Bab 9 Menyelesaikan Permasalahan Sebelumnya

by Lisa Picky 08:01,Jun 20,2023
Jantung Nyonya Besar langsung berdetak kencang.

Selesai hitung-hitungan dengan Selir Kelima, apakah dia sekarang datang untuk hitung-hitungan dengannya lagi?

Nyonya Besar memutar bola matanya ke arah pembantu yang bertugas mengurusi mansion, lalu dengan suara tajam berkata, “Mana uang bulanan Nona Ketiga, kenapa dia bilang kalau dia tidak menerimanya? Apakah kalian telah menggelapkannya?”

"Aku akan memeriksanya. Sekalipun nyonya memberikan aku-budak keberanian, aku juga tidak akan pernah berani menahan uang bulanan Nona Ketiga. Aku sekarang juga akan memeriksanya."

"Sudah waktunya bagi Pembantu Bai untuk memeriksanya. Lagi pula, aku sekarang telah menjadi calon Selir utama Dewa Perang-Pangeran Axel. Jika Pangeran Axel tahu kalau Selirnya hidup terlalu buruk, takutnya dia akan merasa tidak senang."

"Baik, baik, baik…"

Di dalam Mansion saat ini tidak ada seorang pun yang memiliki ekspresi wajah yang baik.

Belum menjadi Selir Pangeran Axel, tapi dia sudah berlagak dan memasang gestur sebagai selir Pangeran Axel. Siapa yang tidak tahu kalau hidup Pangeran Axel tidak lama lagi, tunggu setelah Pangeran Axel tidak bangun lagi, kita lihat mau berlagak hebat apa lagi dia.

Cassie Gu melirik semua orang yang hadir, dengan gestur dominannya mengeluarkan perintah, "Mulai sekarang, siapa pun yang berani menindas Karina itu akan sama dengan menindasku. Meskipun statusku di mansion ini sedikit lebih rendah, tapi menurutku, sebagai putri yang lahir dari rahim Putri Christine, aku masih memiliki hak untuk mengeksekusi beberapa orang."

Semua orang terkejut.

Nyonya Besar mengangkat bibirnya dan tersenyum, tetapi senyum itu tidak sampai ke matanya, "Nona Ketiga bercanda saja, jika lain waktu ada orang di rumah yang berani menindasmu, katakan saja padaku, aku akan membantumu mengeksekusi mereka."

“Terima kasih Nyonya Besar, tapi sekarang aku minta tolong pada Nyonya Besar untuk membantuku mengembalikan semua uang yang telah digelapkan sebelumnya, ya supaya tidak ada orang yang mengatakan kalau Nyonya Besar menindas aku anak dari Putri Christine, benar tidak kataku ini.”

Nyonya Besar menggertakkan giginya.

Setiap kata yang keluar dari mulut wanita ini semua adalah ancaman.

Keberaniannya ini apakah karena Kaisar telah menjodohkannya dengan Pangeran Axel-Dewa Perang?

Tidak, ini sama sekali tidak mungkin.

Mungkin mereka semua sudah ditipu oleh Cassie Gu, orang sombong dan berani di depan mereka ini adalah Cassie Gu yang sebenarnya.

Nyonya Besar pun tersenyum, “Tentu saja.”

"Kalau begitu Cassie ucapkan terima untuk Nyonya Besar. Ngomong-ngomong, Nyonya Besar akan mengatur mobil untuk membawaku ke Sekolah Akademi Kerajaan kan."

“Tentu saja, Pengasuh Bai, atur 1 mobil untuk Nona Ketiga, jangan sampai ada yang mengatakan Kediaman Perdana Menteri kita ini buruk.”

"Baik…"

Cassie Gu dengan dingin melirik orang-orang yang hadir dengan segala macam ekspresi yang terpampang di wajah mereka, lalu dengan sikap angkuhnya bersiul pergi dari sana.

Karina dengan cepat mengikutinya pergi.

Matanya merah, dan dia merasakan rasa terharu yang tak terlukiskan di dalam hatinya, dan pikirannya penuh dengan kata-kata Cassie Gu tadi, ‘mulai sekarang, siapa pun yang berani menindas Karina maka itu akan sama dengan menindasnya.

Dia hanya seorang pelayan kecil, dia bagaimana mungkin layak mendapatkan perlindungan nyawa dari wanita mudanya.

Di perjalanan ke istana, Karina menyeret Cassie Gu menuju Sekolah Akademi, ada kecemasan yang tidak dapat disembunyikan di wajahnya, dia pun berkata, "Nona, cepat lah sedikit, kita ini sudah sangat terlambat, kalau guru-guru di sana marah bagaimana?"

"Untuk apa terburu-buru, toh sudah terlambat, untuk apa masih peduli terlambat berapa lama."

Mendengar itu Karina jadi sedikit depresi.

Orang lain pada berebut ingin belajar di Sekolah ini, tetapi nona mudanya malah sama sekali tidak peduli. Mereka yang awalnya sudah terlambat, tapi di perjalanan dia masih memaksanya pergi ke apotek untuk melihat beberapa bahan obat, membuat mereka semakin terlambat.

"Nona, kalau kamu masih tidak bergegas, aku Karina akan marah."

"Aduh, di depan sana sudah sekolah loh."

Cassie Gu menguap dan berjalan ke sekolah dengan membawa beberapa buku.

Para penjaga langsung menghentikannya, "Siapa?"

"Nona Ketiga dari Kediaman Perdana Menteri diperintahkan untuk datang dan belajar di sini." Belajar apa lagi sih, di kehidupan sebelumnya dia belajar hampir 3/4 kehidupan, sekarang sampai di sini masih harus belajar lagi.

"Jam berapa sekarang, kenapa baru datang, cepat masuk."

Karina juga buru-buru mengikutinya, tetapi para penjaga menghentikannya, "Semua pelayan pangeran ataupun putri hanya boleh menunggu di luar, siapapun tidak diizinkan masuk tanpa perintah."

Penjaga itu menunjuk ke kejauhan, di sana ada banyak gadis pelayan yang tersebar.

Karina khawatir.

Nonanya terlambat begitu lama, dia takut dia akan dihukum.

Cassie Gu lantas memberinya sorot mata meyakinkan, "Tenang saja, tidak ada orang yang bisa melakukan apa pun pada nonamu ini, sebaliknya kamu, kamu harus melindungi dirimu sendiri, jangan sampai aku keluar nanti kamu malah menangis mengadu padaku."

Karina terkekeh, memperhatikan bayangannya yang semakin menghilang, untuk waktu yang lama tidak berniat membuang pandangannya.

Cassie Gu berjalan melewati sekolah, mengagumi pemandangan di sekolah, baru akhirnya memasuki ruang kelas.

Begitu dia masuk, mata semua orang secara serempak menyapu ke arahnya.

Cassie Gu melambaikan tangannya, "Hai, guru, teman-teman, aku Cassie Gu."

Gurunya adalah seorang lelaki tua berusia enam puluhan. Ketika dia melihat Cassie Gu, dia langsung membanting buku di tangannya ke atas meja dan berkata dengan marah, "Cassie Gu, hari pertama sekolah dan kamu sudah berani terlambat, siapa yang memberimu keberanian ini? Apakah di matamu masih memiliki sekolah dan kaisar?."

"Kata-kata guru ini salah. Aku tidak bisa berhasil dalam sastra dan seni bela diri, tetapi kaisar membuat pengecualian dan memintaku untuk belajar di Sekolah Akademi Kerajaan. Untuk ini aku akan mengingatnya di hatiku dan tidak berani melupakannya. Aku juga bersumpah ke depannya akan belajar lebih giat dan membuat kemajuan setiap hari. Aku tidak akan mengecewakan
kaisar dan guru, juga tidak akan mengecewakan semua orang yang memiliki harapan dan kepercayaan padaku, dan aku juga tidak akan mempermalukan Pangeran Axel."

"Oleh sebab itu aku hari ini membakar banyak dupa. Sepanjang jalan, terlepas dari berapa ukuran kuil, aku berlutut dan bersujud tiga kali dan masuk untuk beribadah di sana. Selain itu, aku tidak terbiasa dengan medan istana, jadi sedikit terlambat. Tetapi Guru, kamu harus percaya padaku, sebelum fajar tadi aku sudah bangun dan bersiap-siap, lihatlah, buku-buku ini aku yang menyiapkannya sendiri."

Saat berbicara, Cassie Gu melirik dan menilai semua orang yang ada di sana.

Ada sekitar dua puluh siswa di kelas ini, termasuk Shania Gu, Carol Gu, Yoshua Xiao, Pangeran Zico dan lainnya. Untuk yang lainnya tidak ada yang dia kenal.

Dia mencibir, tatapannya berhenti beberapa kali di depan Pangeran Zico.

Kemarin masih bilang kalau dia tiba-tiba terserang penyakit serius, dan hidupnya tidak lama lagi, lalu hari ini masih datang ke kelas?

Dia bahkan tidak menyelamatkan mukanya, apakah dia terlalu percaya diri atau bagaimana.

Kata-kata Cassie Gu ini seperti suara meriam, membuat semua orang di akademi yang mendengarnya tercengang.

Guru yang awalnya telah memikirkan apa yang harus dikatakan untuk mempersulitnya, tetapi sekarang dia tidak menyangka kalau akhirnya akan begini.

Siapa yang bilang Nona Ketiga Kediaman Perdana Menteri penakut seperti tikus, pengecut juga gampang ditindas?

Maju kemari, dia berjanji tidak akan memukulnya sampai mati.

Tepat ketika Guru hendak berbicara, Cassie Gu seperti murid yang baik dan patuh, seolah mengetahui kesalahannya dia dengan lantang berkata, "Guru, aku berjanji lain kali aku tidak akan terlambat lagi, tolong berikan aku kesempatan untuk berubah dan mengoreksi diri."

Napas Guru hampir tidak bisa naik.

Dia baru mengatakan satu kalimat, tapi anak ini luar biasa, dia mengatakan banyak kata dan setiap katanya tidak bisa dia sangkal, kalau dia masih menghukumnya, bukankah namanya akan menjadi jelek dan akan jadi bualan murid lain?

"Omong kosong, Guru, Cassie Gu berbohong, dia jelas-jelas ketiduran makanya datang terlambat."

Cassie Gu mengikuti arah suara, lalu melihat orang yang berbicara adalah
Carol Gu.

Dia sedikit menyipitkan matanya dan bertanya balik, "Oh...Kamu bagaimana bisa tahu kalau aku ketiduran? Kalau aku tidak salah ingat bukannya kamu di sini sebagai pendampingku. Kalau aku benar-benar ketiduran, sebagai pendampingku, bukankah sudah menjadi tugasmu untuk membangunkanku?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

39