Bab 6 Penghlihatan Prediksi
by Sam Ramsay
17:36,Dec 24,2023
Sesaat kemudian, Gambar Taichi yang mengambang di bola mata Arjuna hilang.
Namun tidak seluruhnya.
Cahaya putih tersebut tenggelam di kedalaman mata merah Arjuna.
Berubah menjadi halus seperti debu, terus berubah menjadi simbol-simbol berwarna putih keperakan.
Menyebar ke sekeliling matanya.
Sesudah beberapa detik, lingkaran simbol-simbol itu tetap.
Tidak lagi berubah.
Lalu cahaya putih mulai pudar, tidak lagi menunjukkan keanehan.
Arjuna membeku selama beberapa saat, secara samar merasa kalau ini berhubungan dengan batu giok putih berbentuk berlian yang diserapnya dalam perjalanan.
Itu karena pola yang sama muncul di batu giok putih itu.
Arjuna ragu, namun karena tidak bisa memahaminya untuk saat ini, dia hanya bisa mengesampingkannya.
Berjalan keluar dari asrama.
Arjuna melihat banyak teman sekelas mengunjungi kamarnya.
Beberapa berseru kaget, beberapa tertawa getir.
Arjuna berjalan menyusuri dinding koridor, ingin pergi ke Divisi Logistik.
Tiba-tiba Arjuna berhenti.
Di hadapannya ada sosok gemuk.
Itu merupakan pria gemuk yang sebelumnya terkena pukulan Arjuna sebelum ujian lapangan.
Pria gemuk itu Triman, dia cukup beruntung karena mendapat 83 poin, menjadi salah satu murid yang lulus.
Da juga menatap Arjuna.
Teringat saat Arjuna memancing Tungau Srigala menggunakan darahnya.
Mendadak emosinya memuncak.
Namun dia menahan diri, menatap tajam Arjuna, lalu masuk ke dalam asramanya.
Asrama itu merupakan kamar berukuran empat kali lipat.
Dengan 2 tempat tidur susun.
Triman langsung melempar barang bawaannya ke ranjang atas, namun dia duduk di ranjang bawah.
Jelas jika dia akan berbagi kamar.
Lalu teman sekamarnya masuk.
Mereka adalah Juami dan Clerik.
Yang mendapat skor 81 dan 85 poin.
Skor mereka bertiga berdekatan, jadi dikelompokkan ke satu ruangan.
Sesudah pintu ditutup, mereka bertiga saling berkenalan.
Lalu Juami yang kurus, mengambil inisiatif untuk bicara, "Triman, apakah kamu bersedia bertemu dengan orang besar?"
Triman sedang tidak mood, jadi dia bertanya dengan marah, “Siapa?"
"Darren Priyo, putra dari bos Perusahaan Alat Berat Mars."
Triman langsung mengangkat kepalanya.
Tidak ada seorang pun di Kota Bavaria yang tidak tahu tentang Perusahaan Alat Berat Mars.
Ini merupakan perusahaan konstruksi yang telah membangun sebagian besar infrastruktur dan fasilitas umum di Kota Underground.
Selain itu, Daffar, bos Perusahaan Alat Berat Mars, sudah mengeluarkan banyak uang tahun ini untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin kota.
Pesaing terbesarnya merupakan Kapten Ramma ‘Pasukan Pemindai Permukaan’!
Putra dari bos besar itu ternyata satu generasi dengannya.
Triman yang berasal dari kalangan bawah bergegas bangkit, lalu berkata sambil tersenyum, "Tunggu apa lagi?"
Beberapa saat kemudian.
Di asrama ganda.
Triman menemui Darren.
Pihak lain langsung mengeluarkan anggur yang enak untuk menghibur.
Sesudah 3 gelas, Darren tersenyum, lalu berkata, "Tri, aku membutuhkan sedikit bantuanmu."
Triman merasa tersanjung, "Apa itu Sobat Priyo?"
“Aku ingin memberi pelajaran pada Arjuna.” Wajah Darren telihat tenang.
Triman segera menebak jika ini sepertinya terkait dengan pencalonan Daffar sebagai pemimpin kota.
Bagaimanapun juga, Arjuna direkomendasikan oleh Kapten Ramma.
Dan Ramma merupakan saingan terbesar Daffar!
"Sobat Priyo, apa yang ingin kamu lakukan.” Triman tahu ini merupakan kesempatan langka.
Jadi dia tahu harus berbuat apa.
Meski dia cukup beruntung telah mendaftar, namun tidak mudah untuk menonjol di Pusat Training.
Jika dia bisa melakukan sesuatu untuk Darren.
Di masa depan, dia akan memiliki pendukung, setidaknya tidak perlu khawatir tentang makanan dan pakaian.
Darren menggenggam gelas anggurnya, matanya suram, "Hancurkan dia, lakukan apa pun untuk menghabisinya!"
Triman kaget.
Tidak menyangka jika Darren akan menyuruhnya melakukan sesuatu yang begitu besar!
"Kenapa, tidak berani? Darren menatap samar ke arah pria gemuk itu.
Triman tersenyum samar, "Sobat Priyo, bukankah ini ilegal?"
"Jangan khawatir, selama kamu tidak mengakuinya setelah itu."
"Bahkan jika kamu dimasukan ke penjara, aku bisa mengeluarkanmu."
“Kamu tidak berpikir aku tidak bisa melakukannya kan?”
Darren tertawa, sedikit meyesap anggur di gelasnya.
Di sampingnya.
Juami, Clerik dan yang lainnya juga angkat bicara.
"Tri, Bocah Wiwaha itu memanfaatkanmu sebelumnya pada ujian lapangan, kamu masih ingat kan?”
“Dia pakai darahmu tuk memancing Tungau Srigala mati dengan sendirinya dan lulus dengan mudah.”
“Namun tahukah kamu apa yang orang lain katakan tentangmu?”
"Orang-orang mengatakan kamu benar-benar bodoh untuk dimanfaatkan olehnya dan tidak malu untuk mendaftar Pusat Training."
Saat lukanya dikorek, Triman langsung emosi, dia dengan ganas meneguk anggurnya, berkata dengan suara yang dalam, "Sobat Priyo, aku setuju melakukannya!"
Dan masalah ini diselesaikan.
Sesudah Triman dan yang lainnya pergi.
Teman sekamar Darren.
Seorang pemuda dengan wajah kekanakan bertanya dengan hati-hati, "Sobat Priyo, haruskah kita beri tahu tetua tentang hal ini?"
Darren mengguncang gelas anggurnya dengan lembut, lalu berkata.
“Bocah Wiwaha itu direkomendasikan oleh Ramma.”
"Dia juga mendapat skor tertinggi dalam ujian lapangan."
"Kamu pikir kenapa Ramma melakukan ini?"
"Ramma mau memberitahu semua orang kalau dia punya visi dan dia lah yang bisa memimpin Bavaria menuju kejayaan."
"Jadi aku harus menghadapi cecunguk Arjuna itu."
"Ini bisa dianggap membantu ayahku."
"Selain itu, hanya membunuh bocah liar dari Permukaan."
“Tidak jauh beda dengan menghancurkan serangga, kan?”
“Buat apa memberi tahu orang tua cuma karena mau menghancurkan seekor serangga?”
Mengatakan itu, dia melihat ke arah teman sekamarnya.
Pemuda berwajah kekanakan itu kemudian memujinya, tidak berani menyebut masalah memberi tahu Daffar lagi.
.......
Namun tidak seluruhnya.
Cahaya putih tersebut tenggelam di kedalaman mata merah Arjuna.
Berubah menjadi halus seperti debu, terus berubah menjadi simbol-simbol berwarna putih keperakan.
Menyebar ke sekeliling matanya.
Sesudah beberapa detik, lingkaran simbol-simbol itu tetap.
Tidak lagi berubah.
Lalu cahaya putih mulai pudar, tidak lagi menunjukkan keanehan.
Arjuna membeku selama beberapa saat, secara samar merasa kalau ini berhubungan dengan batu giok putih berbentuk berlian yang diserapnya dalam perjalanan.
Itu karena pola yang sama muncul di batu giok putih itu.
Arjuna ragu, namun karena tidak bisa memahaminya untuk saat ini, dia hanya bisa mengesampingkannya.
Berjalan keluar dari asrama.
Arjuna melihat banyak teman sekelas mengunjungi kamarnya.
Beberapa berseru kaget, beberapa tertawa getir.
Arjuna berjalan menyusuri dinding koridor, ingin pergi ke Divisi Logistik.
Tiba-tiba Arjuna berhenti.
Di hadapannya ada sosok gemuk.
Itu merupakan pria gemuk yang sebelumnya terkena pukulan Arjuna sebelum ujian lapangan.
Pria gemuk itu Triman, dia cukup beruntung karena mendapat 83 poin, menjadi salah satu murid yang lulus.
Da juga menatap Arjuna.
Teringat saat Arjuna memancing Tungau Srigala menggunakan darahnya.
Mendadak emosinya memuncak.
Namun dia menahan diri, menatap tajam Arjuna, lalu masuk ke dalam asramanya.
Asrama itu merupakan kamar berukuran empat kali lipat.
Dengan 2 tempat tidur susun.
Triman langsung melempar barang bawaannya ke ranjang atas, namun dia duduk di ranjang bawah.
Jelas jika dia akan berbagi kamar.
Lalu teman sekamarnya masuk.
Mereka adalah Juami dan Clerik.
Yang mendapat skor 81 dan 85 poin.
Skor mereka bertiga berdekatan, jadi dikelompokkan ke satu ruangan.
Sesudah pintu ditutup, mereka bertiga saling berkenalan.
Lalu Juami yang kurus, mengambil inisiatif untuk bicara, "Triman, apakah kamu bersedia bertemu dengan orang besar?"
Triman sedang tidak mood, jadi dia bertanya dengan marah, “Siapa?"
"Darren Priyo, putra dari bos Perusahaan Alat Berat Mars."
Triman langsung mengangkat kepalanya.
Tidak ada seorang pun di Kota Bavaria yang tidak tahu tentang Perusahaan Alat Berat Mars.
Ini merupakan perusahaan konstruksi yang telah membangun sebagian besar infrastruktur dan fasilitas umum di Kota Underground.
Selain itu, Daffar, bos Perusahaan Alat Berat Mars, sudah mengeluarkan banyak uang tahun ini untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin kota.
Pesaing terbesarnya merupakan Kapten Ramma ‘Pasukan Pemindai Permukaan’!
Putra dari bos besar itu ternyata satu generasi dengannya.
Triman yang berasal dari kalangan bawah bergegas bangkit, lalu berkata sambil tersenyum, "Tunggu apa lagi?"
Beberapa saat kemudian.
Di asrama ganda.
Triman menemui Darren.
Pihak lain langsung mengeluarkan anggur yang enak untuk menghibur.
Sesudah 3 gelas, Darren tersenyum, lalu berkata, "Tri, aku membutuhkan sedikit bantuanmu."
Triman merasa tersanjung, "Apa itu Sobat Priyo?"
“Aku ingin memberi pelajaran pada Arjuna.” Wajah Darren telihat tenang.
Triman segera menebak jika ini sepertinya terkait dengan pencalonan Daffar sebagai pemimpin kota.
Bagaimanapun juga, Arjuna direkomendasikan oleh Kapten Ramma.
Dan Ramma merupakan saingan terbesar Daffar!
"Sobat Priyo, apa yang ingin kamu lakukan.” Triman tahu ini merupakan kesempatan langka.
Jadi dia tahu harus berbuat apa.
Meski dia cukup beruntung telah mendaftar, namun tidak mudah untuk menonjol di Pusat Training.
Jika dia bisa melakukan sesuatu untuk Darren.
Di masa depan, dia akan memiliki pendukung, setidaknya tidak perlu khawatir tentang makanan dan pakaian.
Darren menggenggam gelas anggurnya, matanya suram, "Hancurkan dia, lakukan apa pun untuk menghabisinya!"
Triman kaget.
Tidak menyangka jika Darren akan menyuruhnya melakukan sesuatu yang begitu besar!
"Kenapa, tidak berani? Darren menatap samar ke arah pria gemuk itu.
Triman tersenyum samar, "Sobat Priyo, bukankah ini ilegal?"
"Jangan khawatir, selama kamu tidak mengakuinya setelah itu."
"Bahkan jika kamu dimasukan ke penjara, aku bisa mengeluarkanmu."
“Kamu tidak berpikir aku tidak bisa melakukannya kan?”
Darren tertawa, sedikit meyesap anggur di gelasnya.
Di sampingnya.
Juami, Clerik dan yang lainnya juga angkat bicara.
"Tri, Bocah Wiwaha itu memanfaatkanmu sebelumnya pada ujian lapangan, kamu masih ingat kan?”
“Dia pakai darahmu tuk memancing Tungau Srigala mati dengan sendirinya dan lulus dengan mudah.”
“Namun tahukah kamu apa yang orang lain katakan tentangmu?”
"Orang-orang mengatakan kamu benar-benar bodoh untuk dimanfaatkan olehnya dan tidak malu untuk mendaftar Pusat Training."
Saat lukanya dikorek, Triman langsung emosi, dia dengan ganas meneguk anggurnya, berkata dengan suara yang dalam, "Sobat Priyo, aku setuju melakukannya!"
Dan masalah ini diselesaikan.
Sesudah Triman dan yang lainnya pergi.
Teman sekamar Darren.
Seorang pemuda dengan wajah kekanakan bertanya dengan hati-hati, "Sobat Priyo, haruskah kita beri tahu tetua tentang hal ini?"
Darren mengguncang gelas anggurnya dengan lembut, lalu berkata.
“Bocah Wiwaha itu direkomendasikan oleh Ramma.”
"Dia juga mendapat skor tertinggi dalam ujian lapangan."
"Kamu pikir kenapa Ramma melakukan ini?"
"Ramma mau memberitahu semua orang kalau dia punya visi dan dia lah yang bisa memimpin Bavaria menuju kejayaan."
"Jadi aku harus menghadapi cecunguk Arjuna itu."
"Ini bisa dianggap membantu ayahku."
"Selain itu, hanya membunuh bocah liar dari Permukaan."
“Tidak jauh beda dengan menghancurkan serangga, kan?”
“Buat apa memberi tahu orang tua cuma karena mau menghancurkan seekor serangga?”
Mengatakan itu, dia melihat ke arah teman sekamarnya.
Pemuda berwajah kekanakan itu kemudian memujinya, tidak berani menyebut masalah memberi tahu Daffar lagi.
.......
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved