Bab 12 Diusir Dari Rumah, Tidak Punya Rumah Untuk Tinggal
by Athifa
08:00,Jan 01,1970
Bab 12 Diusir Dari Rumah, Tidak Punya Rumah Untuk Tinggal
Olivia sedang main dengan pikirannya, tiba-tiba terdengar bunyi pintu besi. Ia segera berbalik, ternyata Irma ada disana. Wanita itu sedang menginstruksikan para pelayan untuk menutup dan mengunci gerbang besar rumah kediaman keluarganya.
Olivia terkejut, ia segera berteriak, "Irma, apa yang sedang anda lakukan?"
Irma tertawa dingin, sambil mengelus gaunnya yang indah dan mewah ia tertawa mengejek, "Olivia, baru menikah hari pertama sudah dibuang oleh suaminya, diusir kembali kerumah, kamu ingin membuat marah ayahmu? Biar aku kasih saran, berlututlah, bahkan kalau perlu memanjatlah kembali ke rumah keluarga Andika!"
Setelah berkata demikian, Irma berbalik sambil menggiring para pelayan masuk ke dalam rumah dan tidak memedulikan Olivia. Heh! Dia pasti sudah menanda tangani suatu perjanjian dengan keluarga Andika. Olivia baru pertama kali ini diusir keluar rumah, siapa yang dapat membantunya?
"Kau…" Olivia sangat marah. Ia membelalakkan mata menatap kepergian Irma, amarahnya bergelora.
Sekarang dia harus bagaimana?! Dia tidak punya rumah untuk tinggal…
Tidak bisa pulang ke rumah keluarganya. Toh diapun tidak ingin kembali. Rumah baru… ada Andika, dia juga tidak ingin kesana…
Ayah pun tidak tahu sekarang ada dimana, keadaannya pun tidak diberitahukan dengan jelas. Olivia tenggelam dalam pikirannya sambil berjalan tanpa arah dan tujuan.
Tidak tahu sudah berjalan berapa lama. Mungkin karena pikirannya sudah lemah, saat Olivia mengangkat wajahnya, secara kabur terlihat sosok yang sangat mirip ayahnya. Dia terkejut, belum sempat merespon, tiba-tiba sosok itu hilang ditelan kumpulan manusia lain.
"Ayah… ayah…" Olivia mengejar bayangan itu, sosok itu, orang itu, tapi ia tak dapat karena terlalu banyaknya orang. Sosok itu pun hilang.
Ia menarik napas panjang. Saat dia rasa menyesal, sosok itu kembali muncul. Olivia melihatnya memasuki bar di sebelah.
Olivia belum pernah ke bar, dia juga tahu bar bukanlah tempat "bersih". Ia melangkahkan kakinya masuk, ia sungguh yakin orang didalam pasti ayahnya. Sambil menggertakkan gigi, tanpa ragu ia melangkah masuk.
Baru masuk kedalam bar, terdengar suara music metal bergelora. Lantai dansa dipenuhi dengan pria wanita berpakaian modis yang tak terbilang banyaknya. Mereka satu persatu menggoyangkan tubuhnya, terlihat gila.
Olivia tidak memedulikan ini semua. Ia melihat sekelilingnya mencari sosok sang ayah. Tanpa hati-hati ia menabrak seseorang.
Aroma rokok dan bir yang kuat tiba-tiba memenuhi hidungnya, membuat Olivia terbatuk-batuk. Ia mundur selangkah, lalu berkata, "Maaf, saya…"
"Hei, kau tidak punya mata!" Belum sempat Olivia menyelesaikan kalimatnya, ia merasa lengannya digenggam kasar oleh seseorang. Orang itu marah.
Olivia kesakitan lengannya digenggam seperti itu, ia berkeringat dingin, hanya bisa berkata, "Saya tidak sengaja…"
Karena aroma rokok dan birnya terlalu kuat, mata Olivia mulai berair. Wanita baik dan lemah seperti dia, disaat seperti ini menimbulkan belas kasihan orang lain.
"Rupanya kau gadis cantik, hahahaha, tak apa. Cium abang dulu, baru akan aku anggap tidak terjadi apa-apa."
Pria didepan ini bernama Krisna. Dia adalah bajingan kecil di daerah itu. Melihat penampilan Olivia, tiba-tiba matanya berbinar. Ia melihat dengan nafsu seluruh tubuh gadis itu. Setelah menatap dengan seksama beberapa "bagian tubuh", ia mulai meraba dada Olivia.
"Tuan, tolong anda jaga sikap anda!"
Melihat orang itu menjulurkan tangan, ia segera mengempasnya. Ia mundur beberapa langkah, lalu menegur dengan serius.
"Haha, gadis ini seksi juga!" Krisna sama sekali tidak marah karena teguran ini, ia malah tertawa.
"Adik, kau sendirian disini? Mau tidak temani abang-abang disini main?" Sambil berkata demikian, tangannya memberi syarat. Tiba-tiba dari sisi kiri kanan datanglah beberapa "bajingan", pria-pria yang seluruh tubuhnya beraroma rokok dan bir yang menusuk hidung.
"Krisna, hari ini lumayan juga. Gadis ini sempura. Bagaimana, maukah kau berbagi dengan saudara-saudaramu ini?" Setelah pria-pria di kedua sisi itu melihat Olivia, seorang dari mereka tertawa keji.
Langkah Olivia tidak berhenti mundur. Melihat didepannya para bajingan itu satu persatu menghampirinya lambat-lambat, dia segera menyesal telah sendirian masuk ke tempat seperti ini.
"Adik, ayuk main dengan abang!" kata Krisna. Ia memegang pergelangan tangan Olivia, dengan kuat dan ganas ia menarik gadis itu ke pelukannya.
Olivia terkejut, hampir saja ia terjatuh, tapi ia bisa memantapkan langkahnya. Hanya saja bagaimana bisa melawan jika hanya seorang diri. Bagaimanapun dia melawan, dia tetap tidak akan bisa lepas dari tangan orang itu. "Lepaskan, lepaskan aku!"
"Lepaskan? Hari ini kau sudah jatuh di tangan beberapa abang ini, tentu saja tidak akan dilepas..." Krisna tertawa keji.
Di sisi lain bar itu, Andika menatap dengan tajam dan dingin pada pemandangan itu.
Olivia sedang main dengan pikirannya, tiba-tiba terdengar bunyi pintu besi. Ia segera berbalik, ternyata Irma ada disana. Wanita itu sedang menginstruksikan para pelayan untuk menutup dan mengunci gerbang besar rumah kediaman keluarganya.
Olivia terkejut, ia segera berteriak, "Irma, apa yang sedang anda lakukan?"
Irma tertawa dingin, sambil mengelus gaunnya yang indah dan mewah ia tertawa mengejek, "Olivia, baru menikah hari pertama sudah dibuang oleh suaminya, diusir kembali kerumah, kamu ingin membuat marah ayahmu? Biar aku kasih saran, berlututlah, bahkan kalau perlu memanjatlah kembali ke rumah keluarga Andika!"
Setelah berkata demikian, Irma berbalik sambil menggiring para pelayan masuk ke dalam rumah dan tidak memedulikan Olivia. Heh! Dia pasti sudah menanda tangani suatu perjanjian dengan keluarga Andika. Olivia baru pertama kali ini diusir keluar rumah, siapa yang dapat membantunya?
"Kau…" Olivia sangat marah. Ia membelalakkan mata menatap kepergian Irma, amarahnya bergelora.
Sekarang dia harus bagaimana?! Dia tidak punya rumah untuk tinggal…
Tidak bisa pulang ke rumah keluarganya. Toh diapun tidak ingin kembali. Rumah baru… ada Andika, dia juga tidak ingin kesana…
Ayah pun tidak tahu sekarang ada dimana, keadaannya pun tidak diberitahukan dengan jelas. Olivia tenggelam dalam pikirannya sambil berjalan tanpa arah dan tujuan.
Tidak tahu sudah berjalan berapa lama. Mungkin karena pikirannya sudah lemah, saat Olivia mengangkat wajahnya, secara kabur terlihat sosok yang sangat mirip ayahnya. Dia terkejut, belum sempat merespon, tiba-tiba sosok itu hilang ditelan kumpulan manusia lain.
"Ayah… ayah…" Olivia mengejar bayangan itu, sosok itu, orang itu, tapi ia tak dapat karena terlalu banyaknya orang. Sosok itu pun hilang.
Ia menarik napas panjang. Saat dia rasa menyesal, sosok itu kembali muncul. Olivia melihatnya memasuki bar di sebelah.
Olivia belum pernah ke bar, dia juga tahu bar bukanlah tempat "bersih". Ia melangkahkan kakinya masuk, ia sungguh yakin orang didalam pasti ayahnya. Sambil menggertakkan gigi, tanpa ragu ia melangkah masuk.
Baru masuk kedalam bar, terdengar suara music metal bergelora. Lantai dansa dipenuhi dengan pria wanita berpakaian modis yang tak terbilang banyaknya. Mereka satu persatu menggoyangkan tubuhnya, terlihat gila.
Olivia tidak memedulikan ini semua. Ia melihat sekelilingnya mencari sosok sang ayah. Tanpa hati-hati ia menabrak seseorang.
Aroma rokok dan bir yang kuat tiba-tiba memenuhi hidungnya, membuat Olivia terbatuk-batuk. Ia mundur selangkah, lalu berkata, "Maaf, saya…"
"Hei, kau tidak punya mata!" Belum sempat Olivia menyelesaikan kalimatnya, ia merasa lengannya digenggam kasar oleh seseorang. Orang itu marah.
Olivia kesakitan lengannya digenggam seperti itu, ia berkeringat dingin, hanya bisa berkata, "Saya tidak sengaja…"
Karena aroma rokok dan birnya terlalu kuat, mata Olivia mulai berair. Wanita baik dan lemah seperti dia, disaat seperti ini menimbulkan belas kasihan orang lain.
"Rupanya kau gadis cantik, hahahaha, tak apa. Cium abang dulu, baru akan aku anggap tidak terjadi apa-apa."
Pria didepan ini bernama Krisna. Dia adalah bajingan kecil di daerah itu. Melihat penampilan Olivia, tiba-tiba matanya berbinar. Ia melihat dengan nafsu seluruh tubuh gadis itu. Setelah menatap dengan seksama beberapa "bagian tubuh", ia mulai meraba dada Olivia.
"Tuan, tolong anda jaga sikap anda!"
Melihat orang itu menjulurkan tangan, ia segera mengempasnya. Ia mundur beberapa langkah, lalu menegur dengan serius.
"Haha, gadis ini seksi juga!" Krisna sama sekali tidak marah karena teguran ini, ia malah tertawa.
"Adik, kau sendirian disini? Mau tidak temani abang-abang disini main?" Sambil berkata demikian, tangannya memberi syarat. Tiba-tiba dari sisi kiri kanan datanglah beberapa "bajingan", pria-pria yang seluruh tubuhnya beraroma rokok dan bir yang menusuk hidung.
"Krisna, hari ini lumayan juga. Gadis ini sempura. Bagaimana, maukah kau berbagi dengan saudara-saudaramu ini?" Setelah pria-pria di kedua sisi itu melihat Olivia, seorang dari mereka tertawa keji.
Langkah Olivia tidak berhenti mundur. Melihat didepannya para bajingan itu satu persatu menghampirinya lambat-lambat, dia segera menyesal telah sendirian masuk ke tempat seperti ini.
"Adik, ayuk main dengan abang!" kata Krisna. Ia memegang pergelangan tangan Olivia, dengan kuat dan ganas ia menarik gadis itu ke pelukannya.
Olivia terkejut, hampir saja ia terjatuh, tapi ia bisa memantapkan langkahnya. Hanya saja bagaimana bisa melawan jika hanya seorang diri. Bagaimanapun dia melawan, dia tetap tidak akan bisa lepas dari tangan orang itu. "Lepaskan, lepaskan aku!"
"Lepaskan? Hari ini kau sudah jatuh di tangan beberapa abang ini, tentu saja tidak akan dilepas..." Krisna tertawa keji.
Di sisi lain bar itu, Andika menatap dengan tajam dan dingin pada pemandangan itu.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved