Bab 5 Pria Yang Seperti Iblis
by Athifa
08:00,Jan 01,1970
Bab 5 Pria Yang Seperti Iblis
Saat Andika masuk, pelayan menyambutnya dan mengambil jaketnya. Ia bekata, "Tuan sudah pulang."
"Ya." Andika mengendurkan dasinya. Karena di dalam rumah telah kedatangan satu perempuan asing, ia mulai resah. Ia pun bertanya sambil menaikkan alis, "Mana wanita itu?"
"Sesuai perintah anda, dia sudah dikunci didalam kamar."
Mendengar jawaban ini, mata Andika menyiratkan ekspresi "bahaya".
Sementara itu, Olivia menempelkan telinganya di depan pintu kamar untuk mendengar suara diluar. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki yang kian lama kian mendekat. Ia pun segera berteriak pada orang itu, "Tidak peduli siapapun kau, segera keluarkan aku dari sini! Apapun latar belakang kalian, kalian tidak berhak membatasi aku! Kalian tidak bisa melakukan ini! Hei, dengar tidak! Cepat keluarkan…"
Belum selesai bicara, pintu kamar dibuka dengan kasar dari luar. Olivia terkejut, tubuhnya terjatuh kedepan, terjatuh kearah orang yang datang tersebut.
"Uhhh… sakit sekali!" Hidungnya menabrak dada yang tegap. Olivia merasa tidak enak, tapi belum sempat pulih dari kekagetannya, orang itu menarik tubuh Olivia masuk ke dalam kamar.
Karena lampu tidak menyala, Olivia sama sekali tidak dapat melihat jelas sosok orang itu. Tanpa sempat bertanya, ia didorong jatuh ketempat tidur.
Merasa tubuhnya ditarik oleh pria tersebut, Olivia terkejut. Dengan sekuat tenaga ia memukul-mukul bahu orang itu, dengan marah ia berkata, "Bajingan! Lepaskan aku!"
"Melepaskanmu? Atau menidurimu?" Tanpa belas kasihan dengan satu tangan orang itu memegang erat pergelangan tangan Olivia. Andika mengejeknya, "Eh pelacur, jangan berlagak suci! Kau dan ibumu sama, sama-sama rendah! Tak tahu malu!"
"Jangan kau menghina keluargaku!" ujar Olivia ketakutan bercampur marah.
Di bayangan Olivia, ibunya adalah sosok yang sopan dan beradab, lemah lembut, ramah, sederhana dan rendah hati. Orang disekelilingnya sangat hormat padanya. Kenapa tiba-tiba terdengar kata-kata makian kasar seperti ini? Pria ini sungguh keterlaluan!
Tapi, yang membuat Olivia merasa heran adalah, gerak gerik dan suara pria ini, kenapa bisa begitu akrab, ya?
Tapi belum sempat Olivia berpikir banyak, gaun pengantinnya ditarik kebawah oleh orang itu. Tindakan tanpa belas kasihan pria itu membuat Olivia menjerit.
Andika yang sedang marah hanya ingin melampiaskan dendam di hatinya selama beberapa tahun ini. Dia menutup mata dan memperlakukan Olivia dengan kasar.
Olivia merasa seluruh tubuhnya sangat sakit. Dia sekuat tenaga bertahan. Ia memalingkan wajahnya dan menggigit keras jarinya sendiri, tenggorokannya hanya bisa mengeluarkan suara isak pelan.
Andika tiba-tiba terdiam. Ia pun menghentikan gerakan tubuhnya. Ia menyentuh wajah Olivia, melihat mata gadis lemah yang tanpa busana itu. Seperti orang yang haus darah ia berkata, "Rupanya memang kau adalah pelacur. Dalam keadaan seperti ini masihkah kau punya perasaan? Benar-benar kau dan ibumu sama-sama pelacur! Karena sudah demikian, akan kubuat kau merasakan neraka!"
Membuatku merasakan neraka?! Mendengar suaranya yang dingin dan menakutkan itu, seluruh tubuh Olivia gemetar.
"Kau bajingan! Abnormal!" Kemarahan Olivia benar-benar memuncak. Ia berteriak, "Apa hakmu memperlakukan aku seperti ini?"
Andika tertawa dingin, mencubit dagu Olivia, dan mendekatkan wajahnya, "Sekarang kau adalah istriku, jadi ini memang adalah tugasmu. Kenapa? Kau tidak senang? Apakah aku tidak cukup melayanimu, hai pelacur?"
Olivia tidak tahan untuk berteriak. Ia memalingkan wajahnya menghindari cubitan tangan Andika di dagunya.
Pria ini… pria ini adalah suaminya…
Dengan kuat ia memalingkan kembali wajah Olivia. Andika tertawa kejam, "Olivia. Kamu harus lihat baik-baik bagaimana keadaanmu saat masuk neraka. Siapa suruh kau menjadi pelacur?"
"Bajingan!"
Olivia merasa dirinya penuh amarah saat ini. Andika masih saja tidak melepaskan cubitan di dagunya. Oleh karenaitu, dia menggigit dengan ganas bagian belakang tangannya!
Bagaimana mungkin ibunya adalah pelacur seperti yang dikatakan Andika? Ibunya jelas-jelas adalah seorang yang sangat lembut. Apa hak pria itu memfitnah ibunya?
"Aduh…"
Merasa sakit di bagian belakang tangannya, Andika menarik napas. Tiba-tiba ia teringat akan wanita yang pernah bersamanya di hotel tempo hari. Wanita itu pun menggigitnya seperti ini, sangat persis!
Tidak tahu kenapa, Andika merasa hatinya tersentuh. Dia melihat Olivia. Dalam gelap, mata wanita didepannya "bercahaya", kelihatan seperti air mata. Wanita itu terlihat sangat lemah.
Andika tiba-tiba teringat perkataan Tomi, Olivia adalah gadis yang cerdas, cantik, dan masih perawan.
Masih perawan?!
Sorot mata Andika melembut, gerakannya pun ia lembutkan. Ya ampun! Apa yang sedang ia pikirkan! Saat dirinya masuk ke dalam tubuh perempuan itu, ia tidak merasakan adanya penghalang sama sekali.
Ini artinya apa? Artinya perempuan ini sama sekali tidak perawan!
Saat Andika masuk, pelayan menyambutnya dan mengambil jaketnya. Ia bekata, "Tuan sudah pulang."
"Ya." Andika mengendurkan dasinya. Karena di dalam rumah telah kedatangan satu perempuan asing, ia mulai resah. Ia pun bertanya sambil menaikkan alis, "Mana wanita itu?"
"Sesuai perintah anda, dia sudah dikunci didalam kamar."
Mendengar jawaban ini, mata Andika menyiratkan ekspresi "bahaya".
Sementara itu, Olivia menempelkan telinganya di depan pintu kamar untuk mendengar suara diluar. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki yang kian lama kian mendekat. Ia pun segera berteriak pada orang itu, "Tidak peduli siapapun kau, segera keluarkan aku dari sini! Apapun latar belakang kalian, kalian tidak berhak membatasi aku! Kalian tidak bisa melakukan ini! Hei, dengar tidak! Cepat keluarkan…"
Belum selesai bicara, pintu kamar dibuka dengan kasar dari luar. Olivia terkejut, tubuhnya terjatuh kedepan, terjatuh kearah orang yang datang tersebut.
"Uhhh… sakit sekali!" Hidungnya menabrak dada yang tegap. Olivia merasa tidak enak, tapi belum sempat pulih dari kekagetannya, orang itu menarik tubuh Olivia masuk ke dalam kamar.
Karena lampu tidak menyala, Olivia sama sekali tidak dapat melihat jelas sosok orang itu. Tanpa sempat bertanya, ia didorong jatuh ketempat tidur.
Merasa tubuhnya ditarik oleh pria tersebut, Olivia terkejut. Dengan sekuat tenaga ia memukul-mukul bahu orang itu, dengan marah ia berkata, "Bajingan! Lepaskan aku!"
"Melepaskanmu? Atau menidurimu?" Tanpa belas kasihan dengan satu tangan orang itu memegang erat pergelangan tangan Olivia. Andika mengejeknya, "Eh pelacur, jangan berlagak suci! Kau dan ibumu sama, sama-sama rendah! Tak tahu malu!"
"Jangan kau menghina keluargaku!" ujar Olivia ketakutan bercampur marah.
Di bayangan Olivia, ibunya adalah sosok yang sopan dan beradab, lemah lembut, ramah, sederhana dan rendah hati. Orang disekelilingnya sangat hormat padanya. Kenapa tiba-tiba terdengar kata-kata makian kasar seperti ini? Pria ini sungguh keterlaluan!
Tapi, yang membuat Olivia merasa heran adalah, gerak gerik dan suara pria ini, kenapa bisa begitu akrab, ya?
Tapi belum sempat Olivia berpikir banyak, gaun pengantinnya ditarik kebawah oleh orang itu. Tindakan tanpa belas kasihan pria itu membuat Olivia menjerit.
Andika yang sedang marah hanya ingin melampiaskan dendam di hatinya selama beberapa tahun ini. Dia menutup mata dan memperlakukan Olivia dengan kasar.
Olivia merasa seluruh tubuhnya sangat sakit. Dia sekuat tenaga bertahan. Ia memalingkan wajahnya dan menggigit keras jarinya sendiri, tenggorokannya hanya bisa mengeluarkan suara isak pelan.
Andika tiba-tiba terdiam. Ia pun menghentikan gerakan tubuhnya. Ia menyentuh wajah Olivia, melihat mata gadis lemah yang tanpa busana itu. Seperti orang yang haus darah ia berkata, "Rupanya memang kau adalah pelacur. Dalam keadaan seperti ini masihkah kau punya perasaan? Benar-benar kau dan ibumu sama-sama pelacur! Karena sudah demikian, akan kubuat kau merasakan neraka!"
Membuatku merasakan neraka?! Mendengar suaranya yang dingin dan menakutkan itu, seluruh tubuh Olivia gemetar.
"Kau bajingan! Abnormal!" Kemarahan Olivia benar-benar memuncak. Ia berteriak, "Apa hakmu memperlakukan aku seperti ini?"
Andika tertawa dingin, mencubit dagu Olivia, dan mendekatkan wajahnya, "Sekarang kau adalah istriku, jadi ini memang adalah tugasmu. Kenapa? Kau tidak senang? Apakah aku tidak cukup melayanimu, hai pelacur?"
Olivia tidak tahan untuk berteriak. Ia memalingkan wajahnya menghindari cubitan tangan Andika di dagunya.
Pria ini… pria ini adalah suaminya…
Dengan kuat ia memalingkan kembali wajah Olivia. Andika tertawa kejam, "Olivia. Kamu harus lihat baik-baik bagaimana keadaanmu saat masuk neraka. Siapa suruh kau menjadi pelacur?"
"Bajingan!"
Olivia merasa dirinya penuh amarah saat ini. Andika masih saja tidak melepaskan cubitan di dagunya. Oleh karenaitu, dia menggigit dengan ganas bagian belakang tangannya!
Bagaimana mungkin ibunya adalah pelacur seperti yang dikatakan Andika? Ibunya jelas-jelas adalah seorang yang sangat lembut. Apa hak pria itu memfitnah ibunya?
"Aduh…"
Merasa sakit di bagian belakang tangannya, Andika menarik napas. Tiba-tiba ia teringat akan wanita yang pernah bersamanya di hotel tempo hari. Wanita itu pun menggigitnya seperti ini, sangat persis!
Tidak tahu kenapa, Andika merasa hatinya tersentuh. Dia melihat Olivia. Dalam gelap, mata wanita didepannya "bercahaya", kelihatan seperti air mata. Wanita itu terlihat sangat lemah.
Andika tiba-tiba teringat perkataan Tomi, Olivia adalah gadis yang cerdas, cantik, dan masih perawan.
Masih perawan?!
Sorot mata Andika melembut, gerakannya pun ia lembutkan. Ya ampun! Apa yang sedang ia pikirkan! Saat dirinya masuk ke dalam tubuh perempuan itu, ia tidak merasakan adanya penghalang sama sekali.
Ini artinya apa? Artinya perempuan ini sama sekali tidak perawan!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved