Bab 2: Penghinaan
by Leon Graves
20:39,Mar 07,2025
Ferdinan pun sadar akan situasinya.
Namun, sebagai anak muda yang penuh harga diri dan jiwa bebas, bagaimana mungkin dia bisa menerima penghinaan ini begitu saja?
Ferdinan memang hanyalah keturunan biasa dengan bakat yang tidak menonjol. Selain itu, dia juga tidak punya siapa pun yang bisa membelanya.
Akan tetapi, jika Gavin menganggapnya sebagai sasaran empuk yang bisa ditindas sesuka hati, maka itu kesalahan besar!
Meskipun hari ini dia harus babak belur dan berdarah-darah, dia tidak akan menyerah begitu saja!
Ketika ketegangan antara keduanya makin memuncak, sebuah sedan hitam perlahan berhenti di dekat mereka.
Pintu mobil terbuka dan Leon segera berlari ke sisi Ferdinan untuk berdiri di antara sahabatnya itu dan Gavin.
"Hehe, Gavin, kita semua ini teman sekelas. Kenapa harus marah-marah? Tidak ada gunanya, 'kan?"
Leon tersenyum ramah, tetapi sorot matanya penuh kewaspadaan.
Dengan kekuatan di Tahap Pembukaan Meridian tingkat kedelapan, dia termasuk yang terbaik di antara teman sebayanya di kota Yelwin.
Namun, jika dibandingkan dengan Gavin yang berada di Tahap Pemurnian Jiwa tingkat kedelapan, dia tetap tidak ada apa-apanya.
"Kamu itu siapa? Pergi dari sini!"
Gavin melirik Leon dengan penuh penghinaan.
"Jangan keterlaluan!"
Mendengar temannya dibentak, Ferdinan menatap Gavin dengan marah.
Dia tahu Leon berusaha untuk membelanya dan sekarang dia malah dihina. Mana mungkin dia diam saja?
Namun, sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Leon mencubit lengannya perlahan dan memberi isyarat agar dia tetap tenang.
Saat itu juga, sepasang suami istri paruh baya turun dari mobil dan menatap ketiga anak muda itu dengan dahi berkerut.
"Leon, Ferdi, ada apa ini?"
Kedua orang tersebut adalah orang tua Leon.
"Ayah, Ibu, tidak ada apa-apa. Hanya ada sedikit salah paham di antara teman sekelas, jadi kalian tidak perlu khawatir!"
Leon melambaikan tangannya santai. Dia tahu jika sampai melibatkan orang tuanya, situasinya pasti akan makin rumit.
Gavin melirik orang tua Leon dari atas ke bawah sebelum akhirnya mendengus dingin.
Bagi keluarga Pierce yang memiliki pengaruh besar di kota Yelwin, pejabat tingkat menengah di Pasukan Macan Tutul bukanlah siapa-siapa.
Meskipun orang tua Leon dekat dengan Wali Kota, ketika berhadapan dengan pewaris utama keluarga Pierce, Wali Kota pun harus mempertimbangkan berbagai hal dan tetap memberikan penghormatan padanya.
Lalu, apa artinya dua pejabat biasa dari Pasukan Macan Tutul di mata mereka?
Meskipun orang tua Leon merasa dihina dan ingin membawa masalah ini ke Wali Kota, kemungkinan besar Wali Kota akan lebih memihak Gavin daripada sekadar dua bawahannya.
Bagaimanapun, orang-orang di Pasukan Macan Tutul bisa diganti kapan saja.
Namun, jika hubungan dengan keluarga Pierce memburuk, akibatnya bisa jauh lebih fatal.
"Leon, kalau kamu yang masih bocah ini ikut campur, aku masih bisa memakluminya."
"Tapi, orang tuamu yang sudah setua ini kenapa masih juga tidak tahu tempat?"
"Kalian pikir bisa ikut campur urusanku? Coba lihat diri kalian dulu! Siapa kalian sebenarnya? Dasar budak rendahan!"
Gavin mengejek Leon dengan nada penuh penghinaan terhadap orang tuanya.
Wajah Leon langsung menegang, sementara ekspresi ayah dan ibunya seketika menjadi lebih suram.
Ayah Leon yang memang sudah berwajah serius pun kini terlihat makin marah.
Selain keluarga Leon yang murka, Ferdinan pun makin tersulut amarahnya karena penghinaan Gavin terhadap mereka.
Orang tua Leon telah merawat Ferdinan sejak kecil dan selalu memperlakukannya dengan baik.
Bagi Ferdinan, mereka bukan sekadar orang tua temannya. Namun, mereka adalah keluarganya sendiri!
Ferdinan merasa marah bukan main saat melihat dua orang yang dihormatinya dihina secara terang-terangan oleh Gavin karena dirinya.
Sebelum Leon dan yang lainnya sempat bereaksi, Ferdinan mendorong Leon yang berdiri menghalangi jalannya dengan pelan, lalu melangkah maju dan menatap Gavin dengan mata penuh amarah.
"Gavin, jangan keterlaluan!"
Ferdinan berkata dengan nada tegas dan mengucapkan setiap kata dengan jelas.
Meskipun kemarahannya sudah memuncak, anehnya suaranya justru terdengar sangat tenang.
Gavin tertawa sinis, lalu berkata dengan nada mengejek, "Heh, memangnya kenapa kalau aku keterlaluan? Mau apa kamu?"
"Apa orang tidak berguna sepertimu yang hanya ada di Tahap Pembukaan Meridian tingkat keempat berani menantangku? Apa kamu tidak takut aku membunuhmu?"
Begitu ucapannya selesai, aura yang sangat kuat meledak dari tubuh Gavin. Leon pun terhuyung mundur beberapa langkah dan hampir jatuh ke tanah, seolah-olah diterpa angin topan yang tidak terlihat.
Meskipun Tahap Pemurnian Jiwa tingkat kedelapan tidak bisa dibilang tingkat tinggi, tetapi melawan seseorang dari Tahap Pembukaan Meridian tentu saja merupakan pertarungan satu sisi yang tidak seimbang.
Anehnya, Leon yang berada lebih jauh dari Gavin dan memiliki tingkat kultivasi lebih tinggi justru terlihat begitu kewalahan, sementara Ferdinan yang berdiri sangat dekat dengannya dan memiliki kekuatan jauh lebih lemah tetap berdiri tegak tanpa terpengaruh sedikit pun.
Hal ini membuat Gavin merasa heran.
Secara logika, dengan perbedaan kekuatan mereka, tekanan seperti ini seharusnya sudah cukup untuk membuat Ferdinan jatuh berlutut.
Namun, kenyataannya pemuda itu tetap berdiri kokoh seolah tidak merasakan apa-apa.
Apakah dia telah meremehkan Ferdinan?
Saat Gavin hendak melepaskan kekuatan spiritual yang lebih besar untuk menekan Ferdinan, tubuhnya tiba-tiba mematung.
Dalam sekejap, dia melihat dengan jelas bagaimana pupil Ferdinan menyusut, lalu berubah dari bentuk bulat menjadi garis tipis. Kemudian, warnanya berganti dari cokelat menjadi emas pucat.
Tatapan Ferdinan yang tajam membuat Gavin merasakan ketakutan yang tidak bisa dijelaskan.
Seluruh tubuhnya mendadak mati rasa, bahkan untuk menggerakkan jarinya saja terasa mustahil.
Bagaimana bisa mata manusia bisa jadi seperti itu?
Mata itu terlihat seperti mata binatang! Seperti mata seekor ular atau mungkin makhluk iblis lainnya!
Selain rasa takut yang tidak terlukiskan, hati Gavin juga dipenuhi kebingungan.
Bagaimana mungkin seseorang yang berada dua tingkat di bawahnya bisa membuatnya merasa ketakutan sampai tidak bisa bergerak?
Sungguh tidak masuk akal!
Saat Gavin masih dalam kepanikan, suara lantang Ayah Leon tiba-tiba menggema, "Cukup! Kalian bertiga, hentikan semua ini!"
Dengan satu entakan kekuatan spiritualnya, dia memisahkan Ferdinan dan Gavin, dan membuat keduanya terlempar ke tanah.
Kekuatan Ayah Leon telah mencapai Tahap Langit tingkat puncak dan hanya selangkah lagi menuju Tahap Penguasa Awan!
Di dunia manusia, kekuatannya mungkin tidak begitu luar biasa.
Namun, di kota Yelwin, dia jelas termasuk salah satu ahli terbaik.
Ferdinan yang sejak tadi tenggelam dalam amarah akhirnya kembali sadar. Tubuhnya pun mulai dibasahi keringat dingin akibat kelelahan.
Barusan, dia benar-benar sempat berniat untuk membunuh Gavin.
Meskipun dia tahu dirinya belum cukup kuat untuk melakukannya.
Sementara itu, Gavin diam-diam menghela napas lega.
Dia tahu bahwa Ayah Leon turun tangan karena khawatir Ferdinan akan terluka, jadi dia ikut campur untuk meredakan situasi.
Namun, jika Ayah Leon tidak turun tangan, sebenarnya tidak ada yang tahu siapa yang akan kalah dalam pertarungan antara Gavin dan Ferdinan!
"Huh! Kali ini kamu beruntung. Aku tidak akan membuang waktuku dengan orang tidak berguna sepertimu!"
Gavin bangkit dengan perlahan, lalu menatap Ferdinan dengan tatapan ganas. Namun, sebenarnya hatinya masih agak gelisah.
Sampai saat ini, dia masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi barusan. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah berpura-pura tetap angkuh dan percaya diri.
Saat ini, Ferdinan terlihat sudah kembali seperti biasa.
Tatapan matanya yang mengerikan dan aura menakutkannya pun telah lenyap tanpa jejak.
Namun, Gavin tetap merasa takut dalam hatinya.
Tanpa menunggu reaksi dari Ferdinan, Gavin yang merasa gelisah langsung menggunakan energi spiritualnya untuk mengeringkan pakaian yang basah terkena hujan. Kemudian, dia buru-buru kabur dengan Lamborghininya dan melaju kencang meninggalkan tempat itu.
Begitu Gavin pergi, Leon akhirnya bisa menghela napas lega.
Karena sejak tadi Ferdinan membelakanginya, Leon tidak menyadari adanya sesuatu yang aneh dengan mata temannya.
Meskipun kekuatannya berada di Tahap Pembukaan Meridian tingkat kedelapan, dia tidak bisa merasakan fluktuasi energi yang baru saja dikeluarkan oleh Ferdinan.
Bagi pemuda baik hati seperti Leon, satu-satunya hal yang terasa janggal adalah bagaimana mungkin Ferdinan yang hanya berada di Tahap Pembukaan Meridian tingkat keempat bisa mendorongnya sejauh dua hingga tiga meter dengan satu dorongan pelan.
Setelah situasi mereda, Leon berbalik menatap Ferdinan dengan bingung. "Ferdi, kenapa kamu cari masalah dengan Gavin?"
Semua orang tahu bahwa Gavin adalah penguasa di SMA Yelwin dan terkenal sebagai pembuat onar.
Jika sampai berseteru dengannya, kehidupan di sekolah pasti tidak akan berjalan mulus.
Dalam waktu sekitar sebulan lagi mereka memang akan meninggalkan tempat ini.
Namun, Gavin masih memiliki banyak kesempatan untuk membuat hidup mereka sengsara.
"Bukan aku yang cari masalah dengannya! Aku cuma berjalan seperti biasa, lalu dia sengaja melajukan mobilnya di dekatku supaya bisa mencipratkan air ke arahku. Bukannya minta maaf, dia malah menyalahkanku karena dianggap menghalangi jalannya!"
Ferdinan masih kesal, tetapi untungnya Leon tidak bertanya lebih jauh. Dia hanya menghela napas dan menepuk bahu Ferdinan.
"Apa anak barusan dari keluarga Pierce? Pantas saja dia bertindak sombong dan semaunya!"
"Nanti aku akan bicara dengan Pak Wali Kota dan memastikan agar Pak Edric mengajari anaknya sopan santun!"
Ayah Leon yang masih merasa kesal berkata dengan nada tidak senang.
Namun, Ibu Leon menggeleng kepalanya dan berkata, "Sudahlah, keluarga Pierce punya pengaruh besar di kota Yelwin dan Gavin adalah anak kesayangan Pak Edric. Mengadu ke Pak Wali Kota pun belum tentu ada gunanya."
"Yang penting, Leon dan Ferdi baik-baik saja. Jangan sampai kita malah menambah masalah."
Ferdinan bukan orang yang bebal. Dia bisa menangkap maksud Ibu Leon yang ingin menghindari konflik lebih lanjut. Jadi, dia buru-buru berkata, "Om, Tante, aku baik-baik saja. Maaf sudah merepotkan kalian."
Ayah dan ibu Leon adalah pejabat tingkat menengah di Pasukan Macan Tutul. Di kota Yelwin, mereka bisa dibilang cukup berpengaruh.
Orang-orang biasa yang bertemu dengan orang tua Leon, jika pun tidak sampai menunjukkan rasa hormat yang berlebihan, setidaknya tetap akan bersikap sopan.
Sekarang, karena dirinya, kedua orang itu harus menerima penghinaan dari teman sekelasnya. Ferdinan pun hanya bisa merasa sangat bersalah.
Dia tidak menyadari bahwa sejak tadi orang tua Leon memperhatikannya dengan saksama, lalu saling bertukar pandang dalam diam.
Sebagai sosok yang kekuatannya jauh melampaui Ferdinan dan Gavin, mereka tentu dapat merasakan aura luar biasa yang baru saja terpancar dari Ferdinan.
Kekuatan seseorang memang bisa naik turun karena emosi yang ekstrem.
Namun, aura yang baru saja terpancar dari anak ini sama sekali tidak seperti milik seorang kultivator tingkat rendah di Tahap Pembukaan Meridian. Jika kekuatan itu lemah, bagaimana mungkin Gavin yang sudah berada di Tahap Pemurnian Jiwan bisa dibuat gentar?
Perbedaan kekuatannya terlalu besar.
Untungnya, situasi tidak sampai berkembang ke arah yang tidak terkendali.
Setelah bertukar beberapa kata, orang tua Leon bersikeras mengantar Ferdinan pulang. Karena tidak bisa menolak, dia pun akhirnya menurut.
Sebelum naik ke dalam mobil, Ayah Leon menggunakan kekuatan spiritualnya untuk mengeringkan pakaian Ferdinan yang basah kuyup. Setidaknya, hal itu bisa membuat tubuhnya terasa lebih nyaman.
Namun, perasaan mual di dalam tubuh Ferdinan tetap tidak kunjung hilang.
Sesampainya di rumah, Ferdinan mendapati Sean sedang memasak. Sepertinya dia juga baru tiba tidak lama sebelum dirinya.
"Sudah pulang? Makanannya hampir siap, ayo kita makan bersama!"
Sean berkata sambil menoleh dan tersenyum pada Ferdinan.
Meskipun mengenakan celemek, fitur wajah Sean yang tegas dengan garis rahang yang tajam tetap tidak bisa menyembunyikan aura ketampanannya.
Ferdinan yang sedang dalam suasana hati buruk sama sekali tidak tertarik menanggapi ajakan omnya. Tanpa berkata apa-apa, dia meletakkan tasnya dan langsung mengunci diri di dalam kamar.
Namun, sebagai anak muda yang penuh harga diri dan jiwa bebas, bagaimana mungkin dia bisa menerima penghinaan ini begitu saja?
Ferdinan memang hanyalah keturunan biasa dengan bakat yang tidak menonjol. Selain itu, dia juga tidak punya siapa pun yang bisa membelanya.
Akan tetapi, jika Gavin menganggapnya sebagai sasaran empuk yang bisa ditindas sesuka hati, maka itu kesalahan besar!
Meskipun hari ini dia harus babak belur dan berdarah-darah, dia tidak akan menyerah begitu saja!
Ketika ketegangan antara keduanya makin memuncak, sebuah sedan hitam perlahan berhenti di dekat mereka.
Pintu mobil terbuka dan Leon segera berlari ke sisi Ferdinan untuk berdiri di antara sahabatnya itu dan Gavin.
"Hehe, Gavin, kita semua ini teman sekelas. Kenapa harus marah-marah? Tidak ada gunanya, 'kan?"
Leon tersenyum ramah, tetapi sorot matanya penuh kewaspadaan.
Dengan kekuatan di Tahap Pembukaan Meridian tingkat kedelapan, dia termasuk yang terbaik di antara teman sebayanya di kota Yelwin.
Namun, jika dibandingkan dengan Gavin yang berada di Tahap Pemurnian Jiwa tingkat kedelapan, dia tetap tidak ada apa-apanya.
"Kamu itu siapa? Pergi dari sini!"
Gavin melirik Leon dengan penuh penghinaan.
"Jangan keterlaluan!"
Mendengar temannya dibentak, Ferdinan menatap Gavin dengan marah.
Dia tahu Leon berusaha untuk membelanya dan sekarang dia malah dihina. Mana mungkin dia diam saja?
Namun, sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Leon mencubit lengannya perlahan dan memberi isyarat agar dia tetap tenang.
Saat itu juga, sepasang suami istri paruh baya turun dari mobil dan menatap ketiga anak muda itu dengan dahi berkerut.
"Leon, Ferdi, ada apa ini?"
Kedua orang tersebut adalah orang tua Leon.
"Ayah, Ibu, tidak ada apa-apa. Hanya ada sedikit salah paham di antara teman sekelas, jadi kalian tidak perlu khawatir!"
Leon melambaikan tangannya santai. Dia tahu jika sampai melibatkan orang tuanya, situasinya pasti akan makin rumit.
Gavin melirik orang tua Leon dari atas ke bawah sebelum akhirnya mendengus dingin.
Bagi keluarga Pierce yang memiliki pengaruh besar di kota Yelwin, pejabat tingkat menengah di Pasukan Macan Tutul bukanlah siapa-siapa.
Meskipun orang tua Leon dekat dengan Wali Kota, ketika berhadapan dengan pewaris utama keluarga Pierce, Wali Kota pun harus mempertimbangkan berbagai hal dan tetap memberikan penghormatan padanya.
Lalu, apa artinya dua pejabat biasa dari Pasukan Macan Tutul di mata mereka?
Meskipun orang tua Leon merasa dihina dan ingin membawa masalah ini ke Wali Kota, kemungkinan besar Wali Kota akan lebih memihak Gavin daripada sekadar dua bawahannya.
Bagaimanapun, orang-orang di Pasukan Macan Tutul bisa diganti kapan saja.
Namun, jika hubungan dengan keluarga Pierce memburuk, akibatnya bisa jauh lebih fatal.
"Leon, kalau kamu yang masih bocah ini ikut campur, aku masih bisa memakluminya."
"Tapi, orang tuamu yang sudah setua ini kenapa masih juga tidak tahu tempat?"
"Kalian pikir bisa ikut campur urusanku? Coba lihat diri kalian dulu! Siapa kalian sebenarnya? Dasar budak rendahan!"
Gavin mengejek Leon dengan nada penuh penghinaan terhadap orang tuanya.
Wajah Leon langsung menegang, sementara ekspresi ayah dan ibunya seketika menjadi lebih suram.
Ayah Leon yang memang sudah berwajah serius pun kini terlihat makin marah.
Selain keluarga Leon yang murka, Ferdinan pun makin tersulut amarahnya karena penghinaan Gavin terhadap mereka.
Orang tua Leon telah merawat Ferdinan sejak kecil dan selalu memperlakukannya dengan baik.
Bagi Ferdinan, mereka bukan sekadar orang tua temannya. Namun, mereka adalah keluarganya sendiri!
Ferdinan merasa marah bukan main saat melihat dua orang yang dihormatinya dihina secara terang-terangan oleh Gavin karena dirinya.
Sebelum Leon dan yang lainnya sempat bereaksi, Ferdinan mendorong Leon yang berdiri menghalangi jalannya dengan pelan, lalu melangkah maju dan menatap Gavin dengan mata penuh amarah.
"Gavin, jangan keterlaluan!"
Ferdinan berkata dengan nada tegas dan mengucapkan setiap kata dengan jelas.
Meskipun kemarahannya sudah memuncak, anehnya suaranya justru terdengar sangat tenang.
Gavin tertawa sinis, lalu berkata dengan nada mengejek, "Heh, memangnya kenapa kalau aku keterlaluan? Mau apa kamu?"
"Apa orang tidak berguna sepertimu yang hanya ada di Tahap Pembukaan Meridian tingkat keempat berani menantangku? Apa kamu tidak takut aku membunuhmu?"
Begitu ucapannya selesai, aura yang sangat kuat meledak dari tubuh Gavin. Leon pun terhuyung mundur beberapa langkah dan hampir jatuh ke tanah, seolah-olah diterpa angin topan yang tidak terlihat.
Meskipun Tahap Pemurnian Jiwa tingkat kedelapan tidak bisa dibilang tingkat tinggi, tetapi melawan seseorang dari Tahap Pembukaan Meridian tentu saja merupakan pertarungan satu sisi yang tidak seimbang.
Anehnya, Leon yang berada lebih jauh dari Gavin dan memiliki tingkat kultivasi lebih tinggi justru terlihat begitu kewalahan, sementara Ferdinan yang berdiri sangat dekat dengannya dan memiliki kekuatan jauh lebih lemah tetap berdiri tegak tanpa terpengaruh sedikit pun.
Hal ini membuat Gavin merasa heran.
Secara logika, dengan perbedaan kekuatan mereka, tekanan seperti ini seharusnya sudah cukup untuk membuat Ferdinan jatuh berlutut.
Namun, kenyataannya pemuda itu tetap berdiri kokoh seolah tidak merasakan apa-apa.
Apakah dia telah meremehkan Ferdinan?
Saat Gavin hendak melepaskan kekuatan spiritual yang lebih besar untuk menekan Ferdinan, tubuhnya tiba-tiba mematung.
Dalam sekejap, dia melihat dengan jelas bagaimana pupil Ferdinan menyusut, lalu berubah dari bentuk bulat menjadi garis tipis. Kemudian, warnanya berganti dari cokelat menjadi emas pucat.
Tatapan Ferdinan yang tajam membuat Gavin merasakan ketakutan yang tidak bisa dijelaskan.
Seluruh tubuhnya mendadak mati rasa, bahkan untuk menggerakkan jarinya saja terasa mustahil.
Bagaimana bisa mata manusia bisa jadi seperti itu?
Mata itu terlihat seperti mata binatang! Seperti mata seekor ular atau mungkin makhluk iblis lainnya!
Selain rasa takut yang tidak terlukiskan, hati Gavin juga dipenuhi kebingungan.
Bagaimana mungkin seseorang yang berada dua tingkat di bawahnya bisa membuatnya merasa ketakutan sampai tidak bisa bergerak?
Sungguh tidak masuk akal!
Saat Gavin masih dalam kepanikan, suara lantang Ayah Leon tiba-tiba menggema, "Cukup! Kalian bertiga, hentikan semua ini!"
Dengan satu entakan kekuatan spiritualnya, dia memisahkan Ferdinan dan Gavin, dan membuat keduanya terlempar ke tanah.
Kekuatan Ayah Leon telah mencapai Tahap Langit tingkat puncak dan hanya selangkah lagi menuju Tahap Penguasa Awan!
Di dunia manusia, kekuatannya mungkin tidak begitu luar biasa.
Namun, di kota Yelwin, dia jelas termasuk salah satu ahli terbaik.
Ferdinan yang sejak tadi tenggelam dalam amarah akhirnya kembali sadar. Tubuhnya pun mulai dibasahi keringat dingin akibat kelelahan.
Barusan, dia benar-benar sempat berniat untuk membunuh Gavin.
Meskipun dia tahu dirinya belum cukup kuat untuk melakukannya.
Sementara itu, Gavin diam-diam menghela napas lega.
Dia tahu bahwa Ayah Leon turun tangan karena khawatir Ferdinan akan terluka, jadi dia ikut campur untuk meredakan situasi.
Namun, jika Ayah Leon tidak turun tangan, sebenarnya tidak ada yang tahu siapa yang akan kalah dalam pertarungan antara Gavin dan Ferdinan!
"Huh! Kali ini kamu beruntung. Aku tidak akan membuang waktuku dengan orang tidak berguna sepertimu!"
Gavin bangkit dengan perlahan, lalu menatap Ferdinan dengan tatapan ganas. Namun, sebenarnya hatinya masih agak gelisah.
Sampai saat ini, dia masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi barusan. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah berpura-pura tetap angkuh dan percaya diri.
Saat ini, Ferdinan terlihat sudah kembali seperti biasa.
Tatapan matanya yang mengerikan dan aura menakutkannya pun telah lenyap tanpa jejak.
Namun, Gavin tetap merasa takut dalam hatinya.
Tanpa menunggu reaksi dari Ferdinan, Gavin yang merasa gelisah langsung menggunakan energi spiritualnya untuk mengeringkan pakaian yang basah terkena hujan. Kemudian, dia buru-buru kabur dengan Lamborghininya dan melaju kencang meninggalkan tempat itu.
Begitu Gavin pergi, Leon akhirnya bisa menghela napas lega.
Karena sejak tadi Ferdinan membelakanginya, Leon tidak menyadari adanya sesuatu yang aneh dengan mata temannya.
Meskipun kekuatannya berada di Tahap Pembukaan Meridian tingkat kedelapan, dia tidak bisa merasakan fluktuasi energi yang baru saja dikeluarkan oleh Ferdinan.
Bagi pemuda baik hati seperti Leon, satu-satunya hal yang terasa janggal adalah bagaimana mungkin Ferdinan yang hanya berada di Tahap Pembukaan Meridian tingkat keempat bisa mendorongnya sejauh dua hingga tiga meter dengan satu dorongan pelan.
Setelah situasi mereda, Leon berbalik menatap Ferdinan dengan bingung. "Ferdi, kenapa kamu cari masalah dengan Gavin?"
Semua orang tahu bahwa Gavin adalah penguasa di SMA Yelwin dan terkenal sebagai pembuat onar.
Jika sampai berseteru dengannya, kehidupan di sekolah pasti tidak akan berjalan mulus.
Dalam waktu sekitar sebulan lagi mereka memang akan meninggalkan tempat ini.
Namun, Gavin masih memiliki banyak kesempatan untuk membuat hidup mereka sengsara.
"Bukan aku yang cari masalah dengannya! Aku cuma berjalan seperti biasa, lalu dia sengaja melajukan mobilnya di dekatku supaya bisa mencipratkan air ke arahku. Bukannya minta maaf, dia malah menyalahkanku karena dianggap menghalangi jalannya!"
Ferdinan masih kesal, tetapi untungnya Leon tidak bertanya lebih jauh. Dia hanya menghela napas dan menepuk bahu Ferdinan.
"Apa anak barusan dari keluarga Pierce? Pantas saja dia bertindak sombong dan semaunya!"
"Nanti aku akan bicara dengan Pak Wali Kota dan memastikan agar Pak Edric mengajari anaknya sopan santun!"
Ayah Leon yang masih merasa kesal berkata dengan nada tidak senang.
Namun, Ibu Leon menggeleng kepalanya dan berkata, "Sudahlah, keluarga Pierce punya pengaruh besar di kota Yelwin dan Gavin adalah anak kesayangan Pak Edric. Mengadu ke Pak Wali Kota pun belum tentu ada gunanya."
"Yang penting, Leon dan Ferdi baik-baik saja. Jangan sampai kita malah menambah masalah."
Ferdinan bukan orang yang bebal. Dia bisa menangkap maksud Ibu Leon yang ingin menghindari konflik lebih lanjut. Jadi, dia buru-buru berkata, "Om, Tante, aku baik-baik saja. Maaf sudah merepotkan kalian."
Ayah dan ibu Leon adalah pejabat tingkat menengah di Pasukan Macan Tutul. Di kota Yelwin, mereka bisa dibilang cukup berpengaruh.
Orang-orang biasa yang bertemu dengan orang tua Leon, jika pun tidak sampai menunjukkan rasa hormat yang berlebihan, setidaknya tetap akan bersikap sopan.
Sekarang, karena dirinya, kedua orang itu harus menerima penghinaan dari teman sekelasnya. Ferdinan pun hanya bisa merasa sangat bersalah.
Dia tidak menyadari bahwa sejak tadi orang tua Leon memperhatikannya dengan saksama, lalu saling bertukar pandang dalam diam.
Sebagai sosok yang kekuatannya jauh melampaui Ferdinan dan Gavin, mereka tentu dapat merasakan aura luar biasa yang baru saja terpancar dari Ferdinan.
Kekuatan seseorang memang bisa naik turun karena emosi yang ekstrem.
Namun, aura yang baru saja terpancar dari anak ini sama sekali tidak seperti milik seorang kultivator tingkat rendah di Tahap Pembukaan Meridian. Jika kekuatan itu lemah, bagaimana mungkin Gavin yang sudah berada di Tahap Pemurnian Jiwan bisa dibuat gentar?
Perbedaan kekuatannya terlalu besar.
Untungnya, situasi tidak sampai berkembang ke arah yang tidak terkendali.
Setelah bertukar beberapa kata, orang tua Leon bersikeras mengantar Ferdinan pulang. Karena tidak bisa menolak, dia pun akhirnya menurut.
Sebelum naik ke dalam mobil, Ayah Leon menggunakan kekuatan spiritualnya untuk mengeringkan pakaian Ferdinan yang basah kuyup. Setidaknya, hal itu bisa membuat tubuhnya terasa lebih nyaman.
Namun, perasaan mual di dalam tubuh Ferdinan tetap tidak kunjung hilang.
Sesampainya di rumah, Ferdinan mendapati Sean sedang memasak. Sepertinya dia juga baru tiba tidak lama sebelum dirinya.
"Sudah pulang? Makanannya hampir siap, ayo kita makan bersama!"
Sean berkata sambil menoleh dan tersenyum pada Ferdinan.
Meskipun mengenakan celemek, fitur wajah Sean yang tegas dengan garis rahang yang tajam tetap tidak bisa menyembunyikan aura ketampanannya.
Ferdinan yang sedang dalam suasana hati buruk sama sekali tidak tertarik menanggapi ajakan omnya. Tanpa berkata apa-apa, dia meletakkan tasnya dan langsung mengunci diri di dalam kamar.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved