Bab 9 Malam Pengantin Yang Kelewat Manis

by Kang Minrae 11:25,Apr 12,2024
Wajah Lim Yoora terasa panas bagai terbakar ketika melihat Lee Yonghoon di depannya, ingin sekali dia mencari lubang untuk bersembunyi!

Lee Yonghoon tersenyum ringan, melihat Lim Yoora yang sedang menggigit bibirnya dengan kuat, dia pun bergegas menghentikannya, “Sudah, aku hanya bercanda denganku, cepat mandi. Aku sudah mandi di kamar tamu tadi.”

Lim Yoora mengangguk, kemudian bergegas membuka lemari dan mengambil baju tidurnya, setelah itu bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah masuk ke dalam kamar mandi dan pintu tertutup, barulah raut wajah Lee Yonghoon berubah menjadi dingin.

Baru saja dia bekerja di ruangan kerjanya, lalu langsung mandi setelah menyelesaikan semuanya, dia sama sekali tidak memperhatikan situasi Lim Yoora di sini.

Dia berpikir Lim Yoora sedang mempersiapkan bahan pelajaran, tapi siapa sangka malah bertengkar dengan seseorang.

Melihat mata Lim Yoora yang memerah seperti tadi, dia pun ingin sekali menarik orang yang sedang berbicara dengan Lim Yoora melalui telepon, kemudian mengulitinya!

Lee Yonghoon menekan ponsel yang ada di ponselnya, lalu melihat posisi ponsel tersebut sedang tidak aktif, dia pun tidak menyalakannya.

Sudahlah, tidak perlu buru-buru untuk menangkap orang itu.

Pasti ada kesempatannya!

Hal yang paling penting saat ini adalah melewati malam pengantin dengan istrinya.

Lalu, Lee Yonghoon pun menelepon seseorang untuk mengaturkan sesuatu…

Setelah Lim Yoora selesai mengeringkan rambutnya dan berjalan keluar, dia pun langsung melihat perubahan pada kamarnya!

Lantai kamarnya dipenuhi dengan kelopak bunga mawar, bahkan ada lilin yang menyala dengan bentuk hati.

Di atas meja juga terpampang sebotol anggur merah dengan dua gelas.

Sedangkan Lee Yonghoon, dia mengenakan piyama sutra berwarna abu-abu dan sedang menunggu Lim Yoora sambil memegang buket mawar merah.

Melihat Lim Yoora berjalan keluar, Lee Yonghoon pun mendorong kursi rodanya, lalu meletakkan buket bunga tersebut ke tangan Lim Yoora yang masih berdiri membeku.

“Nyonya Lee, selamat menikah.”

Hati Lim Yoora meleleh, rasa sedih yang disebabkan oleh kakak ketiganya pun jauh mereda setelah mendapatkan bunga segar ini.

Pada akhirnya, dia tetap seorang gadis biasa yang juga akan bahagia ketika mendapatkan bunga mawar.

Terlebih lagi, ini bahkan pertama kalinya dia mendapatkan bunga segar.

Sebelumnya, Lee Jiwoon tidak pernah memberikannya.

Terkadang ketika sedang melewati sebuah hari festival, mereka berdua hanya berjalan-jalan, lalu tiba-tiba ada seorang gadis kecil yang menarik baju Lee Jiwoon, kemudian memintanya untuk membelikan bunga kepada Lim Yoora, tapi Lee Jiwoon malah berkata kalau Lim Yoora hidup berhemat dan tidak menyukai hal seperti ini.

Oleh karena itu, Lim Yoora pun tidak pernah mendapatkan bunga segar.

Lim Yoora benar-benar tidak menyangka akan menerima buket mawar pertama dari pamannya Lee Jiwoon.

Lim Yoora pun tersenyum dan berterima kasih, “Terima kasih atas bunga mawarnya, selamat menikah.”

Mata Lee Yonghoon tersenyum lembut, dia pun menarik tangan Lim Yoora masuk ke dalam kamar, kemudian mempersilakannya duduk.

Meja kecil itu diletakkan di dekat jendela, kemudian dipadukan dengan sofa empuk yang muat untuk dua orang, mereka bisa menikmati pemandangan tepi sungai yang sangat romantis.

Namun, pada saat ini Lee Yonghoon tidak duduk di sofa, dia tetap duduk di kursi rodanya.

Lee Yonghoon membuka anggur merah dan bertanya dengan lembut, “Mau minum sedikit?”

Lim Yoora langsung menggelengkan kepalanya tanpa sadar, “Aku tidak minum alkohol.”

Sejak kecil hingga dewasa, dia adalah anak yang patuh, dia belum pernah menyentuh hal yang dinamakan alkohol.

“Sekarang sedang berada di rumah, tidak perlu takut kalau hanya meminum sedikit. Kalau tidak bisa minum, maka jangan minum kalau sedang berada di luar.”

Sambil berkata, Lee Yonghoon pun menuangkan anggur tersebut.

“Usia dari anggur ini sangat langka, anggur ini setara dengan tahun kelahiranmu, kemudian disimpan sampai hari ini, jadi rasanya sangat manis murni, tidak akan pahit.”

Mendengar hal ini, Lim Yoora pun juga berpikiran demikian, keduanya sudah menjadi pasangan suami istri, selain itu sekarang juga sedang berada di rumah, jadi buat apa takut?

“Baiklah, aku akan meminum sedikit.” Lim Yoora mengambil gelas tersebut, kemudian menyesapnya, matanya langsung berbinar, “Manis sekali.”

Lee Yonghoon pun tersenyum, lalu menyulangkan gelasnya ke gelas Lim Yoora hingga berdenting.

“Nyonya Lee, semoga berbahagia.”

“Semoga berbahagia!” Lim Yoora menyesap anggurnya lagi, dia merasa sangat lega, lalu bertanya, “Anggur ini pasti sangat mahal, bukan? Aku dengar, semakin lama usia dari anggur itu, maka harganya akan menjadi semakin mahal.”

Kilatan canggung melintas di wajah Lee Yonghoon.

Tentu saja mahal.

Saat itu, ketika berada di acara pelelangan, dia melihat anggur ini yang kebetulan disegel dengan tahun kelahiran Lim Yoora, dia pun membidik harga gila-gilaan untuk mendapatkannya. Dia mempunyai pikiran untuk menikmati anggur ini di masa depan dengannya.

Oleh karena itu, tidak peduli seberapa banyak lawannya membidik harga, dia pun mengangkat papannya dan menambah 200 juta, terlihat tekad yang sangat membara.

Pada akhirnya, dia pun berhasil mendapatkan anggur ini dengan harga 1 miliar 20 juta.

Dia masih tidak puas, dia bersikeras meminta penyelenggara untuk menetapkan harga 1 miliar 40 juta, mengatakan kalau itu adalah makna yang baik.

Namun sekarang, anggur itu digunakan untuk dinikmati pada malam pengantin, benar-benar sangat pantas.

Melihat Lee Yonghoon tidak menjawabnya, Lim Yoora pun berpikir dirinya salah berbicara dan tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Kenapa?”

Lee Yongghoon mengangguk seraya tersenyum, “Memang mahal. Tapi, anggur ini hasil pemberian dari teman sebagai kado.”

Sambil berkata, Lee Yonghoon pun mengeluarkan dua amplop dan diberikan ke tangan Lim Yoora, “Dan ini. Amplop dari dua teman lama, akan kuberikan padamu.”

Lim Yoora memegang amplop yang terbungkus dengan tebal tersebut, jika diukur dari beratnya, mungkin sekitar belasan juta, dia pun bergegas mengembalikannya, “Tidak perlu. Ini adalah pemberian dari temanmu, kamu saja yang simpan.”

“Untukmu. Uang ini memang seharusnya diserahkan kepada istri,” ujar Lee Yonghoon dengan lembut.

Mendengar perkataannya, Lim Yoora pun tersentak.

Dia teringat ketika dia mendapatkan amplop dari kerabatnya waktu kecil, amplop itu langsung diambil oleh ibunya dan mengatakan membantunya untuk menyimpannya.

Awalnya dia memercayainya.

Pada akhirnya, dia pernah secara tidak sengaja memergoki ibunya memberikan amplopnya kepada adiknya, Lim Yoonmi.

Pada saat itu, usia Lim Yoonmi masih sangat kecil, saat itu Lim Yoonmi masih polos dan tidak mempunyai sifat kurang ajar seperti sekarang, dia pun bertanya kepada ibunya dengan malu, “Bukankah tidak baik kepada kakak kalau berbuat seperti ini? Jika memberikan amplop ini padaku, maka kakak sudah tidak mempunyai uang lagi.”

Akan tetapi, ibunya tetap memaksa untuk menyelipkan amplop tersebut ke dalam dekapannya, “Kamu itu membawa keberuntungan untuk keluarga kita. Semua yang dimiliki keluarga ini adalah milikmu. Kakakmu itu pembawa sial, dia tidak pantas!”

Mungkin karena pengulangan kata-kata yang sama selama bertahun-tahun, jadi lambat laun sifat Lim Yoonmi pun berubah.

Saat ini, Lim Yoora memegang dua buah amplop tersebut dan lagi-lagi mengucapkan terima kasih kepada Lee Yonghoon, “Aku tidak takut kamu menertawaiku, tapi ini adalah pertama kalinya aku mendapatkan amplop.”

Lim Yoora melirik bunga mawar segar yang ada di sampingnya, kemudian berkata kembali, “Begitu pula dengan bunga.”

Mendengar hal ini, Lee Yonghoon pun tercengang.

Mendengar Lim Yoora mengatakan dirinya pertama kali mendapatkan amplop dengan mata memerah, dia pun teringat dengan keluarganya yang mirip dengan sekelompok serigala!

Bagaimana mereka bisa berbuat seperti itu padanya.

Namun, ketika mendengar tentang bunga mawar, Lee Yonghoon pun merasa sedikit kesal, nada bicaranya meninggi.

“Lee Jiwoon tidak pernah sekali pun memberikan bunga padamu?”

Lim Yoora menundukkan kepalanya dengan malu, kemudian menggelengkan kepalanya.

Setelah mengetahui hal ini, Lee Yonghoon bergegas meminta maaf, “Maaf, seharusnya aku tidak mengungkitnya. Aku hanya sedikit marah saja.”

Sambil berkata, dia pun membelai kepala bagian belakang Lim Yoora, kemudian menariknya untuk lebih dekat dengannya, lalu mengecup pipinya. Kecupannya penuh dengan rasa sayang seraya memberikan janji.

“Selama kamu bersama denganku, kelak pasti akan ada banyak hal yang menjadi perdana bagimu.”

Lalu, Lee Yonghoon tidak ingin membuat Lim Yoora merasa canggung, dia pun bergegas mengalihkan topik pembicaraan, “Tadi, aku mendengar kamu sedang bertengkar dengan seseorang di telepon, apakah terjadi masalah?”

Lim Yoora pun berkata dengan santai, “Masalah keluarga.”

Selesai berkata, Lim Yoora langsung melirik Lee Yonghoon sekilas, kemudian berkata dengan ragu, “Tadi, aku sedang bertengkar dengan kakak ketigaku. Aku benar-benar marah. Kalau aku mengatakan… kalau aku mengatakan aku tidak ingin mengakui kakak ketigaku lagi, akankah kamu merasa aku…”

Belum selesai berkata, Lee Yonghoon sudah memotongnya, “Tidak akan.”

Dalam hatinya, Lee Yonghoon berpikir seharusnya dia mencari tahu tentang kakak ketiganya Lim Yoora, tapi dia tidak menunjukkannya dan hanya membelai kepala Lim Yoora dengan lembut.

“Jika kamu saja bisa sampai marah dan melontarkan kata-kata seperti ini, maka itu artinya kakak ketigamu memang salah.”

“Hubungan keluarga memang terkadang harus berjodoh, sama halnya seperti kakak ipar keduaku, dia tidak berperilaku baik padaku. Terkadang tidak lebih baik dari dua teman yang tidak mempunyai hubungan darah seperti mereka yang memberikan amplop ini.”

“Jodoh antara manusia tidak bisa dipaksakan, begitu pula dengan kerabat. Jika terjadi banyak perselisihan dan menyentuh batas prinsip, maka tidak perlu diakui dan jangan sampai melelahkan hati sendiri.”

Lim Yoora membelalakkan matanya ke arah Lee Yonghoon, matanya mulai berkaca-kaca.

Dia tidak menyangka Lee Yonghoon akan mengatakan kata yang begitu menghiburnya!

Jika dulu, dia juga pernah mendiskusikan topik yang sama dengan Lee Jiwoon.

Namun, jawaban yang diberikan oleh Lee Jiwoon adalah tidak ada dendam yang lewat dari sehari antar kerabat!

Lee Jiwoon mengatakan keluarga harus bersatu, apa pun yang menjadi masalah, semuanya harus diselesaikan dengan musyawarah.

Karena itu, Lim Yoora pun tidak berani menceritakan hal tersebut padanya.

Lee Yonghoon kembali mengelus kepala Lim Yoora, “Apakah aku salah berkata?”

Lim Yoora langsung menggelengkan kepalanya.

Melihat reaksinya, Lee Yonghoon pun kembali melanjutkan seraya tersenyum, “Yoora, aku adalah suamimu sekarang. Jika kamu menemui masalah, kamu harus ingat untuk mencariku. Meskipun aku adalah orang cacat, tapi aku tetap masih mempunyai koneksi di masa lalu. Jika aku melakukan kesalahan, ingat untuk memberitahuku.”

Mendengar perkataannya, Lim Yoora pun merasa sangat terharu dan hampir menitikkan air mata, dia menyeka sudut matanya dan bertanya, “Kenapa kamu begitu baik padaku?”

Saking baiknya tidak seperti suami yang baru saja menikah.

“Karena kamu adalah istriku. Kalau bukan aku yang baik padamu, lalu siapa?”

Lee Yonghoon mengangkat gelasnya, lalu melingkari tangan Lim Yoora, kemudian tertawa ringan.

“Nyonya Lee, teguklah anggur ini sampai habis, semoga malam pengantin kita menyenangkan!”

Lee Yonghoon sengaja melakukan penekanan ketika menyebut kata ‘malam’.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

40