Bab 9: Melihat Terlalu Jelas Bisa Membuat Pusing

by Leon Graves 20:40,Mar 07,2025
Sean menghela napas pelan.

Cahaya biru langit itu meredup dan melemahkan segel yang menekan kekuatan garis keturunan Ferdinan. Namun, hal itu terjadi bukan karena kekuatan makhluk aneh yang melukai Ferdinan.

Makhluk itu memang cukup kuat dan dengan kemampuannya yang aneh, dia memang sulit untuk dilawan.

Jika kekuatannya biasa-biasa saja, dia tidak akan mungkin bisa menembus sistem pengawasan kota Yelwin dan menyerang Ferdinan tepat di depan mata Sean.

Namun, meskipun makhluk itu memiliki kekuatan, dia masih jauh dari kata mampu untuk menghancurkan segel yang ditinggalkan oleh Serena.

Perlu diketahui, cahaya biru langit itu adalah Cermin Cakrawala!

Kekuatan harta abadi yang terlahir secara alami tidak bisa dihancurkan oleh seseorang yang bahkan belum mencapai Tahap Pencerahan.

Meskipun segel yang ditinggalkan Serena sangat kuat, kekuatan darah James juga tidak kalah hebat.

Seiring dengan perkembangan Ferdinan, kekuatan darah dalam tubuhnya pun makin menguat.

Dengan saling berkurangnya kekuatan ini, bertahan hingga saat ini sudah cukup baik.

Sean menyadari jika dia tidak segera memperkuat segel tersebut, maka kekuatan darah dalam tubuh Ferdinan akan terbangun sepenuhnya.

Dengan keadaan Ferdinan yang masih belum cukup kuat serta situasi yang ada, membiarkan darahnya bangkit sekarang akan membawa banyak masalah besar.

Keadaan itu hanya akan menarik malapetaka yang tidak terhitung jumlahnya.

Setelah berpikir sejenak, Sean akhirnya mengambil keputusan.

"Baiklah, demi persahabatan kita di masa lalu, aku akan membantumu sekali lagi. Anggap saja bantuan ini sebagai kesempatan lain untuk bocah ini."

Sambil berbicara, Sean meletakkan telapak tangannya ke dada Ferdinan.

Kemudian, seberkas cahaya biru laut mengalir dari lengannya ke dalam tubuh Ferdinan.

Tidak lama kemudian, sebuah segel berbentuk lingkaran muncul di dada Ferdinan.

Di atas segel tersebut terdapat gambar sembilan naga giok yang saling melilit dan hanya dengan melihatnya saja sudah memberikan tekanan yang luar biasa.

Setelah seluruh cahaya biru itu terserap ke dalam tubuh Ferdinan, segel itu perlahan menghilang begitu saja.

Segel itu seolah-olah telah melebur ke dalam tubuh Ferdinan bersama cahaya biru tadi.

Setelah menyelesaikan proses tersebut, butiran keringat halus mulai muncul di dahi Sean.

Bahkan dengan kekuatan luar biasanya, dia tetap merasakan sedikit kelelahan setelah melakukan tugas ini.

Hal ini menunjukkan betapa besar energi yang telah dia korbankan.

Untungnya, setelah segel lingkaran itu menghilang, cahaya biru di dada Ferdinan kembali bersinar dan jauh lebih terang dari sebelumnya.

Karena merasa agak lelah, Sean duduk di tepi tempat tidur Ferdinan dan bergumam pelan, "Segel Ameru, Cermin Cakrawala, dan garis keturunan James. Bocah ini benar-benar memiliki takdir yang luar biasa."

"Semoga di masa depan kamu bisa mencapai sesuatu yang besar dan tidak mengecewakan semua orang yang telah menaruh harapan padamu."

Saat memikirkan kemungkinan baik itu, Sean tersenyum tipis.

Jika bukan karena kekhawatirannya bahwa kebangkitan darah Ferdinan yang terlalu dini bisa mendatangkan bahaya besar, dia mungkin akan merasa berat hati untuk menyerahkan Segel Ameru pada Ferdinan.

Bagaimanapun, segel itu adalah salah satu harta yang paling dia sayangi.

Pada saat ini, pandangan Sean tiba-tiba tertuju pada sebuah buku catatan hitam di atas meja.

Buku itu tampak tua dan usang.

Saat dia membunuh makhluk aneh itu dan membawa Ferdinan pulang, dia juga mengambil buku ini bersamanya.

Sean terdiam sejenak, lalu bangkit dan mengambil buku catatan hitam itu. Dengan sekali lihat saja, pupil matanya langsung agak menyempit.

Jika saat ini Ferdinan masih sadar, dia pasti akan menyadari bahwa hampir setiap halaman dalam buku catatan itu penuh dengan gambar makhluk-makhluk aneh dan menyeramkan.

Gambar itu adalah gambar monster-monster yang mengejarnya dalam mimpi buruk.

"Apa buku ini harta bawaan dari makhluk aneh itu? Tidak, rasanya tidak mungkin. Aku sama sekali tidak merasakan adanya aura darah khusus dari tubuhnya."

Sean merasa bingung.

Bagi dirinya, makhluk aneh itu memang tidak terlalu kuat, tetapi kemampuannya sangat unik.

Jika digunakan dengan benar, kemampuannya bisa menjadi kekuatan yang luar biasa.

Namun, yang membuat Sean makin tidak habis pikir adalah bahwa makhluk-makhluk yang digambarkan dalam buku catatan hitam ini kebanyakan berasal dari ras yang sangat langka dari berbagai ras di zaman kuno.

Banyak dari mereka sudah hampir punah dan bahkan ada yang telah menghilang dari sejarah sepenuhnya.

Bagi kebanyakan orang, ras-ras kuno ini tidak ada bedanya dengan monster yang hanya ada di film atau novel.

Lagi pula, apakah ada orang biasa yang mengetahui tentang ras-ras kuno yang hanya ada ribuan hingga puluhan ribu tahun lalu?

Bahkan Sean yang memiliki segudang pengalaman saja masih tidak bisa mengenali semuanya, apalagi orang lain.

Tidak mengherankan jika Ferdinan tidak menyadari bahwa makhluk-makhluk dalam buku itu bukanlah sekadar monster, melainkan makhluk nyata yang masih ada atau pernah hidup di dunia ini.

Meskipun bocah itu memiliki nilai akademik yang sangat baik, semua pengetahuannya hanya berasal dari buku.

Informasi mengenai ras-ras kuno ini jelas tidak akan ditemukan dalam buku pelajaran biasa.

Saat memikirkan hal ini, Sean menghela napas dan mengusap wajahnya.

Sepertinya Ferdinan tidak akan sadar dalam waktu dekat.

Meskipun ada banyak pertanyaan yang mengganjal di pikirannya, dia tidak perlu terburu-buru untuk mencari jawabannya sekarang.

Beberapa hal memang lebih baik dibiarkan begitu saja untuk sementara. Pada akhirnya, dia akan mengetahuinya sendiri.

"Tidurlah yang nyenyak, Nak."

"Mulai sekarang, akan ada banyak masalah rumit yang harus kamu hadapi dan selesaikan. Hari ini mungkin akan menjadi tidur nyenyak terakhirmu."

Sean menghela napas panjang dan berbisik pelan.

Kemudian, dia mengambil buku catatan hitam yang sudah usang dan rusak itu, lalu menatap Ferdinan untuk terakhir kalinya. Lalu, berbalik, membuka pintu kamar, dan pergi.

Ketika Ferdinan akhirnya sadar kembali, rasa sakit yang luar biasa langsung menyerang seluruh tubuhnya.

Rasa sakit itu hampir membuatnya pingsan lagi.

Bahkan menggerakkan jari saja terasa seperti sebuah siksaan! Namun, pikirannya pun penuh dengan terlalu banyak pertanyaan.

Ingatannya tentang malam itu sudah kabur dan hanya tersisa potongan-potongan kecil saja.

Namun, dia masih mengingat beberapa hal.

Dia ingat tentang kejadian malam itu, tentang kekuatan Sean, dan yang paling penting tentang darah yang mengalir dalam dirinya sendiri.

Didorong oleh rasa penasaran yang begitu besar, Ferdinan menggertakkan giginya dan menahan rasa sakit yang menyiksa, lalu bangkit dari tempat tidur dengan susah payah. Kemudian, dengan langkah tertatih-tatih, dia pun berjalan ke arah pintu kamar.

Namun, belum sempat berjalan lebih dari dua langkah, kepalanya tiba-tiba terasa pusing dan pandangannya menjadi gelap.

Baru saat itulah Ferdinan menyadari ada sesuatu yang berubah dalam tubuhnya.

Lebih tepatnya, penglihatannya.

Pandangannya begitu jernih. Dunia di depannya terlihat sangat jelas!

Dia bisa melihat pola serat kayu pada pintu yang biasanya nyaris tidak terlihat, butiran debu kecil di lantai, dan bahkan aliran kabut putih tipis yang melayang di udara ...

Apakah ini energi spiritual?

"Aku ... aku bisa melihat aliran energi spiritual dengan jelas?"

Perubahan yang begitu besar ini membuat Ferdinan terpaku dalam keterkejutan.

Menurut pemahamannya, hal seperti ini seharusnya mustahil terjadi.

Dia baru berada di Tahap Pembukaan Meridian tingkat keempat dan bahkan belum mencapai Tahap Pemurnian Tubuh.

Bagaimana mungkin kepekaannya terhadap energi spiritual bisa sekuat ini?

Namun, sebelum dia sempat beradaptasi dengan perubahan ini, rasa pusing yang menyiksa kembali menyerangnya. Seketika itu juga, tubuhnya ambruk ke lantai dengan keras!

Di sisi lain, Sean yang berada di luar tampaknya sudah menyadari bahwa Ferdinan telah terbangun.

Dia pun segera membuka pintu, lalu melihat Ferdinan yang terkapar di lantai dalam keadaan mengenaskan. Sambil terkekeh, dia pun berkata dengan nada menggoda, "Hei Ferdi, kenapa bisa jatuh? Apa kamu tidak bisa berjalan?"

Ferdinan terlalu pusing untuk mengeluh. Dengan susah payah, dia pun mencoba berbicara meskipun terbata-bata, "P-penglihatanku ... terlalu jernih ... "

Saat mendengar jawaban tersebut, Sean hanya bisa tersenyum tipis. Kemudian, dia berjongkok, menepuk bahu Ferdinan, lalu berkata sambil terkekeh, "Aku paham. Ketika pertama kali melihat dunia dengan sangat jelas, kamu memang akan merasa pusing."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

50