Bab 17 Kalau Tidak Dijodohkan Denganmu Saja

by Lisa Picky 08:01,Jun 20,2023
"Guru, main sebanyak lima puluh kali ini skip saja ya. Ku lihat orang-orang lain di akademi ini lebih jago dariku."

“Harus main lah, mana boleh skip. Mereka semua tidak ada yang memiliki keterampilan piano se-luar biasa Nona Ketiga Gu. Kalau Nona Ketiga Gu tidak mau bermain, maka aku akan melapor kepada Yang Mulia, kepada Pangeran Axel, juga Perdana Menteri, biar mereka juga datang untuk mendengarkan musik indah Nona Ketiga Gu."

Guru Sony masih tersenyum dan lembut seperti sebelumnya, namun di mata Cassie Gu, dia merasa senyuman ini sangat menyeramkan dan ganas.

Sebuah ancaman.

Ya ancaman yang dikeluarkan secara terang-terangan.

Sebagai seorang guru, tidak mengajarinya dengan baik ya tidak apa-apa lah, tetapi sekarang masih mempersulitnya seperti ini, dia benar-benar bukan seorang guru yang baik.

Orang-orang yang hadir terkejut dan tertawa.

Terkejut karena Guru Sony sebelumnya tidak pernah menghukum siswa, tetapi hari ini untuk pertama kalinya dia menghukum Nona Ketiga Gu.

Lalu tertawa karena Cassie Gu sangat angkuh, sudah seharusnya diberi hukuman.

Cassie Gu akhirnya menggertakkan giginya dan berkata, "Ya sudah, main tinggal main, selama kalian tidak merasa terganggu aku akan memainkannya."

"Selama jam pelajaran, jangan ganggu siswa lain belajar, mainlah setelah kelas selesai."

Sialan...

Maksudnya ini jelas menyuruhnya tidak pulang setelah kelas selesai.

Tapi setelah kelas selesai nanti dia harus pergi ke toko obat.

"Kompetisi untuk final ini meliputi piano, catur, kaligrafi, lukisan dan puisi. Untuk piano atau Guqin barusan sudah dibicarakan, sekarang mari kita bicara tentang catur."

Guru Sony memberi kode tatapan mata, orang di bawah langsung memahaminya dan segera menyimpan alat musik di meja lalu mengatur papan catur di atas meja.

“Permainan catur tidak lebih dari dua jenis, yang satu defensif dan yang lain ofensif. Di pelajaran sebelumnya apa yang harus diperhatikan dan tidak perlu diperhatikan aku sudah menjelaskannya, jadi aku tidak akan mengulanginya lagi. Lawan terbesar kalian kali ini adalah Master Catur, Master Catur pandai menyerang, dan catur yang dimainkannya sering membuat lawan tak berdaya, aku akan mengajari beberapa trik untuk mematahkan permainan caturnya..."

Cassie Gu merasa mengantuk lagi.

Pelajaran bla bla blanya ini dia tidak ingin mendengarkannya.

"Cassie Gu..."

"Ah…Apakah kelasnya sudah selesai?"

"Hahaha…"

"Nona Ketiga Gu ini ada di sini untuk melucu ya? Dari pagi sampai sore kerjaannya tidur."

Bukan orang lain saja yang sibuk mengolok-oloknya, bahkan Yoshua Xiao pun sudah tidak tahan lagi melihatnya.

Dia pernah melihat orang yang bobrok tapi belum pernah melihat orang yang lebih bobrok sepertinya.

"Ah belum selesai ya..." Gumam Cassie Gu, kenapa sore ini begitu sulit dilalui.

“Nona Ketiga Gu di jam kelas bisa tertidur, kelihatannya sudah menguasai semua teknik catur yang baru saja ku ajarkan, bagaimana kalau Nona Ketiga Gu maju dan memperagakan teknik bermain catur pada semua orang.”

Sialan...

Kenapa dia lagi yang kena?

Cassie Gu langsung protes, "Guru, aku baru datang ke sekolah hari ini, pelajaran yang kamu ajarkan sebelumnya aku belum pernah mendenga apa lagi mempelajarinya."

“Tidak apa-apa, kita peragakan saja apa yang telah ku ajarkan hari ini, Nona Ketiga Gu, silakan.”

Cassie Gu akhirnya dengan tebal muka maju, melihat papan catur yang padat, dia mengangkat kepalanya dan bertanya, "Aku memegang bidak hitam atau bidak putih?"

"Terserah."

Cassie Gu mengambil bidak hitam, mengelus dagunya dan berpikir lama sekali, akhirnya mengertakkan gigi dan meletakkannya ke papan catur.

"Hahaha…"

Semua orang tertawa lagi, mereka hampir membuat diri mereka tersedak sendiri karena tertawa terbahak-bahak.

“Orang yang mengatakan Nona Ketiga Gu idiot memang layak dipuji. Soalnya lihatlah, dia memegang bidak hitam, tetapi malah meletakkannya ke dalam wilayah bidak putih. Dia yang awalnya telah diserang oleh musuh, sekarang malah mencari jalan buntu. Permainan caturnya ini benar-benar seperti mencari jebakan dan mengubur dirinya sendiri."

"Iya, iya. Kalau ku lihat-lihat Nona Ketiga Gu ini sama sekali tidak tahu cara bermain catur, dia hanya sembarangan main."

"Aih, orang idiot sepertinya, sekalipun berhasil masuk ke final, tapi dia pasti tidak akan mungkin masuk sampai ke inti final."

"Guru, ku lihat-lihat lebih baik suruh dia menyerah saja, dari pada membuang-buang energi."

Cassie Gu ikut mengangguk.

Kata-kata orang yang mengeluarkan suara itu sangat masuk akal, biarkan saja dia mengubur dirinya sendiri, dan fokus tidur di kelas.

"Mana boleh seperti itu? Karena dia sudah mengambil kelasku, maka aku memiliki tanggung jawab untuk mengajarinya sampai bisa. Nona Ketiga Gu, aku tidak tahu kamu sebelumnya bagaimana belajar puisi, melukis, dan buku?"

"Ah...Lumayan lah."

“Kalau begitu Nona Ketiga Gu silakan membuat gambar dan menambahkan beberapa kata kaligrafi.”

Mendengar ini Cassie Gu sontak tidak bisa berkata apa-apa.

Rencana Sony Chu ini sangat bagus, memintanya membuat gambar dan melampirkan puisi.

Dengan begitu bukankah dia bisa sekaligus menguji kaligrafi, lukisan dan puisinya?

"Guru, kemampuan menggambarku sangat baik, aku takut yang lain merasa kecut, atau untuk menggambar ini skip saja dulu. "

Semua orang seperti mau muntah darah.

Apak katanya, kemampuan menggambarnya sangat baik, takut yang lain kecut, malu pada diri mereka sendiri?

Benar-benar lelucon.

Siapa yang percaya.

Joshua Liu dan yang lainnya memandang Yoshua Xiao.

Bos mereka ini bisa atau tidak, kok rasanya sangat tidak bisa diandalkan.

Yoshua Xiao menutupi wajahnya.

Tak perlu dikatakan lagi, dia tahu kalau bosnya ini akan menjadi "terkenal" di Sekolah Akademi Kerajaan.

“Tidak apa-apa, yang lainnya butuh banyak motivasi dari Nona Ketiga Gu.”

Sony Chu tersenyum tulus, seperti seorang Guru yang baik dan berwibawa, semua orang di akademi tidak bisa tidak memujinya, dan hanya Guru Sony yang memiliki kesabaran itu.

Tapi Cassie Gu mengutuknya di dalam hatinya.

Dia mengambil kuas, mencelupkan ke dalam tinta dengan kuat, dan melukis di atas kertas putih bersih. Setiap goresan tinta begitu tebal dan padat.

Semua orang tercengang.

Dia menggambar lingkaran dan lingkaran lagi, tapi akhirnya kenapa malah mengecat semua lingkaran dengan tinta hitam?

Lalu lihat lah bagaimana dia memegang kuas, kenapa memegangnya dengan menggunakan kedua tangannya?

Dia tahu tidak sih cara menggunakan kuas?

Carol Gu tersenyum penuh kemenangan.

Cassie Gu dari kecil tidak pernah memegang kuas atau membaca buku, dengan kondisi seperti itu puisi dan lukisan seperti apa yang bisa dia buat?

"Sudah."

"Sudah? Apa ini?"

"Bidak catur, bidak catur hitam, itu, bukankah itu sama persis dengan bidak catur itu?"

Semua orang mengusap dahi mereka.

Boleh ya seperti itu?

“Nona Ketiga Gu, silakan tuliskan puisi kaligrafinya.” Guru Sony benar-benar memiliki temperamen yang baik dan tidak menyalahkannya.

Cassie Gu dengan gerakan tangan yang kaku menulis karakter pertama namanya, terlihat seperti tidak tahu bagaimana menulisnya, lalu menatap Yoshua Xiao dan berkata dengan suara rendah, "Cassie Gu bagaimana cara tulisnya?"

Yoshua Xiao buru-buru mundur.

Dia tidak kenal dengan gadis ini.

Sama sekali tidak kenal.

Tidak peduli seberapa kecil suara Cassie Gu, semua orang yang mendengarnya tidak bisa menahan tawa.

Orang sedunia mengatakan kalau Nona Ketiga Gu idiot, dan sekarang telah dibuktikan, dia benar-benar idiot.

Carol Gu berdiri di samping Pangeran Zico, berkata dengan lembut, "Kemampuan kakakku memang begitu adanya, ku harap Pangeran Zico tidak merasa ilfeel padanya."

Mendengar ini Pangeran Zico pun mencibir, mata yang menatap Cassie Gu hanya ada sorot ilfeel dan jijik, "Mau bagaimana kemampuannya apa hubungannya denganku, aku dari awal sudah memutuskan perjodohanku dengannya."

Mata polos Cassie Gu memancarkan cahaya dingin yang aneh, tapi dia segera kembali ke tampilan idiot tidak tahu apa-apanya.

"Guru, mau tanya apakah aku lulus ujian?"

"Nona Ketiga Gu pandai menggambar dan menulis. Patut dipuji. Ayo gantung lukisan Nona Ketiga Gu di tengah aula sekolah, supaya siswa lain bisa belajar darinya."

Lagi-lagi kalimat ini.

Sony Chu di permukaan memang terlihat menawan, namun kenyataannya dia memiliki hati yang busuk, benar-benar merusak wajahnya yang tampan seperti peri ini.

Tawanya sedikit terpaksa, "Guru, tidak enak lah kalau seperti itu."

"Tidak apa-apa, aku merasa sangat oke kok."

Cassie Gu akhirnya hanya bisa kembali ke kursinya sambil menahan napas, dia bisa merasakan semua orang memandangnya dengan mata mengejek.

Yoshua Xiao mendekat dan menghiburnya, "Tidak apa-apa, mereka menatapmu seperti itu kamu juga tidak akan kehilangan daging, setidaknya aku tidak akan menertawakanmu."

Cassie Gu terkekeh, dan tawanya ini mengandung niat jahat.

"Aku tahu, Yoshua Kecil, benar katamu, kita sangat cocok, ku pikir kita bisa bergabung dan menjadi tim yang luar biasa."

"Oh Tuhan."

Yoshua Xiao begitu ketakutan hingga jatuh di tempat.

Dia kembali mengambil kata-kata hiburannya tadi.

Wanita ini sepertinya terbuat dari besi, begitu kebal, dan kalimat hiburannya barusan sama dengan mencari masalah untuk dirinya sendiri.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

39