Bab 7 Dia Pasti Akan Mendapatkan Kucing Kecil Liar Itu

by Athifa 08:00,Jan 01,1970
Bab 7 Dia Pasti Akan Mendapatkan Kucing Kecil Liar Itu

"Tidak perlu!" Mata Olivia memancarkan rasa jijik. Ini membuat Andika marah sehingga ia tiba-tiba menahan dagunya.

"Kau dengan ibumu yang pelacur itu sama saja." Melihat sorot mata Olivia yang memancarkan rasa jijik, Andika makin haus darah. "Sama-sama rendahan. Aku sebenarnya ingin melihat bagaimana kau yang bahkan bukan perawan bisa berpura-pura suci."

Selesai bicara, dia menundukkan kepala mencium bibir Olivia. Olivia marah, ia berusaha lepas dari pelukan Andika. Pada akhirnya ia mendorong pria itu, "Enyah kau, jangan sentuh aku!"

Andika didorong ke samping, wajahnya menjadi suram. Ia dengan ganas mencekik leher Olivia, dengan jahat berkata, "Hai wanita, kau kira aku tertarik denganmu? Kau itu wanita murahan! Keperawanan saja sudah hilang, dasar pelacur memalukan!"

"Tutup mulutmu!" Olivia murka.

"Jangan coba menantang kesabaranku." Andika tertawa dingin.

Olivia yang dicekik oleh Andika susah bernapas, tapi ia masih berusaha untuk menatap mata pria itu. Olivia berkata dengan suram, "haha… seorang Andika mungkinkah pagi-pagi buta akan membunuh istrinya sendiri?"

Andika menyipitkan mata, melihat sikap wanita di depannya yang keras kepala ini, hatinya berdesir. Kemudian ia melepaskan cekikannya dari leher Olivia, lalu mengejek, "Istri? Karena kau adalah istriku, sudah sepantasnya kau melaksanakan kewajibanmu! Ambilkan baju ganti untukku!"

Setelah berkata demikian, Andika berdiri dan memerintah Olivia, "Bangun!" Olivia tidak menyangka Andika dengan mudahnya berdiri, membiarkan Olivia melihat tubuhnya tanpa sehelai kainpun.

Tubuh yang atletis, lekuk tubuh yang sempurna, terus turun kebawah… Olivia tidak berani melihat. Ia kaget sambil menutup mata.

"Kenapa? Tidak pernah melihatnya?" ejekan Andika saat itu kembali dikatakan, "Jangan pura-pura suci."

Dia pura-pura suci?

Olivia menggertakkan giginya, ia berkata dengan tidak terlihat lemah, "Lebih bagus daripada kau yang kejam dan gila!"

Mendengar jawaban Olivia itu, Andika tidak marah, malahan ia berkata, "Hai wanita, harus diingat, kalau kau seperti itu lagi, aku akan mengira… kau ingin terus aku…"

"Kau bajingan!" Olivia yang marah lalu mencoba berdiri sambil menutupi tubuhnya dengan selimut, tapi saat dia baru bergerak sedikit, ia merasa tubuhnya sakit, kakinya lemah, lalu kembali terjatuh ke tempat tidur.

Andika melihat gerakan Olivia dengan dingin, dan berkata, "Apa? Bolehkah ambilkan baju ganti untukku, istri tercinta?"

Saat mengatakan "istri", ujung bibir Andika tersenyum mengejek.

Wanita ini kenapa bisa menjadi istrinya, putri pelacur. Bagi Andika, ini hanya untuk balas dendam.

Olivia marah. Ia mencoba berdiri lagi sambil menutupi tubuhnya dengan selimut, tapi karena ruang geraknya terlalu luas, seketika itu juga bagian tubuhnya yang sakit tertarik. Matanya memancarkan rasa sakit yang luar biasa.

Andika melihat Olivia yang seperti ini, tergeraklah hatinya untuk membantu gadis itu. Tapi saat teringat dia adalah putri si pelacur membuatnya menahan keinginnya itu.

Andika berjalan kedepan Olivia, mencubit dagunya, dengan dingin berkata, "Hai wanita, sandiwara kau bagus juga. Apaan pura-pura minta dikasihani!"

Setelah berkata demikian, ia langsung menyambar pakaian disamping, dengan segera mengenakannya, lalu pergi meninggalkan kamar.

Melihat bayangan menjauh Andika, Olivia akhirnya bisa menghela nafas. Ia merenggangkan tangannya yang menggenggam erat selimut tadi sambil menahan rasa sakit. Sangat susah baginya untuk kemudian turun dari tempat tidur.

"Andika, kau bajingan!"

Melihat gaun pengantin di lantai yang telah robek, Oliviatak tertahan memakiAndika dengan ganas. Setelah itu, ia mencari baju yang bisa dikenakannya di lemari. Setelah berpakaian, ia keluar dari kamar.

Koridor di luar kosong melompong, jaraknya sangat panjang. Olivia mengira pelayan disini tidak banyak, tapi begitu ia turun barulah ia tahu kalau ia salah.

Pemandangan pertama yang dilihat adalah lukisan yang sangat menakjubkan, lampu kristal impor dari Paris yang tergantung di langit-langit ruangan, cahaya gemerlap yang terpancar darinya. Kemudian dibawah lampu gantung itu adalah ruang tamu yang sangat luas, kira-kira setengah besarnya dari lapangan basket.

Di tempat yang tidak terlalu jauh dari Olivia, ada banyak pelayan yang berdiri di dua sisi. Sekumpulan pelayan berbaris mengelilingi ujung tangga. Barisan tersebut terus berlanjut hingga ke pusat ruang tamu.

Olivia melihatnya dengan agak buram, lalu terkejut.

Kemarin saat ia masuk, ia tidak melihat ini dengan teliti. Sekarang saat melihatnya, ia berseru kaget. Ya ampun, rumahnya yang baru ini begitu besar! Dan pelayannya begitu banyak! Sangat mengejutkan!

Sementara di ruang tamu, Andika sedang berjalan membelakangi Olivia. Saat dia berdiri menyamping, Olivia melihat sepertinya tangan pria itu sedang memainkan sesuatu. Olivia segera mengenali sosok Andika yang "menyolok mata". Rambut hitam, poni yang terpotong tipis, wajah yang sangat tampan. Ia mengenakan kemeja berwarna-warni yang pas di tubuh, kedua kancing atas dilepas, yang menunjukkan tulang selangkanya yang indah.

Pria ini sangat tampan. Jika pria ini bukan bajingan, dia pasti akan mengira pria ini seperti malaikat. Tapi rupanya… dia adalah setan yang jahat! Monster!

Olivia menggertakkan giginya. Ia ingat ada hal sangat penting yang harus dikerjakan. Oleh karena itu ia berjalan turun kebawah, dan berjalan ke arah Andika.

Di saat ini, Andika sedang memegang benda berwarna hijau. Itulah permata milik wanita asing hari itu, yaitu permata Olivia.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

487