Bab 20 Merendahkan

by Mia Chelsey 18:53,Feb 18,2020
"Kamu......"

Hampir dibuat marah olehnya, benar-benar perempuan yang licik.

Selang beberapa lama, tidak diganggu lagi, Steven hanya memandangnya.

"Takut? Lihat apa kamu masih berani berkata seperti itu lagi atau tidak."

Wajah kecilnya dipenuhi dengan rasa takut, alisnya berkerut, hati Steven kembali seperti ada sesuatu.

Setelah berkata dengan dingin, Steven melepaskan tangannya, pergi mandi.

Amelia kembali duduk dengan kesulitan, kembali berpakaian dan berbaring diatas kasur.

Amelia merasa sangat lelah, tubuhnya lelah, hatinya galau, tidak tahu pertarungan ini kapan baru akan berakhir.

Saat Steven selesai mandi dan kembali, Amelia sedang meringkuk memeluk kaki, terlihat seperti seekor anjing liar yang kesepian dan tidak berdaya.

Semuanya hanya sandiwara Amelia, Steven, dia sedang meminta belas kasihanmu.

Dongeng tentang petani dan serigala sudah dihafal dengan lancar dari kecil, kamu tidak boleh menjadi petani yang bodoh.

"Bibi Lena berkata kamu memberikan libur untuknya, aku membiarkan dia pulang. Kamu yang memberikan dia libur, jadi kamu harus tanggung jawab memasak untukku, bangun, jangan berpura-pura mati."

Steven duduk di tepi kasur, tidak ada topik dan mencari topik. Steven sudah selesai makan, saat berolahraga tadi mendengar perut Amelia berbunyi, sepertinya dia belum makan.

Amelia tidak menghiraukan dia, masih memejamkan mata tidur. Masak? Dulu saat dia berhubungan dengan baik dengannya, setiap hari memasak beragam makanan untuknya.

Steven tidak terlalu bisa memuji orang, setiap kali memakan habis makanan yang dimasak Amelia.

Melihat dia yang suka makan, Amelia seperti seorang istri yang penuh dengan rasa puas.

Itu semua sudah lama berlalu, seumur hidup ini, dia tidak akan lagi memasak untuk Steven.

"Aku sedang bicara denganmu, jangan tidak sopan seperti ini, jawab aku!" Steven menjulurkan jari tangan mencubit Amelia.

"Aku lelah, kalau kamu belum makan, pintu terbuka, terserah kamu mau pergi makan kemana." Amelia berkata dengan kesal.

"Hari ini aku mau makan disini!" Steven mengulurkan tangan membalikkan tubuh Amelia.

"Silahkan!"

"Kamu mau aku makan udara?"

"Terserah kamu, aku tidak ada tenaga memasak."

"Kalau begitu malam masak untukku, makan siang aku minta Sonny mengantarkan kemari." Amelia terlihat sungguh tidak bertenaga, Steven hanya bisa mengalah.

Sepertinya sudah sangat lama tidak makan masakannya, Steven benar-benar merindukannya.

"Malam aku juga tidak akan memasak untukmu, Steven, selamanya aku tidak akan memasak untukmu."

"Kamu berani!"

"Kenapa aku tidak berani? Kamu sangat hebat sekalipun juga tidak bisa mengontrol kedua tanganku, jangan lupa, didalam kontrak tidak ada pasal yang mengatakan aku harus memasak untukmu."

"Oke! Bicara kontrak denganku, nanti aku lihat kalau kamu berani melawan, kamu akan menerima konsekuensinya!"

Steven emosi dan mengeluarkan kalimat ini, berdiri dan pergi membanting pintu.

Setelah dia pergi, perut Amelia terus berbunyi, ingin beranjak dan memasak, tapi seluruh tubuhnya lemas sekali, tidak bisa bergerak.

Saat akan tertidur, tiba-tiba terdengar suara bel pintu.

Biasanya tidak ada orang yang datang kesini, dia bangun dengan penasaran, merapikan pakaian sebentar dan berlari kedepan pintu.

Sonny berdiri diluar pintu, ditangannya menjinjing sebuah kotak makan.

Amelia tidak ingin bertemu dengannya, melihatnya langsung jijik seperti melihat Steven.

Tapi Sonny seperti harus bertemu dengannya, tidak berhenti menekan bel pintu, sampai pintu terbuka.

"Direktur Steven meminta aku mengantarkan makanan untukmu, dia bilang harus makan dengan kenyang baru bisa melakukan hal lainnya dengan baik." Selesai berkata dengan dingin, Sonny meletakkan kotak makan diatas lantai, membalikkan badan dan pergi.

"Sonny, kamu ambil kembali, aku tidak makan barang darinya!"

"Perintah untuku adalah memberikan makanan padamu, makan atau tidak itu urusanmu, aku sama sekali tidak peduli." Sonny tidak memalingkan kepala, dan mengatakan semua ucapannya dengan nada tidak ramah.

Amelia dapat dengan jelas merasakan, Sonny juga tidak menyukai dirinya, tidak tahu kenapa.

Mungkin merasa dia seorang simpanan yang menyedihkan, kalau tidak masih ada alasan apa lagi, Amelia juga tidak pernah membuatnya marah.

Melihat makanan yang enak dan beraroma lezat, perut Amelia kembali berbunyi beberapa kali.

Ini pertama kalinya Steven mengutus orang mengantarkan makanan untuknya, tapi Amelia sedikitpun tidak merasakan kehangatan. Kalau Steven memang ingin menyiksa dirinya, biarkan dirinya beristirahat yang cukup kemudian lanjut terus disakitinya dengan menyedihkan.

Kenapa harus seperti itu terhadap diri sendiri, makan kenyang baru bisa bertarung dengan setan, berpikir sampai disini, Amelia mengambil kotak makan, menutup pintu dan berjalan ke ruang makan.

Masakan ini vegetarian, aromanya juga sangat familiar.

Saat dulu berhubungan dengan Steven, dia pernah tanpa sadar mengungkit kalau dia paling suka makan vegetarian.

Si brengsek itu bukan orang yang bisa mengingat hal kecil yang pernah diucapkan orang, mungkin hanya kebetulan saja.

Amelia, kamu harus waspada, meskipun dia benar-benar ingat, juga pasti ada tujuan yang lain.

Dia membuka kotak makan, mengeluarkan masakan yang ada di dalam ke atas meja.

Ingat pertama kali saat pergi makan vegetarian, dia masih baru berumur belum sepuluh tahun, saat itu orang tuanya tidak terlalu kaya, mereka berhemat demi mewujudkan impian ulang tahunnya.

Kemudian keluarganya makin kaya, dia masih paling suka makan ini, berterimakasih pada budi orang tua.

Amelia mengambil sumpit dan makan dengan lahap, sambil makan sambil mengingat rasa dimanja orang tua, hari-hari yang tanpa beban.

Air matanya jatuh ke dalam makanannya, Steven yang bersembunyi diam-diam menaikkan ujung bibirnya, alisnya mengerut sedikit.

Amelia seperti seorang istri yang makan hati, makan sambil menangis.

Masih tidak mengusap air matanya, seperti anak-anak yang memasukkan makanan ke dalam mulutnya sampai penuh.

Bukankah dia sendiri yang mengatakan suka makan makanan vegetarian? Tidak berterima kasih ya sudahlah, kenapa masih begitu tertekan?

Wanita yang sulit dimengerti! Mungkin sudah terbiasa bersandiwara.

"Amelia, kamu jangan menangis. Si brengsek dia sengaja menganggumu, kalau kamu sedih dan diketahuinya, dia akan menertawakanmu. Nikmati makananmu, tunggu saja karma untuknya!"

Amelia mengusap air mata, melanjutkan makan.

Kamu lihat, hal yang kamu perbuat ke Amelia, apakah dia tersentuh? Steven merasa dirinya orang bodoh yang sungguh sok perasaan, Amelia masih menunggu dia mendapat balasan karma.

Lain kali tidak boleh melakukan hal bodoh seperti ini lagi, agar tidak ditertawakan Amelia.

Dengan terburu-buru kembali ke ruang baca, Steven tidak melihat jalan dengan baik, kakinya menendang sebuah porselein antik di pojokan dinding.

Barang itu sangat tebal, tidak rusak, jatuh dan berguling diatas lantai, tapi kaki Steven terkilir.

"Siapa?" Amelia terkejut, berlari keluar dari ruang makan, melihat Steven terduduk diatas lantai memegang kakinya.

"Kenapa kamu bisa ada disini?"

"Benar-benar mendapat karma, apa kamu puas?" Steven tidak mengangkat kepalanya, dengan dingin melemparkan ucapan ini, terus mengobati kakinya yang terluka.

Arah ini harusnya dari ruang makan ke ruang baca, Steven mencuri dengar dia berbicara sendiri?

Amelia merasa sedikit canggung, tapi melihat dia kesakitan sampai menggertakkan gigi, hatinya sangat senang.

Benar apa katanya, ini hukuman Tuhan padanya, Amelia sangat puas.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

140