Bab 1 Launching Game Wolf and Sheep
by ajengfelix
11:37,Aug 02,2023
"Sudah waktunya peluncuran Game Wolf and Sheep akan dibuka seluruh dunia! Permainan Level dihubungkan ke dunia nyata dan rasakan sensasinya. Bahkan genre yang kalian terbagi tiga yaitu real life, romance dan fantasi. Ini baru pertama keluar sehingga kemungkinan ada genre lain yang bisa kamu dapatkan setelah diupgrade. Kami beri satu tahun garansi untuk mencobanya setelah pembelian besar-besaran!" Badrika melirik layar tvnya dengan muka masam. Tidak ada masalah kalau sekarang zaman teknologi berubah dan membuat masyarakat memanfaatkannya sebaik mungkin.
Bahkan game itu bisa diunduh dimana saja asalkan koneksi internetnya lancar maupun mengandalkan sinyal dari menara BTS. Jadi tempat non sinyal pun tidak akan berfungsi. Badrika mendengar suara gaduh para tetangga meributkan pembelian game tersebut. Banyak diantara mereka sudah mencobanya karena mengantri pagi-pagi. Bahu Badrika merosot saat channel tv sudah diganti. Sarapan sandwich dan kopi Americano di atas meja menjadi sasaran empuk.
"Paman, aku ke sekolah dulu. Kata Ibu dan ayah, uang bulanan akan dibayar siang nanti lewat transfer bank," ucap Riki menaikkan satu oktaf ketika Badrika sibuk mengunyah sarapan dibandingkan mendengar keponakan ambisius tersebut. "Ya aku tahu. Mereka sudah mengatakan kepadaku. Jangan diulangi kedua kalinya. Aku tidak bodoh," balas Badrika duduk angkuh sambil menyesap seluruh air kopi. Riki memutar matanya lalu berteriak heboh. Mendengar berita top 1 ranking setiap sosial media membuat tatapan berbinar Riki ke Badrika.
"Paman, ada uang tambahan?"
"Digunakan untuk apa? untuk game yang aneh itu? bukannya sama saja membodohi pikiran masyarakat lalu membuang waktu?" Badrika membersihkan tangannya menggunakan sedikit gel pencuci tangan aroma mint. Riki menundukkan wajah, menendang kaki kanan ke depan kesal dan mengeratkan tasnya. "Ini pertama kalinya aku meminta hal ini selain belajar. Bolehkah aku memainkannya selama liburan sekolah?" tanya Riki yang didapatkan gelengan kepala dari Badrika.
"Kamu bisa tapi untuk uang tambahan, aku tidak mengizinkannya. Lebih baik kamu kerja sambilan saja." Badrika mengecek tanggal terakhir pembelian game di tv sedangkan Riki memutar badan sambil membanting pintu apartemen tanpa ampun. Jika bukan keponakan yang harus diajari disiplin dan mandiri, Badrika enggan mengoyak hati seseorang. Setelah memastikan Riki pergi naik bus, Badrika meraih hpnya yang menganggur.
Nama "Zero" tertera di sana. Suara panggilan terhubung. Badrika membicarakan masalah mengenai harga pekerjaan bulan ini dipercepat tanggalnya. Meski diterima Badrika harus mengantar beberapa barang ke luar kota lalu mendapat total harga dua kali lipat dari game rilis. Badrika menyunggingkan senyuman. Setidaknya malam nanti akan ada kejutan untuk Riki. Semoga pertengkaran Paman dan Keponakan tidak berlangsung lama. Segera saja Badrika bergegas mengerjakan tugas diberikan.
Menempuh perjalanan dua jam, Badrika menyusuri gang kecil dan gedung terbengkalai. Satu tim sudah menunggu Badrika begitu juga bosnya yang menjentikkan rokoknya. "Kamu lama, Badrik! Kamu yakin bisa mengantar bayi-bayiku dengan aman? pelanggan meminta ini sampai sebelum sore hari," kata pria paruh baya memegang tongkat, seluruh jari disematkan cincin batu akik dan memegang dua wanita genit melambaikan tangan. Paket dalam kondisi bagus. Tiga orang selain Badrika mengangkut paket-paket sesuai alamat pengirim.
"Tidak masalah, Bos. Aku bisa melihat ini aman. Jangan risau dengan kepercayaanku selama ini." Badrika meraih dua kotak paket berukuran besar. Alis Badrika menggoyangkan sebagian tapi penuh. Kemungkinan pesanan ini berjumlah banyak. Tiga orang mulai mengendarai mobil maupun motor ke jalanan. Bos itu mencekik leher Badrika lalu berkata, "Jangan ada keluhan apapun. Kalau ada aku harap kamu mati mengambang di selokan kotor!" Badrika menatap datar, tidak ada eskpresi apapun.
"Sudah aku bilang aku tidak mengecewakan kamu." Lalu Badrika tidak mempedulikan bekas cekikan leher masih ada. Itu membuktikan bos geng ular hijau sedang menguji Badrika. Sekilas Badrika belok ke gang menuju kuburan, di sana ada gubuk bambu reyot menutupi persembunyian beberapa harta Badrika. Mana ada orang lain tahu Badrika menyusuri tempat ini untuk mempersiapkan kendaraan di ruang bawah tanah. Ada tuas menyamar sebagai tangkai bambu busuk dicat permanen terlihat asli. Pasti tidak ada orang memegangnya seumur hidup.
Badrika turun ke bawah. Tutup gerbang atas dan digantikan arah jalan keluar. Kanan kiri senjata mahal dilelang atau dibanderol harga murah secara ilegal. Badrika memilih motor balap, menaruh dua paket di belakang diikat menggunakan tali dan memakai helm sebelum menghidupkan mesin motor. Banyak kenangan selama bekerja kotor sembari menjauh dari keluarga. Jika ada menyenggol atau menyentuh orang yang dilindungi Badrika langsung berhadapan menanggung akibatnya.
Motor balap hitam gelap melaju kencang. Pintu keluar tertutup otomatis. Earphone dipasang. List lagu mellow dan kegirangan dibiarkan begitu saja menemani Badrika selama perjalanan. Navigasi alamat di hp berkisar tiga puluh menit. Badrika bersiul-siul dalam hati membayangkan harga dua paket itu. Jalanan aspal meliuk-liuk. Menit ke Limas belas, Badrika menerima panggilan Bos dan pelanggan yang diantarkan paketnya. Lagu berhenti.
"Sudah dimana, Badrik?"
"Lima belas menit lagi sampai. Apakah ini nomor pelanggannya? biar aku menyimpannya jika ada permintaan lain ke depannya. Ketika aku sampai, aku menggunakan jaket kulit cokelat, celana jeans dan kaos oblong hitam," jawab Badrika menaikkan volume panggilan. Tidak jauh dari Badrika tahu, Ada beberapa vila keluarga yang cukup lama. Kebanyakan pelanggan secara turun-temurun dan berumur tua tapi setia menikmati paket yang dibawa.
Di depan terdapat petugas keamanan. Badrika menyerahkan kartu pengenal palsunya lalu diizinkan masuk untuk keperluan mengantar barang. Kemudian Badrika menancap gas motornya ke Vila berukuran besar dan memiliki kolam renang dua meter. Cukup yakin pelanggan di sini mampu membayarnya di luar akal. Dua orang menunggu di depan mengetahui keberadaan Badrika setelah memberikan penampilan di telpon. "Paket yang aku minta kan? Ini dari Tuan Zero?" Badrika melepaskan helm. Lebih melihat seksama.
Sepertinya pasangan tidak biasa. Berbeda jauh umurnya. Satu umurnya lima puluhan sedangkan wanita ini terlalu muda. Badrika menepis pikiran. Beraneka ragam pasangan di dunia ini sehingga Badrika tidak perlu mengutarakan pendapatnya. "Aku tahu suara kamu di telpon. Meski suaranya hanya suara napas berat dan tidak sabaran, Ini dua paket punya Anda. Pembayaran sudah ditransfer?" Pria paruh baya menaikkan alisnya kaget. Tidak ada orang tahu suara itu bisa terdengar jelas oleh manusia biasa.
"Ini tip dari aku. Aku menghargai kamu datang tepat waktu. Transfer dua paket ini sudah dikirim ke Bos kamu. Ini bukti transfer sekaligus chat Zero." Badrika meminta izin untuk memfoto buktinya ada. Bagaikan sistem kinerja yang diajarkan Bos Zero, Badrika melakukan hal sama selama bertahun-tahun. Sebelum Badrika keluar, Satu botol minuman keras sebagai bonus. "Makasih atas belas kasihan Anda." Wanita itu mendorongkan ciuman dahi jahil. Pria memegang dua paket tergelak tawa.
"Kamu benar-benar bajingan ya. Istri aku menyukai kamu. Nama kamu Badrika ya? Aku akan save memakai nama panggilan yaitu X."
Bahkan game itu bisa diunduh dimana saja asalkan koneksi internetnya lancar maupun mengandalkan sinyal dari menara BTS. Jadi tempat non sinyal pun tidak akan berfungsi. Badrika mendengar suara gaduh para tetangga meributkan pembelian game tersebut. Banyak diantara mereka sudah mencobanya karena mengantri pagi-pagi. Bahu Badrika merosot saat channel tv sudah diganti. Sarapan sandwich dan kopi Americano di atas meja menjadi sasaran empuk.
"Paman, aku ke sekolah dulu. Kata Ibu dan ayah, uang bulanan akan dibayar siang nanti lewat transfer bank," ucap Riki menaikkan satu oktaf ketika Badrika sibuk mengunyah sarapan dibandingkan mendengar keponakan ambisius tersebut. "Ya aku tahu. Mereka sudah mengatakan kepadaku. Jangan diulangi kedua kalinya. Aku tidak bodoh," balas Badrika duduk angkuh sambil menyesap seluruh air kopi. Riki memutar matanya lalu berteriak heboh. Mendengar berita top 1 ranking setiap sosial media membuat tatapan berbinar Riki ke Badrika.
"Paman, ada uang tambahan?"
"Digunakan untuk apa? untuk game yang aneh itu? bukannya sama saja membodohi pikiran masyarakat lalu membuang waktu?" Badrika membersihkan tangannya menggunakan sedikit gel pencuci tangan aroma mint. Riki menundukkan wajah, menendang kaki kanan ke depan kesal dan mengeratkan tasnya. "Ini pertama kalinya aku meminta hal ini selain belajar. Bolehkah aku memainkannya selama liburan sekolah?" tanya Riki yang didapatkan gelengan kepala dari Badrika.
"Kamu bisa tapi untuk uang tambahan, aku tidak mengizinkannya. Lebih baik kamu kerja sambilan saja." Badrika mengecek tanggal terakhir pembelian game di tv sedangkan Riki memutar badan sambil membanting pintu apartemen tanpa ampun. Jika bukan keponakan yang harus diajari disiplin dan mandiri, Badrika enggan mengoyak hati seseorang. Setelah memastikan Riki pergi naik bus, Badrika meraih hpnya yang menganggur.
Nama "Zero" tertera di sana. Suara panggilan terhubung. Badrika membicarakan masalah mengenai harga pekerjaan bulan ini dipercepat tanggalnya. Meski diterima Badrika harus mengantar beberapa barang ke luar kota lalu mendapat total harga dua kali lipat dari game rilis. Badrika menyunggingkan senyuman. Setidaknya malam nanti akan ada kejutan untuk Riki. Semoga pertengkaran Paman dan Keponakan tidak berlangsung lama. Segera saja Badrika bergegas mengerjakan tugas diberikan.
Menempuh perjalanan dua jam, Badrika menyusuri gang kecil dan gedung terbengkalai. Satu tim sudah menunggu Badrika begitu juga bosnya yang menjentikkan rokoknya. "Kamu lama, Badrik! Kamu yakin bisa mengantar bayi-bayiku dengan aman? pelanggan meminta ini sampai sebelum sore hari," kata pria paruh baya memegang tongkat, seluruh jari disematkan cincin batu akik dan memegang dua wanita genit melambaikan tangan. Paket dalam kondisi bagus. Tiga orang selain Badrika mengangkut paket-paket sesuai alamat pengirim.
"Tidak masalah, Bos. Aku bisa melihat ini aman. Jangan risau dengan kepercayaanku selama ini." Badrika meraih dua kotak paket berukuran besar. Alis Badrika menggoyangkan sebagian tapi penuh. Kemungkinan pesanan ini berjumlah banyak. Tiga orang mulai mengendarai mobil maupun motor ke jalanan. Bos itu mencekik leher Badrika lalu berkata, "Jangan ada keluhan apapun. Kalau ada aku harap kamu mati mengambang di selokan kotor!" Badrika menatap datar, tidak ada eskpresi apapun.
"Sudah aku bilang aku tidak mengecewakan kamu." Lalu Badrika tidak mempedulikan bekas cekikan leher masih ada. Itu membuktikan bos geng ular hijau sedang menguji Badrika. Sekilas Badrika belok ke gang menuju kuburan, di sana ada gubuk bambu reyot menutupi persembunyian beberapa harta Badrika. Mana ada orang lain tahu Badrika menyusuri tempat ini untuk mempersiapkan kendaraan di ruang bawah tanah. Ada tuas menyamar sebagai tangkai bambu busuk dicat permanen terlihat asli. Pasti tidak ada orang memegangnya seumur hidup.
Badrika turun ke bawah. Tutup gerbang atas dan digantikan arah jalan keluar. Kanan kiri senjata mahal dilelang atau dibanderol harga murah secara ilegal. Badrika memilih motor balap, menaruh dua paket di belakang diikat menggunakan tali dan memakai helm sebelum menghidupkan mesin motor. Banyak kenangan selama bekerja kotor sembari menjauh dari keluarga. Jika ada menyenggol atau menyentuh orang yang dilindungi Badrika langsung berhadapan menanggung akibatnya.
Motor balap hitam gelap melaju kencang. Pintu keluar tertutup otomatis. Earphone dipasang. List lagu mellow dan kegirangan dibiarkan begitu saja menemani Badrika selama perjalanan. Navigasi alamat di hp berkisar tiga puluh menit. Badrika bersiul-siul dalam hati membayangkan harga dua paket itu. Jalanan aspal meliuk-liuk. Menit ke Limas belas, Badrika menerima panggilan Bos dan pelanggan yang diantarkan paketnya. Lagu berhenti.
"Sudah dimana, Badrik?"
"Lima belas menit lagi sampai. Apakah ini nomor pelanggannya? biar aku menyimpannya jika ada permintaan lain ke depannya. Ketika aku sampai, aku menggunakan jaket kulit cokelat, celana jeans dan kaos oblong hitam," jawab Badrika menaikkan volume panggilan. Tidak jauh dari Badrika tahu, Ada beberapa vila keluarga yang cukup lama. Kebanyakan pelanggan secara turun-temurun dan berumur tua tapi setia menikmati paket yang dibawa.
Di depan terdapat petugas keamanan. Badrika menyerahkan kartu pengenal palsunya lalu diizinkan masuk untuk keperluan mengantar barang. Kemudian Badrika menancap gas motornya ke Vila berukuran besar dan memiliki kolam renang dua meter. Cukup yakin pelanggan di sini mampu membayarnya di luar akal. Dua orang menunggu di depan mengetahui keberadaan Badrika setelah memberikan penampilan di telpon. "Paket yang aku minta kan? Ini dari Tuan Zero?" Badrika melepaskan helm. Lebih melihat seksama.
Sepertinya pasangan tidak biasa. Berbeda jauh umurnya. Satu umurnya lima puluhan sedangkan wanita ini terlalu muda. Badrika menepis pikiran. Beraneka ragam pasangan di dunia ini sehingga Badrika tidak perlu mengutarakan pendapatnya. "Aku tahu suara kamu di telpon. Meski suaranya hanya suara napas berat dan tidak sabaran, Ini dua paket punya Anda. Pembayaran sudah ditransfer?" Pria paruh baya menaikkan alisnya kaget. Tidak ada orang tahu suara itu bisa terdengar jelas oleh manusia biasa.
"Ini tip dari aku. Aku menghargai kamu datang tepat waktu. Transfer dua paket ini sudah dikirim ke Bos kamu. Ini bukti transfer sekaligus chat Zero." Badrika meminta izin untuk memfoto buktinya ada. Bagaikan sistem kinerja yang diajarkan Bos Zero, Badrika melakukan hal sama selama bertahun-tahun. Sebelum Badrika keluar, Satu botol minuman keras sebagai bonus. "Makasih atas belas kasihan Anda." Wanita itu mendorongkan ciuman dahi jahil. Pria memegang dua paket tergelak tawa.
"Kamu benar-benar bajingan ya. Istri aku menyukai kamu. Nama kamu Badrika ya? Aku akan save memakai nama panggilan yaitu X."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved