Bab 10 Tetangga meributkan sesuatu
by ajengfelix
12:49,Aug 02,2023
Namun bukan diperiksa di tempat, Kakek K meminta Badrika membawa menantunya ke ruangan pemeriksaan di ruang bawah tanah. Gabriela dan Cherry mengikuti arah ruangannya. Anak-anak tertidur lelap setelah ditenangkan. Tempat dikatakan Kakek K sangat luas bahkan sangat jelas ada tulisan "Dibutuhkan ketika mendesak" membuat Badrika paham. Varon diletakkan pelan-pelan ke bangsal. Baju yang bersimbah darah digunting. Badrika memeriksa denyut nadi Varon. Kakek K menangani beberapa alat medis menetralkan detak jantung dan mengangguk.
Lalu Badrika mengeluarkan keterampilan pertolongan pertama, Kakek K membantu Badrika dalam operasi tergesa-gesa dan stok darah segar digunakan sebaik mungkin. Bunyi detak jantung Varon meningkat sementara lalu kembali normal. Jahitan rapi ditangani Badrika langsung disterilkan lagi tangannya. Kakek K menepuk-nepuk bahu Badrika. "Kamu serba bisa. Seandainya kamu berkesempatan belajar kedokteran pasti kamu sukses besar."
"Itu berlebihan Kakek K. Aku belajar banyak di luar saat peristiwa geng ular hijau banyak diincar orang lain. Kadangkala kami tidak luput dari luka." Cherry menangis tersedu-sedu sedangkan Gabriela memutuskan membayar tambahan ke Badrika. Tentu saja Badrika segan. "Aku saja tidak tahu nominal uang dari Kakek K. Maaf ya Bu Gabriela," sela Badrika membuka masker dan pakaian operasi dokter. Hampir saja jiwa Varon hilang kalau terlambat ditangani.
Kedatangan ambulans ke rumah Kakek K tidak sempat. Badrika mencuci tangan lalu mengurusi sisa-sisa operasi. Kakek K meminta anak perempuannya untuk dibuatkan kopi hitam. Kemudian Badrika membopong Varon perlahan-lahan napasnya baik. Setelah sampai ke kamar, Badrika ikut serta membereskan kekacauan yang dialami satu keluarga itu. Dimintai keterangan sama pihak polisi saat orang-orang ini diangkut ke kantor polisi. Tatapan mereka memuncak terlebih lagi ke Kakek K.
"Dia masih hidup dan diselamatkan sama pria ini. Kenapa tuhan tidak memberkati kami untuk mengakhiri hidupnya?" Salah satu musuh membuang ludah sembarangan mengenai wajah Kakek K. Kakek K mengelap air liur itu dengan muka polos. Badrika memohon ke polisi ke pria belum lama meludah itu ditarik kasar kerahnya. Saling mengirimkan tatapan menginjak harga diri, Badrika mencondongkan ke depan.
"Sebenarnya aku ingin melawan sistem game Wolf and Sheep demi memuaskan rasa lapar ini. Ah, sayang sekali aku tidak makan malam berisi daging segar kalian," bisik Badrika disambut sang musuh merinding disko. Tak sadar Badrika mode wolfnya yang menyeramkan ingin menakuti-nakuti. "Kamu menggunakan game itu? kamu bijaksana melawan mereka, Tuan X!" seru polisi junior membuka komentarnya. Badrika menoleh ke samping kiri.
Pria muda itu tidak heran sikap Badrika terlalu menegak keadilan. Masyarakat zaman sekarang jarang membela sesama dan lebih mementingkan diri sendiri. "Kamu wolf juga? Mereka jahat sekali menyerang Profesor Kevin," terang Badrika lalu menerima kopi hitam dari Cherry. Belum selesai mengobrol, polisi itu kembali dipanggil oleh seniornya. Sangat seru membayangkan bercengkrama sesama wolf. Badrika menyesap cairan kopinya anggun. Gabriela sudah mempersiapkan bantal dan selimut di sofa untuk Badrika.
"Kamu menjaga kami di sini. Suamiku banyak tugas jadi bisa menemanimu." Gabriella pergi ke kamar disusul Cherry melihat dengan teliti untuk mengetahui keadaan Varon. Badrika miris pintu depan rumah hancur disebabkan bertabrakan berat badan musuh saat Badrika lempar sembarang arah. Tepukan bahu dari belakang mengingatkan Kakek K sedang membawa soal ujian yang dijawab anak-anak kedokteran. Badrika antuasias ada beberapa materi pernah dibaca.
"Aku sibuk mengurusi bisnis ini sebelum diserahkan ke fakultas. Kalau kamu gimana? tinggal dua jam lagi kamu bebas." Badrika meminta izin keluar, mengambil robot menyerupai Badrika tapi bisa dirubah ke dadu dan menyerahkan ke Kakek K. "Kamu serahkan teknologi ini ke keluargaku. Apa yang ada dibenak kamu?" Meski tersinggung atas ucapan Kakek K, Badrika menguraikan alasan pemberian alat keamanan jika Badrika tidak ada.
Kakek K meluruskan kesalahpahaman tersebut lalu merilekskan pikiran dan tubuhnya. Menggosok janggutnya yang panjang, Kakek K mengambil dadu merah ukuran kecil itu dan dijadikan kalung. "Cara pakainya?" Badrika berdiri, menaruh dadu merah salinan dari gantungan kunci mobilnya lalu melempar ke lantai. "Sebutkan saja nama pengguna kamu dan perintahkan nanti mereka akan mengerahkan tenaganya melindungi si pengguna. Dadu yang aku kasih sudah aku daftarkan Akun K."
Kakek K mengikuti arahan Badrika berdecak kagum. sembilan puluh sembilan persen mirip seperti aslinya tapi bisa dibedakan saat robot itu patuh dan tidak ada emosi. Badrika merebahkan tubuhnya sambil membaca buku novel yang dibelanjakan Kakek K. "Buku ini berharga bagiku. Makasih sudah traktir, Kakek K." Kakek K memasukkan cemilan marshmellow campur susu cokelat hangat ke mulutnya langsung terhenti. "Baguslah kamu suka. Oh ya kamu harus tangani trauma kamu, Nak X." Badrika mendengarkan musik sehingga ada sifat menyebalkan ketidakpedulian itu kedok menghindari pertanyaan berhubungan kejadian trauma.
"Ya sudah kalau kamu bebal." Badrika memunggungi Kakek K mulai mengerjakan nilai-nilai ujian mahasiswanya. Perapian di ruang tamu, foto keluarga besar Kakek K dan berjejer sertifikat maupun piala dan medali atas prestasi yang dilalui mendapatkan perhatian Badrika. Tak jarang kenyamanan ini sangat nyata dirasakan Badrika dari ujung kepala sampai kaki. Masih berjaga, Badrika menaruh pembatas buku novel karangan Riki Mahesa. Para penggemar Riki sangat termotivasi hidup baik selama membaca karya-karyanya.
Badrika menscroll informasi berkaitan Riki. Ada DM ig dari kenalan Riki memberi belasungkawa. Badrika Ingin tidak percaya kematian Riki nyata tapi tidak boleh berlarut-larut kesedihan. DM dibalas menyebutkan pamannya memberikan komentar positifnya berasal dari keluarga. Setelah lama berselancar di sosial media, Badrika mendengar suara jam antik berdetak kencang dengan irama nada sama. Pertanda bahwasanya jam sudah tengah malam.
"Nak X ini uang cashnya di amplop. Jangan melihat sekarang nanti saja di tempat tinggal kamu," ucap Kakek K menggulir dadu lalu membuat perintah dua puluh empat jam robot Badrika diawasi penuh. Badrika pulang dengan selamat. Selama perjalanan Badrika menepikan mobilnya di terowongan lalu membaca seluruh pemberitahuan dan skill didapatkan. Semua diterima, dinaikkan maksimal dan melihat level duanya berubah dua puluh lima.
Tidak ada notifikasi, uang transfer Safir memonetisasi ke banknya langsung secara otomatis setelah pergantian hari. "Pantesan masyarakat menyukai hal ini karena mereka menerima tangan terbuka semua laporan para pengguna." Seketika Badrika memukul dahi, mengklik laman link komplain kejadian hari ini dan akunnya eror. Balasan customer service maksimal dua hari akan dikirim ke email Badrika. Ketika menuntaskan kewajiban laporannya, Badrika menghidupkan mobilnya ke apartemen.
Para tetangga meributkan sesuatu. Kerumunan di lantai bawah. Garis polisi sekitar TKP diamankan polisi-polisi bertugas. Detektif mencurigai orang-orang terlibat. Badrika keluar dari parkiran bergabung menanyakan orang lain. "Apa yang terjadi di kawasan apartemen ini?" Anak SMA membalik badan terkesiap aura Badrika sangat besar.
"Ada bunuh diri di lantai atas tujuh. Seminggu lalu bibi itu masih sehat, Paman."
Lalu Badrika mengeluarkan keterampilan pertolongan pertama, Kakek K membantu Badrika dalam operasi tergesa-gesa dan stok darah segar digunakan sebaik mungkin. Bunyi detak jantung Varon meningkat sementara lalu kembali normal. Jahitan rapi ditangani Badrika langsung disterilkan lagi tangannya. Kakek K menepuk-nepuk bahu Badrika. "Kamu serba bisa. Seandainya kamu berkesempatan belajar kedokteran pasti kamu sukses besar."
"Itu berlebihan Kakek K. Aku belajar banyak di luar saat peristiwa geng ular hijau banyak diincar orang lain. Kadangkala kami tidak luput dari luka." Cherry menangis tersedu-sedu sedangkan Gabriela memutuskan membayar tambahan ke Badrika. Tentu saja Badrika segan. "Aku saja tidak tahu nominal uang dari Kakek K. Maaf ya Bu Gabriela," sela Badrika membuka masker dan pakaian operasi dokter. Hampir saja jiwa Varon hilang kalau terlambat ditangani.
Kedatangan ambulans ke rumah Kakek K tidak sempat. Badrika mencuci tangan lalu mengurusi sisa-sisa operasi. Kakek K meminta anak perempuannya untuk dibuatkan kopi hitam. Kemudian Badrika membopong Varon perlahan-lahan napasnya baik. Setelah sampai ke kamar, Badrika ikut serta membereskan kekacauan yang dialami satu keluarga itu. Dimintai keterangan sama pihak polisi saat orang-orang ini diangkut ke kantor polisi. Tatapan mereka memuncak terlebih lagi ke Kakek K.
"Dia masih hidup dan diselamatkan sama pria ini. Kenapa tuhan tidak memberkati kami untuk mengakhiri hidupnya?" Salah satu musuh membuang ludah sembarangan mengenai wajah Kakek K. Kakek K mengelap air liur itu dengan muka polos. Badrika memohon ke polisi ke pria belum lama meludah itu ditarik kasar kerahnya. Saling mengirimkan tatapan menginjak harga diri, Badrika mencondongkan ke depan.
"Sebenarnya aku ingin melawan sistem game Wolf and Sheep demi memuaskan rasa lapar ini. Ah, sayang sekali aku tidak makan malam berisi daging segar kalian," bisik Badrika disambut sang musuh merinding disko. Tak sadar Badrika mode wolfnya yang menyeramkan ingin menakuti-nakuti. "Kamu menggunakan game itu? kamu bijaksana melawan mereka, Tuan X!" seru polisi junior membuka komentarnya. Badrika menoleh ke samping kiri.
Pria muda itu tidak heran sikap Badrika terlalu menegak keadilan. Masyarakat zaman sekarang jarang membela sesama dan lebih mementingkan diri sendiri. "Kamu wolf juga? Mereka jahat sekali menyerang Profesor Kevin," terang Badrika lalu menerima kopi hitam dari Cherry. Belum selesai mengobrol, polisi itu kembali dipanggil oleh seniornya. Sangat seru membayangkan bercengkrama sesama wolf. Badrika menyesap cairan kopinya anggun. Gabriela sudah mempersiapkan bantal dan selimut di sofa untuk Badrika.
"Kamu menjaga kami di sini. Suamiku banyak tugas jadi bisa menemanimu." Gabriella pergi ke kamar disusul Cherry melihat dengan teliti untuk mengetahui keadaan Varon. Badrika miris pintu depan rumah hancur disebabkan bertabrakan berat badan musuh saat Badrika lempar sembarang arah. Tepukan bahu dari belakang mengingatkan Kakek K sedang membawa soal ujian yang dijawab anak-anak kedokteran. Badrika antuasias ada beberapa materi pernah dibaca.
"Aku sibuk mengurusi bisnis ini sebelum diserahkan ke fakultas. Kalau kamu gimana? tinggal dua jam lagi kamu bebas." Badrika meminta izin keluar, mengambil robot menyerupai Badrika tapi bisa dirubah ke dadu dan menyerahkan ke Kakek K. "Kamu serahkan teknologi ini ke keluargaku. Apa yang ada dibenak kamu?" Meski tersinggung atas ucapan Kakek K, Badrika menguraikan alasan pemberian alat keamanan jika Badrika tidak ada.
Kakek K meluruskan kesalahpahaman tersebut lalu merilekskan pikiran dan tubuhnya. Menggosok janggutnya yang panjang, Kakek K mengambil dadu merah ukuran kecil itu dan dijadikan kalung. "Cara pakainya?" Badrika berdiri, menaruh dadu merah salinan dari gantungan kunci mobilnya lalu melempar ke lantai. "Sebutkan saja nama pengguna kamu dan perintahkan nanti mereka akan mengerahkan tenaganya melindungi si pengguna. Dadu yang aku kasih sudah aku daftarkan Akun K."
Kakek K mengikuti arahan Badrika berdecak kagum. sembilan puluh sembilan persen mirip seperti aslinya tapi bisa dibedakan saat robot itu patuh dan tidak ada emosi. Badrika merebahkan tubuhnya sambil membaca buku novel yang dibelanjakan Kakek K. "Buku ini berharga bagiku. Makasih sudah traktir, Kakek K." Kakek K memasukkan cemilan marshmellow campur susu cokelat hangat ke mulutnya langsung terhenti. "Baguslah kamu suka. Oh ya kamu harus tangani trauma kamu, Nak X." Badrika mendengarkan musik sehingga ada sifat menyebalkan ketidakpedulian itu kedok menghindari pertanyaan berhubungan kejadian trauma.
"Ya sudah kalau kamu bebal." Badrika memunggungi Kakek K mulai mengerjakan nilai-nilai ujian mahasiswanya. Perapian di ruang tamu, foto keluarga besar Kakek K dan berjejer sertifikat maupun piala dan medali atas prestasi yang dilalui mendapatkan perhatian Badrika. Tak jarang kenyamanan ini sangat nyata dirasakan Badrika dari ujung kepala sampai kaki. Masih berjaga, Badrika menaruh pembatas buku novel karangan Riki Mahesa. Para penggemar Riki sangat termotivasi hidup baik selama membaca karya-karyanya.
Badrika menscroll informasi berkaitan Riki. Ada DM ig dari kenalan Riki memberi belasungkawa. Badrika Ingin tidak percaya kematian Riki nyata tapi tidak boleh berlarut-larut kesedihan. DM dibalas menyebutkan pamannya memberikan komentar positifnya berasal dari keluarga. Setelah lama berselancar di sosial media, Badrika mendengar suara jam antik berdetak kencang dengan irama nada sama. Pertanda bahwasanya jam sudah tengah malam.
"Nak X ini uang cashnya di amplop. Jangan melihat sekarang nanti saja di tempat tinggal kamu," ucap Kakek K menggulir dadu lalu membuat perintah dua puluh empat jam robot Badrika diawasi penuh. Badrika pulang dengan selamat. Selama perjalanan Badrika menepikan mobilnya di terowongan lalu membaca seluruh pemberitahuan dan skill didapatkan. Semua diterima, dinaikkan maksimal dan melihat level duanya berubah dua puluh lima.
Tidak ada notifikasi, uang transfer Safir memonetisasi ke banknya langsung secara otomatis setelah pergantian hari. "Pantesan masyarakat menyukai hal ini karena mereka menerima tangan terbuka semua laporan para pengguna." Seketika Badrika memukul dahi, mengklik laman link komplain kejadian hari ini dan akunnya eror. Balasan customer service maksimal dua hari akan dikirim ke email Badrika. Ketika menuntaskan kewajiban laporannya, Badrika menghidupkan mobilnya ke apartemen.
Para tetangga meributkan sesuatu. Kerumunan di lantai bawah. Garis polisi sekitar TKP diamankan polisi-polisi bertugas. Detektif mencurigai orang-orang terlibat. Badrika keluar dari parkiran bergabung menanyakan orang lain. "Apa yang terjadi di kawasan apartemen ini?" Anak SMA membalik badan terkesiap aura Badrika sangat besar.
"Ada bunuh diri di lantai atas tujuh. Seminggu lalu bibi itu masih sehat, Paman."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved