Bab 14 Mulai digosipkan
by Irma W
09:50,Aug 02,2021
Demian membuka pintu mobil lalu turun dan menghampiri Sonya yang sudah dari tadi menunggunya di taman. Senyum bahagia terpancar di wajah keduanya. Demian langsung memeluk Sonya dengan erat, sama-sama meluapkan rindu.
“Apa yang harus aku lakukan, aku tidak bisa menemuimu setiap saat sekarang.” kata Sonya saat masih dalam pelukan Demian.
Demian melepaskan pelukannya dan menyuruhnya untuk duduk. “Duduklah dulu!” perintah Demian. Sonya dan Demian akhirnya duduk.
“Kita bicara saja di rumahku, lebih aman di sana,” ajak Demian pada Sonya.
Gery tidak mau ada orang lain yang melihatnya sedang bersama Laura.
Sonya menyetujuinya. Demian dan Sonya kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi ke rumah Demian.
Disamping itu, Laura tengah bersiap pulang. Ia mengambil tasnya lalu berjalan keluar dari restoran sambil memijat pundak dan lengannya yang terasa sakit. Ia merasa sangat lelah hari ini karena memasak pesanan makanan yang cukup banyak. Saat ini Laura sedang berada di pinggir jalan untuk mencari taksi. Namun, bukanya taksi yang muncul malah Rafa dan motornya yang muncul dan berhenti tepat di depanya.
“Aku antar kau pulang,” ajak Rafa tanpa melepas helm atau turun dari motornya.
“Aku akan menunggu taksi saja,” jawab Laura yang tidak ingin orang lain melihatnya dan berfikir tidak-tidak dengannya. “Bukankah kau juga tadi sudah pulang lebih dulu, kenapa kau masih disini?” sambung Laura heran.
Rafa melepas helmnya. “Aku melihatmu beberapa kali memijat pundakmu saat memasak tadi, kau pasti sangat lelah dan ingin segera pulang. Naiklah ke motorku, jika kau menunggu taksi pasti akan lama dan membuatmu semakin lelah karena berdiri.” Sahutnya.
Laura menoleh kearah restoran, takutnya masih ada teman kerjanya yang masih berada di restoran.
“Kau jangan khawatir, sebelum aku menemuimu aku sudah memastikan semuanya sudah keluar, aku juga tidak tega kau di gosipkan seperti tadi pagi.” Sambung Rafa yang melihat wajah cemas Laura.
Sama seperti Demian saat karyawannya memberi selamat atas pernikahannya, Laura juga tadi pagi banyak yang memberinya ucapan selamat saat sampai di tempat kerjanya, ada yang senang dengan pernikahannya ada juga yang sinis mengatakan bahwa Laura berselingkuh saat berpacaran dengan Rafa dan mencampakkannya dengan menikahi laki-laki lain.
“Cepatlah naik!” ajak Rafa sambil memberikan helm pada Laura. Akhirnya Laura menerima helm tersebut memakainya, lalu Laura naik ke atas motor
“Aku tidak tahu rumahmu saat ini,” sambung Rafa Setelah Laura naik ke motornya.
“Aku akan menunjukkan jalannya di perjalanan nanti.” jawab Laura. Kemudian Rafa menyalakan motornya dan pergi mengantar Laura pulang.
Di perjalanan Laura mengarahkan Rafa kemana jalan yang harus dia ambil, karena Rafa belum tahu jalan menuju rumah yang sekarang ia tinggali.
Akhirnya mereka sampai di rumah Laura. Rafa menghentikan motornya, Laura kemudian turun dan melepaskan helmnya. “Terimakasih” ucap Laura memberikan Helmnya pada Rafa.
“Aku sudah mengantarmu pulang dengan selamat, aku tidak mau hanya menerima ucapan terimakasih darimu.” kaya Rafa setelah melepaskan helmnya.
“Lalu kau mau apa?” tanya Laura tersenyum.
“Aku belum memikirkannya, lagian aku juga tidak mau memintanya sekarang, aku akan memintanya lain waktu.” Rafa tersenyum dan memakai helmnya lagi lalu menyalakan motornya pergi. Laura tersenyum dengan tingkah aneh Rafa.
Melihat motor Rafa sudah tidak terlihat, Laura berjalan masuk. Ia membuka pintu rumah lalu masuk, Laura berhenti berjalan ketika melihat Demian dan Sonya tengah memadu kasih dan berbincang di ruang tamu.
“Kau sudah pulang?” tanya Sonya dengan sinis. “Kebetulan sekali, kami belum makan malam. Jadi masaklah sesuatu untuk kami,” sambung Sonya tersenyum puas.
Laura menghela nafas kesal, ia baru pulang dan sangat lelah hari ini. “Seseorang memberitahuku jika kita memiliki tangan.” Ia tersenyum mengangkat kedua tangannya melirik Demian. “Jadi, gunakan kedua tanganmu untuk memasak makan malam. Lagian kekasihmu itukan kaya, kenapa tidak memesan makan dari luar saja,” lanjut Laura melirik Sonya dan Demian.
Mendengar perkataan Laura, Sonya berdiri dan membanting gelas minum yang di berikan Demian saat sampai di rumahnya. Demian yang terkejut ikut berdiri. “Lancang sekali kau, membantah perintah kakakmu!” triak Sonya marah.
Laura memalingkan wajahnya dan tersenyum tipis. “Kau baru saja mengatakan kau kakakku, itu berarti aku adalah adikmu dan bukan pembantumu. Dan juga aku sangat lelah saat ini.” sahut Laura berlalu pergi meninggalkan mereka.
Demian menyuruh Sonya untuk tenang. “Aku antar kau pulang saja, ayo!” ajak Demian supaya amarah Sonya reda.
Demian pergi mengantar Sonya pulang. Demian tidak bisa mengantarnya sampai di depan rumahnya sepeti biasa. Jadi, Demian hanya mengantarnya sampai di pinggir jalan depan rumah Sonya.
“Aku akan menemuimu lagi besok, tunggu aku kabari lagi.” ucap Demian dari dalam mobil. Sonya turun dari mobil dan melambaikan tangannya pada Demian.
Sonya berjalan ke rumahnya yang sudah tinggal beberapa langkah dari jalan.
“Aku pulang … ,” ucapnya seraya masuk ke dalam. Renita yang mendengar suara anaknya pulang itu langsung menyusul ke kamarnya.
“Sonya!” panggil ibunya membuka pintu kamar Sonya.
“ibu? Masuklah," sahut Sonya.
“Kau dari mana saja?” tanya Renita khawatir.
“Tidak kemana-mana, hanya bertemu dengan seorang teman saja.” Sonya berbohong takut ibunya marah jika tahu ia menemui Demian.
Renita sangat tahu saat anaknya berbohong, karena saat ia melihat Sonya yang buru-buru pergi dari rumah tadi, wajah Sonya terlihat sangat bahagia. Namun, melihat wajah Sonya yang sekarang terlihat sangat kesal, ia tidak berani bertanya macam-macam padanya.
“Kalau begitu, istirahatlah.” Renita mengelus rambut anaknya dan pergi meninggalkannya.
Tubuh Laura sudah mendarat di kasurnya dan terlelap. Seseorang tiba-tiba dengan sangat keras mengetuk pintu kamarnya. Suara tersebut membuat Laura terbangun karena kaget.
Dengan tubuh setengah sadar, Ia beranjak dari kasur dan membuka pintu kamarnya. “Kau?” ucap Laura. “Kenapa kau mengetuk pintu kamarku seperti itu? Sangat berisik!”
“Pergi bersihkan gelas pecah tadi!” perintah Demian yang baru pulang mengantar Sonya.
Laura mendengus kesal. “Bukan aku yang memecahkanya, jadi kenapa aku yang harus membersihkanya.” Laura menyenderkan kepalanya di pintu karena sangat mengantuk.
“Kau sudah sepakat untuk memenuhi tanggung jawabmu, ini juga bagian dari tanggung jawab membersihkan rumah.” paksa Demian.
Mendengar Demian yang membicarakan tentang tanggung jawab dengan terpaksa ia menuruti perintah tesebut untuk membersihkan pecahan gelas yang berserakan di ruang tamu. Laura berjalan ke ruang tamu disusul Demian di belakangnya. Laura mengambil sapu, kain lap dan tempat sampah untuk membersihkan pecahan gelas tersebut.
“Kenapa kau tidak menyuruh kakakku saja membersihkannya,” ujar Laura yang sedang memunguti pecahan gelas.
“Aku sudah mengantarnya pulang,” sahut Demian yang berdiri melihat Laura sedang berjongkok membersihkan lantai.
“Kau bisa menjemputnya lagi kan? tadi kenapa kau tidak menyuruh membersihkanya sebelum mengantarnya pulang?” oceh Laura kesal karena sangat mengantuk. “Aku sangat ingin tidur saat ini, dan kau …” Laura menoleh ke Demian. “Bukanya membantuku kau hanya berdiri seperti patung di situ.”
“Berhenti mengoceh dan cepat selesaikan!” sungut Demian yang tidak tahan mendengar ocehan Laura.
Laura kemudian berdiri setelah pecahan gelas yang besar sudah ia masukkan dalam tempat sampah. Sekarang ia tinggal menyapu serpihan gelas yang kecil-kecil ke luar. Selesai menyapu, ia membersihkan sisa air di lantai dengan kain lap.
“Sudah bersih, apa aku bisa kembali tidur?” tanya Laura dengan mata tertutup sudah tidak kuasa membuka matanya karena kantuknya.
Demian tertawa kecil melihat Laura, “Kau bisa pergi tidur sekarang.”
Laura membawa kain lap, sapu dan tempat sampah ke tempat semula lalu pergi menuju kamarnya untuk melajutkan tidur.
Demian juga pergi ke kamarnya untuk tidur. “Apa dia bisa menemukan dimana kamarnya?” ucap Demian tersenyum menaiki tangga menuju kamarnya, karena melihat kondisi Laura yang tadi sudah tidak bisa membuka matanya karena mengantuk.
***
“Apa yang harus aku lakukan, aku tidak bisa menemuimu setiap saat sekarang.” kata Sonya saat masih dalam pelukan Demian.
Demian melepaskan pelukannya dan menyuruhnya untuk duduk. “Duduklah dulu!” perintah Demian. Sonya dan Demian akhirnya duduk.
“Kita bicara saja di rumahku, lebih aman di sana,” ajak Demian pada Sonya.
Gery tidak mau ada orang lain yang melihatnya sedang bersama Laura.
Sonya menyetujuinya. Demian dan Sonya kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi ke rumah Demian.
Disamping itu, Laura tengah bersiap pulang. Ia mengambil tasnya lalu berjalan keluar dari restoran sambil memijat pundak dan lengannya yang terasa sakit. Ia merasa sangat lelah hari ini karena memasak pesanan makanan yang cukup banyak. Saat ini Laura sedang berada di pinggir jalan untuk mencari taksi. Namun, bukanya taksi yang muncul malah Rafa dan motornya yang muncul dan berhenti tepat di depanya.
“Aku antar kau pulang,” ajak Rafa tanpa melepas helm atau turun dari motornya.
“Aku akan menunggu taksi saja,” jawab Laura yang tidak ingin orang lain melihatnya dan berfikir tidak-tidak dengannya. “Bukankah kau juga tadi sudah pulang lebih dulu, kenapa kau masih disini?” sambung Laura heran.
Rafa melepas helmnya. “Aku melihatmu beberapa kali memijat pundakmu saat memasak tadi, kau pasti sangat lelah dan ingin segera pulang. Naiklah ke motorku, jika kau menunggu taksi pasti akan lama dan membuatmu semakin lelah karena berdiri.” Sahutnya.
Laura menoleh kearah restoran, takutnya masih ada teman kerjanya yang masih berada di restoran.
“Kau jangan khawatir, sebelum aku menemuimu aku sudah memastikan semuanya sudah keluar, aku juga tidak tega kau di gosipkan seperti tadi pagi.” Sambung Rafa yang melihat wajah cemas Laura.
Sama seperti Demian saat karyawannya memberi selamat atas pernikahannya, Laura juga tadi pagi banyak yang memberinya ucapan selamat saat sampai di tempat kerjanya, ada yang senang dengan pernikahannya ada juga yang sinis mengatakan bahwa Laura berselingkuh saat berpacaran dengan Rafa dan mencampakkannya dengan menikahi laki-laki lain.
“Cepatlah naik!” ajak Rafa sambil memberikan helm pada Laura. Akhirnya Laura menerima helm tersebut memakainya, lalu Laura naik ke atas motor
“Aku tidak tahu rumahmu saat ini,” sambung Rafa Setelah Laura naik ke motornya.
“Aku akan menunjukkan jalannya di perjalanan nanti.” jawab Laura. Kemudian Rafa menyalakan motornya dan pergi mengantar Laura pulang.
Di perjalanan Laura mengarahkan Rafa kemana jalan yang harus dia ambil, karena Rafa belum tahu jalan menuju rumah yang sekarang ia tinggali.
Akhirnya mereka sampai di rumah Laura. Rafa menghentikan motornya, Laura kemudian turun dan melepaskan helmnya. “Terimakasih” ucap Laura memberikan Helmnya pada Rafa.
“Aku sudah mengantarmu pulang dengan selamat, aku tidak mau hanya menerima ucapan terimakasih darimu.” kaya Rafa setelah melepaskan helmnya.
“Lalu kau mau apa?” tanya Laura tersenyum.
“Aku belum memikirkannya, lagian aku juga tidak mau memintanya sekarang, aku akan memintanya lain waktu.” Rafa tersenyum dan memakai helmnya lagi lalu menyalakan motornya pergi. Laura tersenyum dengan tingkah aneh Rafa.
Melihat motor Rafa sudah tidak terlihat, Laura berjalan masuk. Ia membuka pintu rumah lalu masuk, Laura berhenti berjalan ketika melihat Demian dan Sonya tengah memadu kasih dan berbincang di ruang tamu.
“Kau sudah pulang?” tanya Sonya dengan sinis. “Kebetulan sekali, kami belum makan malam. Jadi masaklah sesuatu untuk kami,” sambung Sonya tersenyum puas.
Laura menghela nafas kesal, ia baru pulang dan sangat lelah hari ini. “Seseorang memberitahuku jika kita memiliki tangan.” Ia tersenyum mengangkat kedua tangannya melirik Demian. “Jadi, gunakan kedua tanganmu untuk memasak makan malam. Lagian kekasihmu itukan kaya, kenapa tidak memesan makan dari luar saja,” lanjut Laura melirik Sonya dan Demian.
Mendengar perkataan Laura, Sonya berdiri dan membanting gelas minum yang di berikan Demian saat sampai di rumahnya. Demian yang terkejut ikut berdiri. “Lancang sekali kau, membantah perintah kakakmu!” triak Sonya marah.
Laura memalingkan wajahnya dan tersenyum tipis. “Kau baru saja mengatakan kau kakakku, itu berarti aku adalah adikmu dan bukan pembantumu. Dan juga aku sangat lelah saat ini.” sahut Laura berlalu pergi meninggalkan mereka.
Demian menyuruh Sonya untuk tenang. “Aku antar kau pulang saja, ayo!” ajak Demian supaya amarah Sonya reda.
Demian pergi mengantar Sonya pulang. Demian tidak bisa mengantarnya sampai di depan rumahnya sepeti biasa. Jadi, Demian hanya mengantarnya sampai di pinggir jalan depan rumah Sonya.
“Aku akan menemuimu lagi besok, tunggu aku kabari lagi.” ucap Demian dari dalam mobil. Sonya turun dari mobil dan melambaikan tangannya pada Demian.
Sonya berjalan ke rumahnya yang sudah tinggal beberapa langkah dari jalan.
“Aku pulang … ,” ucapnya seraya masuk ke dalam. Renita yang mendengar suara anaknya pulang itu langsung menyusul ke kamarnya.
“Sonya!” panggil ibunya membuka pintu kamar Sonya.
“ibu? Masuklah," sahut Sonya.
“Kau dari mana saja?” tanya Renita khawatir.
“Tidak kemana-mana, hanya bertemu dengan seorang teman saja.” Sonya berbohong takut ibunya marah jika tahu ia menemui Demian.
Renita sangat tahu saat anaknya berbohong, karena saat ia melihat Sonya yang buru-buru pergi dari rumah tadi, wajah Sonya terlihat sangat bahagia. Namun, melihat wajah Sonya yang sekarang terlihat sangat kesal, ia tidak berani bertanya macam-macam padanya.
“Kalau begitu, istirahatlah.” Renita mengelus rambut anaknya dan pergi meninggalkannya.
Tubuh Laura sudah mendarat di kasurnya dan terlelap. Seseorang tiba-tiba dengan sangat keras mengetuk pintu kamarnya. Suara tersebut membuat Laura terbangun karena kaget.
Dengan tubuh setengah sadar, Ia beranjak dari kasur dan membuka pintu kamarnya. “Kau?” ucap Laura. “Kenapa kau mengetuk pintu kamarku seperti itu? Sangat berisik!”
“Pergi bersihkan gelas pecah tadi!” perintah Demian yang baru pulang mengantar Sonya.
Laura mendengus kesal. “Bukan aku yang memecahkanya, jadi kenapa aku yang harus membersihkanya.” Laura menyenderkan kepalanya di pintu karena sangat mengantuk.
“Kau sudah sepakat untuk memenuhi tanggung jawabmu, ini juga bagian dari tanggung jawab membersihkan rumah.” paksa Demian.
Mendengar Demian yang membicarakan tentang tanggung jawab dengan terpaksa ia menuruti perintah tesebut untuk membersihkan pecahan gelas yang berserakan di ruang tamu. Laura berjalan ke ruang tamu disusul Demian di belakangnya. Laura mengambil sapu, kain lap dan tempat sampah untuk membersihkan pecahan gelas tersebut.
“Kenapa kau tidak menyuruh kakakku saja membersihkannya,” ujar Laura yang sedang memunguti pecahan gelas.
“Aku sudah mengantarnya pulang,” sahut Demian yang berdiri melihat Laura sedang berjongkok membersihkan lantai.
“Kau bisa menjemputnya lagi kan? tadi kenapa kau tidak menyuruh membersihkanya sebelum mengantarnya pulang?” oceh Laura kesal karena sangat mengantuk. “Aku sangat ingin tidur saat ini, dan kau …” Laura menoleh ke Demian. “Bukanya membantuku kau hanya berdiri seperti patung di situ.”
“Berhenti mengoceh dan cepat selesaikan!” sungut Demian yang tidak tahan mendengar ocehan Laura.
Laura kemudian berdiri setelah pecahan gelas yang besar sudah ia masukkan dalam tempat sampah. Sekarang ia tinggal menyapu serpihan gelas yang kecil-kecil ke luar. Selesai menyapu, ia membersihkan sisa air di lantai dengan kain lap.
“Sudah bersih, apa aku bisa kembali tidur?” tanya Laura dengan mata tertutup sudah tidak kuasa membuka matanya karena kantuknya.
Demian tertawa kecil melihat Laura, “Kau bisa pergi tidur sekarang.”
Laura membawa kain lap, sapu dan tempat sampah ke tempat semula lalu pergi menuju kamarnya untuk melajutkan tidur.
Demian juga pergi ke kamarnya untuk tidur. “Apa dia bisa menemukan dimana kamarnya?” ucap Demian tersenyum menaiki tangga menuju kamarnya, karena melihat kondisi Laura yang tadi sudah tidak bisa membuka matanya karena mengantuk.
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved