Bab 3 Grup Aneh

by ajengfelix 11:40,Aug 02,2023
"Ya. Lacak orang yang mencari mati untuk berhadapan denganku. Aku pastikan dia tidak bisa berlari pulang ke kampungnya dan masuk ke alam baka saja," kesal Badrika mulai berdiri, memilah kenyataan yang ada dan memikirkan laporan polisi terkait kasus Riki. Bukti cctv akan diretas sebentar oleh Badrika ketika jalan terhuyung-huyung ke kamarnya. Beruntung peralatan teknologinya tidak ada yang diambil. Di sana ada kelompok memakai jubah sedang menangkap Riki ketakutan melawan mereka. Lebih kurang buruan diburu berada di depan mata menunjukkan kelemahannya.

Riki berlari-lari menuju pintu depan tapi terkena kedua kakinya putus akibat kapak menghalangi kebebasannya. Riki runtuh, berteriak kesakitan dan dipaksa masuk ke kamar mandi. Badrika menonton peristiwa itu mempunyai kemarahan di ubun-ubun. Berani sekali mendekati keluarga Badrika Shuura! Badrika membesarkan gambaran cctv tapi hasilnya kabur sehingga wajah para pelaku tidak terlihat. Badrika mengutuk beberapa kata. Bunyi bel pintu apartemen langsung didekati Badrika, membuka dan melihat aliran listrik menyala. Segerombolan polisi masuk tapi dihentikan.

Badrika keluar apartemen. "Jangan masuk. Tolong dengarkan aku atau kalian mati. Aliran listrik itu bersatu dengan air di apartemenku. Kalian tersengat listrik bervolt lebih." Seluruh polisi tidak masuk dan menyuguhkan alat penetralisir agar bisa masuk ke TKP menyeluruh. Tetangga melihat apartemen Badrika langsung berhamburan keluar. Penasaran di sanubari mereka lebih besar dibandingkan aktivitas biasa. Badrika tidak menganggu. Malah menyibukkan diri bermain chat wa dan grupnya. Pertanyaan Badrika terkait kelompok tersebut nihil.

"Ini Pak Badrika Shuura boleh meminta keterangan sama kami?" Badrika menoleh ke samping. Thrift menggerakkan tawa ekspresif tidak bersuara dengan mengembangkan bibir sedikit tertuju ke Badrika lalu berjabat tangan. Tak lupa saling berbagi rokok dan mancis elektronik. Badrika menyesap rokok sedalam mungkin, mengeluarkan asap dari hidung dan mulut. Ada rasa tenang sementara. Polisi bernama Faron hanya menggelengkan kepala.

"Kenapa ini bisa terjadi denganmu, Badrik? Tidak ada orang sembarangan menerima amukan kamu. Kamu tahu musuh mana yang kamu hadapi?" Badrika melirik, membuang muka tidak memahami dan mengirim nama-nama musuh memenuhi syarat untuk mencari kelemahan Badrika sampai ke dasar. Hanya saja baru spekulasi. Lagipula kebanyakan mereka main personal bukan berkelompok. Makanya Badrika masih memikirkan kemungkinan lain musuh di luar kota dan negara.

"Aku belum menemukan kelompok aneh ini. Dari simbol ini kamu kenal?" Polisi wanita membuang rokok ke tong sampah. Menaikkan kedua bahu bahwasanya tidak ada petunjuk sama sekali. Badrika memukul tangannya di dinding dua kali tapi tidak bisa meredakan emosi labilnya. Seenaknya saja mereka main curang di belakang Badrika. "Simbol baru lagi. Banyak sekali sekte dan kelompok luar negeri memperbarui simbol-simbol yang mengartikan kegiatan mereka sendiri. Kali ini aku tidak menemukannya," ujar Thrift dipanggil panggilannya dari segelintir orang.

Nama aslinya bukanlah itu. Badrika memicing tajam ke kerah baju sebelah kiri. "Chelsea Olivia hm? sekarang kita terhubung. Jika menemukan satu informasi ini, aku bagikan kesenangan lain." Chelsea cengengesan melihat timnya mengerutkan dahi bak anak sekolah berada di ruang ujian akhir semester. Satu per satu mereka melaporkan tidak ada saksi, bukti cctv dan sidik jari yang dicari seluruh sistem negara mereka. Badrika menyampaikan pendapatnya ada cctv di laptopnya.

Lima menit berjalan, mereka terkejut bukan main. Ini kasus sulit di mana mereka tidak bisa ditemukan setelah melakukan aksi tersebut. "Hanya ini saja buktinya. Jika kita liput ke sosial media, reaksi masyarakat akan buruk." Banyak komentar lainnya menjadikan Badrika terpuruk. Kasus Riki akan diproses ke kantor pusat untuk meminta kerjasama seluruh kota-kota besar maupun kecil dalam informasi pergerakan kelompok berada di cctv.

Hasilnya akan terlihat seiring waktu. Badrika ditepuk Chelsea pelan. "Kamu masih ada waktu untuk menemukan orang-orang keparat ini. Timku tetap bergerak sampai arahan atasan berlaku untuk berhenti. Aku selalu ada untukmu." Chelsea mengikuti tim polisi dan forensik. Garis polisi tidak berubah. Para wartawan mengejar orang terlibat untuk mengorek informasi. Bahkan Badrika ditanyakan berturut-turut. Jaket kulit Badrika dipasang kembali. Dua jam lagi sudah dini hari. Keamanan sekitar dijaga ketat.

Penghuni apartemen bubar. Badrika meringkuk di atas sofa. Keterangan polisi, benda-benda di TKP tidak boleh berubah. Namun polisi terakhir sebelum pulang memberikan satu game set yang ditemukan di kamar Riki. Game Wolf and Sheep diyakini nama Badrika dan Riki terdaftar dalam pembelian di toko game. Mata Badrika membulat sempurna. Firasat buruk semakin menjadi-jadi. Kedua tangan Badrika mengoyak kado berwarna hitam berkerlip bintang-bintang.

Terdapat surat kecil menjelaskan isi paketnya. "Seharusnya aku cepat pulang dari yang aku duga dan menyelamatkan kamu, Riki. Aku sebagai pamanmu sangat menyesal," lirih Badrika berjalan keluar dari apartemen. Memeluk erat game lalu dimasukkan kembali berdampingan dengan koper. Karena berlangsung TKP, Badrika diarahkan menginap di hotel atau penginapan lain sampai kasusnya selesai.

Satu koper penuh diangkut ke dalam mobil. Chelsea menggaruk tengkuknya. "Ini mobil tidak mudah dilacak sama musuh. Aku berikan ini untuk kamu demi menjaga keselamatan keluarganya. Keluarga Riki Mahesa sudah diamankan." Badrika berterima kasih. Masalah pembayaran akan dibayar setiap akhir pekan. Senyum murung Badrika tidak pernah menjadi lain. Kunci mobil dimasukkan, menancapkan gas ke jalanan raya dan meneriakkan seluruh umpatan yang ada. Bagi Badrika, tahun ini penuh kesialan.

Sebab Badrika gagal menjadi paman untuk Riki. Riki bermohon memanggil Badrika tapi Badrika tidak mengubah notifikasinya getar atau senyap menambahkan rasa bersalah semakin memuncak. Dari sini Badrika bertekad dan membalas dendam. Tujuan hidup baru ini Badrika akan diteruskan mencapai jawaban masuk akal mengenai keterlibatan kematian Riki. Bunyi kendaraan umum klakson ramai-ramai di hadapan mobil Badrika.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu harus maju! Ini udah lampu hijau, Bung!"

"Jangan tambah mempersulit kehidupan kamu membuat kemacetan di sini!"

"Buka! Jalankan mobilnya atau kamu mau diberikan pelajaran." Badrika melayangkan tatapan tajam dan dingin menusuk saat jendela mobil diturunkan ke arah pria tua mulai gelagapan sekaligus takut. Lawan mereka salah kalau berhadapan dengan Badrika. Penampilan Badrika juga acak-acakan. Jaket kulit dicampakkan ke belakang sehingga sebagian gambaran tato ular hijau dapat dilihat dengan mata. Geraman tidak suka langsung saja beberapa orang memaki ke mobil Badrika beringsut menjauh.

Mereka mengenali Badrika dari tatonya. Salah satu geng paling buruk, tidak bisa dilaporkan pihak berwajib dan perbuatan mereka tidak pernah masuk ke data penjara karena pengaruhnya cukup kuat. Badrika menggeser pergelangan tangan di bagian jendela sambil berkata, "Apa mau kalian? Aku mencari penawar marahku. Maukah kalian bersedia menjadi samsak?" Tentu saja mereka kabur, memutar balik mobil ke arah lain sebelum Badrika mengambil nyawa tidak bersalah.

Keringat dingin Badrika tidak hilang. Ingatan Riki mengapung di air bathtub memiliki pemikiran khusus mimpi buruk untuk Ba drika. Badrika mengerang, menaikkan kecepatan mobil menuju hotel yang menyediakan tv tipis tersambung dengan game dan melihat isi permainannya. Lebih baik menenangkan pikiran daripada menambah dosa besar di akhir hayat.

"Riki, ini bentuk kehormatan untuk memainkan game yang kamu senangi. Kamu tabung uang berbulan-bulan hanya membelikan game ini. Terus kenapa kamu mengingat tanggal ulang tahunku?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

161