Bab 14 Siapa yang Lebih Bengis
by Gading
10:01,Jan 16,2023
Hanya dua orang yang bisa mendapatkan harta karun di dalam makam.
Sekarang di makam ini hanya ada Verico Yun dan Marco Shen.
Sepertinya yang lainnya belum sampai.
Verico Yun dan Marco Shen saling berpandangan, dalam mata mereka terlintas sebuah kekompakan.
Keduanya menemukan tempat duduk dan beristirahat.
Tak lama, selain Verico Yun dan Marco Shen.
Di bangunan sana ada banyak orang yang berdatangan.
Begitu mereka masuk, mereka melihat huruf besar di prasasti batu itu.
Dari wajah mereka banyak yang menunjukkan ekspresi gembira.
Seolah-olah harta di dalam makam itu sudah menjadi milik mereka.
Dan saat mata mereka melihat orang lain, sorot itu penuh dengan permusuhan.
Setiap orang saling was-was, dan jarak masing masing kira-kira satu kaki dari yang lainnya.
Meski suasana begitu tegang, tapi tidak ada yang bergerak.
Karena pada saat ini orang-orangnya belum lengkap.
Orang yang menyerang lebih dulu pasti akan lebih rugi dan menderita.
Seiring bertambahnya jumlah orang, suasana di sekitar menjadi lebih khusyuk.
Setelah beberapa saat, semakin sedikit orang yang memasuki makam.
Melihat orang yang masuk ke Makam Kuno semuanya sudah hampir tiba.
Semua orang pun mulai melirik pesaing mereka.
Pada saat ini, ada wanita lain yang muncul, di belakangnya diikuti oleh banyak orang.
Dan orang ini tidak lain dan tidak bukan adalah Shinta Wu.
Orang-orang yang ada di belakangnya adalah murid dari Keluarga Wu.
Ketika Shinta Wu melihat Verico Yun, sepasang mata rubahnya segera menunjukkan niat membunuh!
Tapi saat dia mengambil langkah maju, dari matanya penuh dengan tatapan jijik.
Dia berjalan maju dengan pinggang yang melenggak lenggok, lalu berkata dengan sinis:
"Tidak ku sangka sampah sepertimu masih belum terbunuh oleh mekanisme di dalam makam ini. Tapi di tempat yang ada akunya ini, kamu tidak akan beruntung dan selamat!"
Shinta Wu tersenyum sinis, matanya penuh penghinaan.
Dia kemudian menunjuk orang-orang di belakangnya.
"Semuanya maju, bunuh sampah ini!"
Begitu suara itu jatuh, tidak terlihat ada yang bergerak.
Murid-murid Keluarga Wu itu berdiri di sana dengan ragu-ragu, ada ekspresi kesulitan di wajah mereka.
Sementara di mata Shinta Wu hanya ada Verico Yun.
Yang lain sudah melihat sekelilingnya, dan banyak orang menatap mereka.
Melihat kata-kata di prasasti itu, semua murid keluarga Wu jelas mengetahui cara main makam kuno ini dengan jelas.
Salah satu murid bertukar pandang dengan beberapa murid lainnya dan akhirnya melangkah maju.
Dia dengan kesulitan berkata: “Nona, menurut aturan di sini, hanya dua orang yang bisa mendapatkan harta karun itu. Jika kita menyerang terlalu dini, maka kita akan dimanfaatkan oleh yang lainnya!”
Beberapa murid Keluarga Wu lainnya juga mengangguk setuju: "Ya, benar nona!"
"Lihatlah orang di sekitarmu."
"Semuanya sedang melihat kita, mereka jelas ingin kita melakukan serangan lebih dulu!"
Melihat hal itu, Shinta Wu berpikir sesaat dan merasa ini masuk akal.
Dia akhirnya hanya bisa dengan paksa menahan amarahnya.
Tapi kemarahan di matanya tidak mereda, dia masih mendengus pelan.
Kemudian, dengan keengganan berkata: “Leo belum tiba saja, tunggu setelah Leo tiba, aku akan segera membunuhmu!”
Mendengar ini, seringai muncul di wajah Verico Yun, dan dia berpikir: ‘Sepertinya wanita bodoh ini belum tahu. Adiknya sudah ku pijak dan kepalanya hancur di bawah kakiku! Dalam hidupnya ini, dia sudah tidak mungkin bertemu dengannya lagi.’
Setelah orang terakhir yang datang ke sini hidup-hidup muncul. Terdengar suara mesin berputar di pintu masuk ruangan.
Tak lama pintu masuk perlahan ditutup.
Ada sedikit kegembiraan di wajah semua orang.
Segera setelah pintu masuk ditutup, sebuah lempengan batu yang diukir dengan kata-kata padat muncul di dekat pintu masuk.
Awalnya ada keraguan di mata orang banyak, tetapi ketika mereka melihat nama yang terukir di lempengan batu, mereka pun langsung mengerti.
Di batu tulis itu ada aturan untuk memasuki bangunan ini.
Setiap orang di Makam Kuno perlu bersaing untuk mendapatkan dua tempat.
Selama mereka berdiri di atas platform bundar di tengah bangunan, itu akan dianggap sebagai keberhasilan dalam merebut tempat.
Dalam dalam hitungan lima belas napas, jika tidak ada yang bergerak dan menyerang, maka orang di atas platform itu sama dengan mendapatkan tempat.
Selama kompetisi, jika ada yang menyerukan menyerah atau mengaku kalah maka mereka akan langsung diusir dari Makam Kuno.
Semua orang yang melihat peraturan itu pun mulai berdiskusi.
"Hanya menyisakan dua posisi, jadi bagaimana dengan yang lainnya?"
Satu orang mendengus dingin:
“Ya paling menyerah, atau tidak dibunuh. Jika ingin mendapatkan harta karun itu, maka kamu hanya bisa bertarung."
"Oleh karena itu, jika kamu ingin mendapatkan harta karun itu, maka kamu harus bertaruh dengan nyawamu."
Ada kegilaan dan keliaran di mata banyak orang.
Juga ada ekspresi meragu, yang jelas mulai kecut.
Beberapa orang yang sudah tahu aturannya langsung berdiri di depan tembok dan mencari tempat yang bagus.
Berpikir bagaimana cara membunuh orang lain, dan bagaimana agar tidak ditusuk dari belakang.
Saat ini, Shinta Wu melihat pintu masuk ditutup.
Namun adiknya masih tidak muncul juga, di antara keramaian juga tidak terlihat sosoknya.
Dalam hatinya terkejut.
Pintu masuk ditutup, artinya tidak ada orang di luar bangunan ini...
Mungkinkah sesuatu yang tidak terduga terjadi pada Leo Wu?
Memikirkan kemungkinan ini, dalam hati Shinta Wu seperti tersambar petir!
Setelah memasuki Makam Kuno, Leo Wu sibuk mengejar Verico Yun.
Jadi mereka berpisah.
Namun, dengan kemampuan Leo Wu, dia seharusnya tidak mungkin mati dalam mekanisme Makam Kuno ini.
Mungkinkah!
Shinta Wu menoleh untuk melihat Verico Yun.
Memikirkan Verico Yun barusan, ketika dia mendengar dirinya menyebut Leo Wu, wajahnya terlihat mencibir.
Sepertinya dia sudah tahu apa yang telah terjadi pada Leo Wu.
Memikirkan hal ini, dalam hati Shinta Wu samar-samar bisa menebak apa yang terjadi di balik ini.
Ketika dia memikirkan saudara sedarah dagingnya mati di bawah tangan sampah seperti Verico Yun! Kebencian di hatinya bangkit seperti gelombang yang mengamuk!
Wajah Shinta Wu penuh amarah, dan dia mencabut pedang panjang di pinggangnya dengan marah.
Menunjuk ke tengah alis Verico Yun, dia kemudian dengan marah berkata, "Kamu kan yang membunuh adikku!"
Verico Yun tidak menjawab, ekspresi wajahnya masih tenang, dan masih ada senyum lucu di sudut mulutnya.
Melihat ekspresi Verico Yun yang seperti ini, apa yang terjadi sepertinya benar dengan apa yang dia pikirkan.
Dengan wajah penuh amarah, Shinta Wu berteriak lantang: “Aku ingin kau mati!”
Gerakan besar ini secara alami menarik perhatian semua orang untuk menonton.
Melihat mereka berdua hendak bertarung, suasana di seluruh bangunan langsung menjadi tegang.
Mata Verico Yun tiba-tiba menjadi dingin, dan dia menatap Shinta Wu dengan mata yang dalam.
Melihat ini, Shinta Wu langsung mundur selangkah.
Tatapan Verico Yun ini membuat punggungnya merinding.
Verico Yun mencibir dan berkata: “Kamu seharusnya dari awal sudah menebak kalau dia memang dibunuh olehku! Aku awalnya hanya ingin membuatnya cacat, siapa yang tahu kalau dia ternyata sangat lemah. Aku barusan menghancurkan kepalanya dengan satu tendangan!"
Verico Yun berkata dengan ringan, seolah membunuh Leo Wu semudah membunuh semut.
Setelah Shinta Wu mendengar ini, dadanya naik-turun dengan hebat, dan dia sangat marah.
Dia tiba-tiba berteriak mengutuk Verico Yun: "Kamu hanya sampah tidak berguna, berani-beraninya kamu membunuh adikku! Dia adalah calon penguasa kota di masa depan. Dan kamu hanya anak haram yang dipungut oleh Keluarga Su."
Marco Shen di samping melihat wanita ini sangat kasar dan sombong. Dia bersiap melangkah maju dan berbicara.
Tapi sebelum dia bisa berbicara, Shinta Wu sudah menunjuk ke hidungnya dan bertanya:
"Siapa lagi kamu ini?"
Marco Shen berdiri di tempat Verico Yun, dan sudah menunjukkan letak keberpihakannya.
Ekspresi yang lebih menyeramkan muncul di wajah Shinta Wu, dia membuka mulutnya dan mengutuk: “Hanya anak haram yang bisa bergabung bersama anak haram! Aku akan membunuhmu juga!"
Para penonton tertawa terbahak-bahak, mereka tampaknya begitu menikmati pertunjukan ini.
Marco Shen terlihat mengerutkan keningnya.
Matanya penuh amarah, dan tinjunya terkepal.
Dia tidak sabar untuk bergegas membunuh Shinta Wu.
Namun, tangan Verico Yun menekan bahu Marco Shen. Dengan senyum main-main di wajahnya berkata, "Untuk apa peduli dengan kata-kata yang dikatakan oleh wanita jalang? Dia demi bisa memasuki Gerbang Sekte T tidak segan-segan untuk menjual tubuhnya. Untuk wanita seperti ini, dia atas dasar apa mengatai orang seperti in?"
Marco Shen sedikit terkejut, melihat Verico Yun di samping tetapi tidak bertanya.
Sebaliknya, dia menatap Shinta Wu dengan dingin dan berkata: “Pada akhirnya memang ada perbedaan antara manusia dan anjing!”
“Berani-beraninya kau memanggilku anjing!”
Shinta Wu yang sudah terbakar amarah sampai tertawa, kemarahan di matanya tampak meledak.
Verico Yun tersenyum, tapi ada jejak kedalaman di wajahnya.
Dia memandang Marco Shen dan berkata, "Wanita ini benar-benar terlalu sombong. Atau kita sama-sama bergerak dan membunuhnya, hm?"
Sekarang di makam ini hanya ada Verico Yun dan Marco Shen.
Sepertinya yang lainnya belum sampai.
Verico Yun dan Marco Shen saling berpandangan, dalam mata mereka terlintas sebuah kekompakan.
Keduanya menemukan tempat duduk dan beristirahat.
Tak lama, selain Verico Yun dan Marco Shen.
Di bangunan sana ada banyak orang yang berdatangan.
Begitu mereka masuk, mereka melihat huruf besar di prasasti batu itu.
Dari wajah mereka banyak yang menunjukkan ekspresi gembira.
Seolah-olah harta di dalam makam itu sudah menjadi milik mereka.
Dan saat mata mereka melihat orang lain, sorot itu penuh dengan permusuhan.
Setiap orang saling was-was, dan jarak masing masing kira-kira satu kaki dari yang lainnya.
Meski suasana begitu tegang, tapi tidak ada yang bergerak.
Karena pada saat ini orang-orangnya belum lengkap.
Orang yang menyerang lebih dulu pasti akan lebih rugi dan menderita.
Seiring bertambahnya jumlah orang, suasana di sekitar menjadi lebih khusyuk.
Setelah beberapa saat, semakin sedikit orang yang memasuki makam.
Melihat orang yang masuk ke Makam Kuno semuanya sudah hampir tiba.
Semua orang pun mulai melirik pesaing mereka.
Pada saat ini, ada wanita lain yang muncul, di belakangnya diikuti oleh banyak orang.
Dan orang ini tidak lain dan tidak bukan adalah Shinta Wu.
Orang-orang yang ada di belakangnya adalah murid dari Keluarga Wu.
Ketika Shinta Wu melihat Verico Yun, sepasang mata rubahnya segera menunjukkan niat membunuh!
Tapi saat dia mengambil langkah maju, dari matanya penuh dengan tatapan jijik.
Dia berjalan maju dengan pinggang yang melenggak lenggok, lalu berkata dengan sinis:
"Tidak ku sangka sampah sepertimu masih belum terbunuh oleh mekanisme di dalam makam ini. Tapi di tempat yang ada akunya ini, kamu tidak akan beruntung dan selamat!"
Shinta Wu tersenyum sinis, matanya penuh penghinaan.
Dia kemudian menunjuk orang-orang di belakangnya.
"Semuanya maju, bunuh sampah ini!"
Begitu suara itu jatuh, tidak terlihat ada yang bergerak.
Murid-murid Keluarga Wu itu berdiri di sana dengan ragu-ragu, ada ekspresi kesulitan di wajah mereka.
Sementara di mata Shinta Wu hanya ada Verico Yun.
Yang lain sudah melihat sekelilingnya, dan banyak orang menatap mereka.
Melihat kata-kata di prasasti itu, semua murid keluarga Wu jelas mengetahui cara main makam kuno ini dengan jelas.
Salah satu murid bertukar pandang dengan beberapa murid lainnya dan akhirnya melangkah maju.
Dia dengan kesulitan berkata: “Nona, menurut aturan di sini, hanya dua orang yang bisa mendapatkan harta karun itu. Jika kita menyerang terlalu dini, maka kita akan dimanfaatkan oleh yang lainnya!”
Beberapa murid Keluarga Wu lainnya juga mengangguk setuju: "Ya, benar nona!"
"Lihatlah orang di sekitarmu."
"Semuanya sedang melihat kita, mereka jelas ingin kita melakukan serangan lebih dulu!"
Melihat hal itu, Shinta Wu berpikir sesaat dan merasa ini masuk akal.
Dia akhirnya hanya bisa dengan paksa menahan amarahnya.
Tapi kemarahan di matanya tidak mereda, dia masih mendengus pelan.
Kemudian, dengan keengganan berkata: “Leo belum tiba saja, tunggu setelah Leo tiba, aku akan segera membunuhmu!”
Mendengar ini, seringai muncul di wajah Verico Yun, dan dia berpikir: ‘Sepertinya wanita bodoh ini belum tahu. Adiknya sudah ku pijak dan kepalanya hancur di bawah kakiku! Dalam hidupnya ini, dia sudah tidak mungkin bertemu dengannya lagi.’
Setelah orang terakhir yang datang ke sini hidup-hidup muncul. Terdengar suara mesin berputar di pintu masuk ruangan.
Tak lama pintu masuk perlahan ditutup.
Ada sedikit kegembiraan di wajah semua orang.
Segera setelah pintu masuk ditutup, sebuah lempengan batu yang diukir dengan kata-kata padat muncul di dekat pintu masuk.
Awalnya ada keraguan di mata orang banyak, tetapi ketika mereka melihat nama yang terukir di lempengan batu, mereka pun langsung mengerti.
Di batu tulis itu ada aturan untuk memasuki bangunan ini.
Setiap orang di Makam Kuno perlu bersaing untuk mendapatkan dua tempat.
Selama mereka berdiri di atas platform bundar di tengah bangunan, itu akan dianggap sebagai keberhasilan dalam merebut tempat.
Dalam dalam hitungan lima belas napas, jika tidak ada yang bergerak dan menyerang, maka orang di atas platform itu sama dengan mendapatkan tempat.
Selama kompetisi, jika ada yang menyerukan menyerah atau mengaku kalah maka mereka akan langsung diusir dari Makam Kuno.
Semua orang yang melihat peraturan itu pun mulai berdiskusi.
"Hanya menyisakan dua posisi, jadi bagaimana dengan yang lainnya?"
Satu orang mendengus dingin:
“Ya paling menyerah, atau tidak dibunuh. Jika ingin mendapatkan harta karun itu, maka kamu hanya bisa bertarung."
"Oleh karena itu, jika kamu ingin mendapatkan harta karun itu, maka kamu harus bertaruh dengan nyawamu."
Ada kegilaan dan keliaran di mata banyak orang.
Juga ada ekspresi meragu, yang jelas mulai kecut.
Beberapa orang yang sudah tahu aturannya langsung berdiri di depan tembok dan mencari tempat yang bagus.
Berpikir bagaimana cara membunuh orang lain, dan bagaimana agar tidak ditusuk dari belakang.
Saat ini, Shinta Wu melihat pintu masuk ditutup.
Namun adiknya masih tidak muncul juga, di antara keramaian juga tidak terlihat sosoknya.
Dalam hatinya terkejut.
Pintu masuk ditutup, artinya tidak ada orang di luar bangunan ini...
Mungkinkah sesuatu yang tidak terduga terjadi pada Leo Wu?
Memikirkan kemungkinan ini, dalam hati Shinta Wu seperti tersambar petir!
Setelah memasuki Makam Kuno, Leo Wu sibuk mengejar Verico Yun.
Jadi mereka berpisah.
Namun, dengan kemampuan Leo Wu, dia seharusnya tidak mungkin mati dalam mekanisme Makam Kuno ini.
Mungkinkah!
Shinta Wu menoleh untuk melihat Verico Yun.
Memikirkan Verico Yun barusan, ketika dia mendengar dirinya menyebut Leo Wu, wajahnya terlihat mencibir.
Sepertinya dia sudah tahu apa yang telah terjadi pada Leo Wu.
Memikirkan hal ini, dalam hati Shinta Wu samar-samar bisa menebak apa yang terjadi di balik ini.
Ketika dia memikirkan saudara sedarah dagingnya mati di bawah tangan sampah seperti Verico Yun! Kebencian di hatinya bangkit seperti gelombang yang mengamuk!
Wajah Shinta Wu penuh amarah, dan dia mencabut pedang panjang di pinggangnya dengan marah.
Menunjuk ke tengah alis Verico Yun, dia kemudian dengan marah berkata, "Kamu kan yang membunuh adikku!"
Verico Yun tidak menjawab, ekspresi wajahnya masih tenang, dan masih ada senyum lucu di sudut mulutnya.
Melihat ekspresi Verico Yun yang seperti ini, apa yang terjadi sepertinya benar dengan apa yang dia pikirkan.
Dengan wajah penuh amarah, Shinta Wu berteriak lantang: “Aku ingin kau mati!”
Gerakan besar ini secara alami menarik perhatian semua orang untuk menonton.
Melihat mereka berdua hendak bertarung, suasana di seluruh bangunan langsung menjadi tegang.
Mata Verico Yun tiba-tiba menjadi dingin, dan dia menatap Shinta Wu dengan mata yang dalam.
Melihat ini, Shinta Wu langsung mundur selangkah.
Tatapan Verico Yun ini membuat punggungnya merinding.
Verico Yun mencibir dan berkata: “Kamu seharusnya dari awal sudah menebak kalau dia memang dibunuh olehku! Aku awalnya hanya ingin membuatnya cacat, siapa yang tahu kalau dia ternyata sangat lemah. Aku barusan menghancurkan kepalanya dengan satu tendangan!"
Verico Yun berkata dengan ringan, seolah membunuh Leo Wu semudah membunuh semut.
Setelah Shinta Wu mendengar ini, dadanya naik-turun dengan hebat, dan dia sangat marah.
Dia tiba-tiba berteriak mengutuk Verico Yun: "Kamu hanya sampah tidak berguna, berani-beraninya kamu membunuh adikku! Dia adalah calon penguasa kota di masa depan. Dan kamu hanya anak haram yang dipungut oleh Keluarga Su."
Marco Shen di samping melihat wanita ini sangat kasar dan sombong. Dia bersiap melangkah maju dan berbicara.
Tapi sebelum dia bisa berbicara, Shinta Wu sudah menunjuk ke hidungnya dan bertanya:
"Siapa lagi kamu ini?"
Marco Shen berdiri di tempat Verico Yun, dan sudah menunjukkan letak keberpihakannya.
Ekspresi yang lebih menyeramkan muncul di wajah Shinta Wu, dia membuka mulutnya dan mengutuk: “Hanya anak haram yang bisa bergabung bersama anak haram! Aku akan membunuhmu juga!"
Para penonton tertawa terbahak-bahak, mereka tampaknya begitu menikmati pertunjukan ini.
Marco Shen terlihat mengerutkan keningnya.
Matanya penuh amarah, dan tinjunya terkepal.
Dia tidak sabar untuk bergegas membunuh Shinta Wu.
Namun, tangan Verico Yun menekan bahu Marco Shen. Dengan senyum main-main di wajahnya berkata, "Untuk apa peduli dengan kata-kata yang dikatakan oleh wanita jalang? Dia demi bisa memasuki Gerbang Sekte T tidak segan-segan untuk menjual tubuhnya. Untuk wanita seperti ini, dia atas dasar apa mengatai orang seperti in?"
Marco Shen sedikit terkejut, melihat Verico Yun di samping tetapi tidak bertanya.
Sebaliknya, dia menatap Shinta Wu dengan dingin dan berkata: “Pada akhirnya memang ada perbedaan antara manusia dan anjing!”
“Berani-beraninya kau memanggilku anjing!”
Shinta Wu yang sudah terbakar amarah sampai tertawa, kemarahan di matanya tampak meledak.
Verico Yun tersenyum, tapi ada jejak kedalaman di wajahnya.
Dia memandang Marco Shen dan berkata, "Wanita ini benar-benar terlalu sombong. Atau kita sama-sama bergerak dan membunuhnya, hm?"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved