar demi kebebasan setahun kemudian.
Rumah sewaan Hyerim sebenarnya sama sekali tidak tampak seperti rumah.
Meski terdapat dapur, kamar mandi, kamar tidur, dan ruang tamu, tetapi luas keseluruhannya pun tidak sebesar kamar mandi di vila Changmin.
Changmin tidak lagi menunjukkan kalau dia tidak terbiasa.
Hanya ada satu kamar tidur, sehingga dia pun menawarkan untuk tidur di sofa layaknya seorang pria sejati.
Malam itu, pasangan suami istri pun tidur dengan satu orang di kamar tidur dan satunya lagi di sofa yang kecil dan sempit.
Hyerim bangun pada pukul empat atau lima pagi.
Dia sedang memikirkan sebuah pertanyaan. Changmin ingin meminjam dua ratus juta darinya, haruskah dia meminjamnya?
Setelah membeli rumah dan setelah mengurangi pengeluaran sehari-hari, dia kebetulan masih memiliki tabungan sebesar dua ratus juta di rekeningnya.
Dia tidak punya uang lagi jika dipinjamkan ke Changmin.
Rumah komersial yang dibelinya akan diserahterimakan bulan depan dan rencananya untuk merenovasi rumah baru juga akan ludes.
Setelah akhirnya menabung untuk membeli rumah baru, dia sudah lama menantikan untuk tinggal di dalamnya setelah renovasi. Dengan begitu, dia pun akhirnya bisa memiliki rumah yang layak.
Dia sebenarnya enggan meminjamkan uang renovasi dua ratus juta ini kepada Changmin.
Lagipula, dia baru mengenal Changmin kurang dari 24 jam, apakah Changmin dapat dipercaya?
Dia terus memikirkan masalah ini sepanjang malam, sehingga dia pun terbangun lagi setelah tidur hingga jam empat atau lima subuh.
Pada jam tujuh, dia bangun dan memasak dua mangkuk mie.
Changmin terbangun dan dia pun duduk untuk sarapan bersamanya setelah mencuci muka.
Dua mangkuk mie di atas meja, satu mangkuk hanya berisi sedikit sayuran hijau dan mangkuk lainnya berisi tambahan telur goreng.
Karena kebetulan hanya tersisa satu telur di kulkas.
Berpikir bahwa Changmin adalah seorang pria dan lebih cepat mengkonsumsi energi, Hyerim pun memberinya semangkuk mie dengan telur.
Changmin belum pernah makan sarapan sesederhana ini, tetapi semenjak Hyerim mengingatkannya kemarin, dia tidak lagi mengeluh dan hanya bertanya, "Kamu nggak makan telur?"
“Aku nggak suka telur,” Hyerim mengambil seteguk mie dan memasukkannya ke dalam mulut.
Changmin menatapinya.
Hyerim tanpa sadar menimbulkan suara ketika menyeruput mie.
Etika makannya tidak jelek, tetapi jelas tidak elegan.
Apakah Hyerim begitu tidak memedulikan sikap di hadapannya?
Setidaknya dia tidak perlu menimbulkan suara yang begitu keras ketika menyeruput mie, bukan?
Dia sudah terbiasa dengan putri-putri konglomerat yang berperilaku anggun di depannya, berbicara dan tertawa dengan bermartabat.
Tiba-tiba melihat perubahan sikap dari Hyerim membuatnya sangat tidak nyaman.
Changmin memakan mie dengan anggun, dia berusaha untuk tidak mendengarkan suara Hyerim menyeruput mie.
Saat ini, Hyerim berhenti dan sontak berkata, "Changmin-ssi, aku ingin bertanya."
"Ya." Changmin meatapinya, "Tanyakan saja."
Hyerim pun bertanya, “Untuk apa kamu meminjam dua ratus juta?”
Changmin berpikir sejenak dan mencari suatu alasan, “Perusahaan sudah ditutup dan karyawan juga harus diberhentikan, tapi aku butuh uang untuk membayar gaji karyawan.”
Hyerim mengerti dan berkata, "Berikan aku nomor rekeningmu dan aku akan mentransfer kepadamu sekarang."
“Apakah kamu sudah mempertimbangkannya dengan baik?" Changmin meletakkan sumpitnya dan menatapinya. "Aku sudah bangkrut dan aku kemungkinan nggak dapat membayarmu dalam waktu dekat kalau kamu meminjamkanku dua ratus juta ini."
Hyerim sudah mempertimbangkannya sepanjang malam.
Dia sudah memikirkan dengan baik.
Sebenarnya, alasan dia memutuskan untuk melakukan pernikahan kilat dengan Changmin tidak sepenuhnya karena pengakuan Taehoo yang menempatkannya dalam situasi sulit.
Sebagian kecil alasannya, karena dia telah melajang selama tujuh tahun.
Dia sudah lelah.
Dia juga ingin mencari seseorang untuk bisa hidup bersamanya.
Sekalipun mereka tidak saling mencintai, dia masih bisa berbagi suka dan duka dengan pria itu, saling mendukung, dan menemani satu sama lain.
Orang tuanya bercerai ketika dia baru mulai bisa mengingat sesuatu saat dia masih kecil dan tidak ada satu pun yang ingin membawanya dalam mencari kebahagiaan baru, sehingga dia pun ditinggalkan oleh orang tuanya.
Pada usia 21 tahun, dia ditinggalkan oleh pacarnya yang mencari wanita lain yang lebih cantik dan kaya.
Setelah mengalami penolakkan paling kejam di dunia dan bertemu seseorang dengan hati paling kejam, Hyerim merasa bahwa dia harus tetap percaya pada keindahan.
Bagaimana jika Changmin merupakan saham potensial?
Hyerim berkata dengan tegas, "Pakai saja uangnya untuk membayar gaji dan membubarkan karyawanmu. Kamu juga carilah pekerjaan dan memulai kembali. Asal kamu bekerja keras, semuanya akan baik-baik saja."
Changmin tampak kaget, "Kamu benar-benar nggak takut?"
“Takut pada apa?” Hyerim balik bertanya.
Changmin mengingatkannya, "Takut aku melarikan diri dengan uang ini."
“Kamu sudah mendaftarkan pernikahan denganku, kemana lagi kamu bisa pergi?” Hyerim bertanya lagi.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved