Bab 10 Tanah Terlarang (1)
by Sam Ramsay
16:49,Dec 25,2023
Kelas pengetahuan umum Jaeger selesai di sore hari.
Arjuna pergi ke kantin.
Dia mengambil makan siangnya dan mencari meja kosong dirinya.
Dia memakan makanannya dengan perlahan.
Kebiasaan ini dia dapat setelah sekian lama tinggal di Permukaan.
Ketika ada krisis kekurangan pangan sepanjang 3 tahun, sudah biasa dia cuma makan sekali sehari.
Karena dia benar-benar lapar, dia pun makan dengan perlahan-lahan.
Lama-kelamaan.
Meski semua makanan di kantin pusat pelatihan saat ini enak, dia masih tidak bisa makan dengan cepat.
"Apa aku boleh duduk di sini?"
Terdengar sebuah suara.
Arjuna menengadahkan kepalanya dan melihat teman sekelasnya, Melvin.
Tanpa menunggu jawaban, pemuda tinggi, kurus dan berpenampilan rapi itu langsung duduk di hadapan Arjuna.
Pemuda itu menjulurkan tangannya.
"Apa kamu mau jadi temanku?"
Arjuna melihat ke arahnya dan lanjut makan.
Melvin pun tidak marah, dia cuma memasang senyum dan mengatakan,"Aku sangat mengagumi keberanianmu, baik saat menyerang maupun membunuh Tungau Srigala."
“Tapi aku lebih kagum lagi pada pengalaman dirimu saat hidup di Permukaan sepanjang 3 tahun, pasti sulit sekali, ya?"
"Yang jelas, kalau aku mungkin tidak akan berhasil bertahan barang setahun, kamu hebat."
Arjuna sejenak berhenti menggerakkan sumpitnya, lalu lanjut makan lagi.
Melvin dalam hati berpikir,"Aku tahu kamu tidak mau punya teman dengan orang lain."
"Waktu aku melihatmu pertama kali, aku merasa kamu itu penyendiri."
"Kamu cuma percaya pada dirimu sendiri."
"Tapi kalau kamu mau jadi Pengendali, kalau mau jadi Divisi Jaeger."
"Kamu butuh teman."
"Di setiap misi, Divisi Jaeger biasanya pergi dalam tim kecil."
“Sekitar tiga sampai empat Jaeger akan dikirim di saat yang sama, jadi kalau kamu mau berhasil menjalani misi, kamu harus bergabung dengan grup."
“Kamu perlu belajar untuk menaruh kepercayaanmu pada orang lain.”
Arjuna mendengarnya, tapi dia diam saja.
Dia tidak mau cuma karena beberapa kata dari Melvin, membuat Arjuna memutuskan berteman dengannya.
Teman.
Untuknya, teman itu seperti barang mewah.
Ada luka di dadanya yang diterimanya dari seorang teman.
Melvin pun memasang senyum, lalu makan.
Ketika makan, dia bicara, "Aku kasih saran."
"Waktu nanti menukar sumber daya pelatihan, jangan tukar 'Pil Muskovit', pertama, itu adalah obat yang digunakan bersama keterampilan menengah dan lanjut."
"Kedua, masing - masing bernilai 5 skor."
"Ketiga, efeknya berkisar 20 % lebih baik daripada 'Pil Calming'."
"Kamu bisa menggunakan 'Pil Calming' bahkan saat sedang melatih keterampilan tingkat menengah, belum terlambat untuk beralih ke 'Pil Muskovit' waktu kamu berlatih keterampilan tingkat lanjut."
“Yang paling penting, 'Pil Calming' bisa ditukar cuma dengan 1 skor, berkualitas tinggi dan terjangkau."
Setelah bicara, Melvin melanjutkan makan dengan tenang, lalu membereskan alat makannya dan bangkit dari kursi, "Aku duluan, aku ada kelas pertarungan siang ini, aku mau kembali dan siap-siap dulu."
Saat dia berbalik, mendadak Arjuna berkata dengan lirih: “Terima kasih.”
Melvin berbalik dan memasang senyum, "Sama-sama."
Arjuna tidak cuma sekedar basa-basi.
Itu tadi seran yang bagus dengan niat baik, sarannya mau dilakukan atau tidak, sudah sepantasnya mengucapkan terima kasih.
Itulah prinsipnya.
Sehabis Melvin pergi, Arjuna menghabiskan makanannya dan hendak pergi.
Seketika seseorang menghampiri, melihat ke arah Arjuna, lalu tertawa,"Apa kamu murid baru yang direkomendasi Ramma?"
Arjuna mengangkat kepalanya, lalu bicara dengan suara dingin, "Dua bulan lagi, kita bertarung sampai mati. Kalau aku belum mati."
Lalu dia berjalan pergi.
Pria itu tercengang untuk beberapa saat, lalu dia teriak, "Tunggu dulu, apa harus begini?"
"Aku tidak akan bertanya lagi."
"Aku tidak mau cari masalah denganmu."
“Jangan langsung memberi tantangan duel maut.”
"Aku tidak mau bertarung!"
“Aku tak mau bertarung hingga mati.”
Arjuna mendengarnya, tapi dia terus jalan keluar dari kantin.
Pria lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Dasar tidak waras."
...........
Seketika, Arjuna sampai ke penjara bawah tanah, sudah 2 minggu sejak dia sampai dipusat pelatihan.
Beberapa hari ini.
Pertama kalinya dia berlatih Ilmu Mata Batin dengan dibimbing instruktur.
Pertama kalinya dia menyaksikan Ilmu Bertarung dan Ilmu Magis.
Pertama kalinya ikuti Latihan Emosi......
Banyak, banyak sekali hal yang dia lakukan untuk pertama kalinya.
Selama 2 minggu belakangan, hidupnya terasa jauh lebih menyenangkan dari seluruh hidupnya selama 18 tahun terakhir.
Dia pun mulai mengerti lebih biak mengenai keterampilan matanya yang sudah bermutasi.
Seperti, dia saat ini tahu apa maksud sinar kuning cerah dan angka-angka pada orang-orang, termasuk dirinya.
Itu mewakili energi dan nilai yang setara.
Di samping itu, Arjuna juga bisa memakai jurus mata yang bermutasi untuk melihat energi langit dan bumi.
Dia mampu menemukan jangkauan dan kepadatan penyebarannya.
Akhirnya.
Dalam latihan Ilmu Mata Batin.
Dia merasa seperti akan menerobos.
Setelah 2 minggu latihan, dia membuat energi menembus tubuhnya.
Yang tersisa sekarang tinggal area kepala dan jantung.
Saat ini.
Di ruang pelatihan.
Arjuna mengambil sebotol obat hirup dengan bungkus luar hijau muda.
'Pil Calming'!
Belakangan, setiap kali Arjuna berlatih dengan 'Pil Calming'.
Obat ini bisa menyebabkan pikirannya jadi tenang, memperkuat hubungan dan reaksinya pada energi, serta meningkatkan efisiensi latihan.
Satu botol 'Pil Calming' cuma bernilai 1 skor.
Arjuna sudah menghabisakan lebih dari 12 skor belakangan.
Dan juga 3 skor yang dia gunakan di hari pertama pendaftaran.
Triman dikurangi 20 skor karena kejadian itu.
Arjuna dapat 98 skor saat masuk.
Dan sisanya tinggal 48 skor saja.
Kalau dibandingkan dengan murid lain yang masuk bersama.
Hanya sedikit murid yang bisa menggunakan 'Pil Calming' setiap latihan.
Sebagian besar orang-orang tidak bisa merasakan kemewahan yang Arjuna punya.
Bahkan sebagian berpikir Arjuna cuma membuang-buang skor.
Arjuna tidak berpikir seperti itu.
Dia bisa dihajar sampai mati dua minggu lagi.
Melawan Darren, yang sumber dayanya lebih banyak dari Arjuna.
Kalau masih mau menyimpan skor saat ini.
Itu bodoh.
Dia menenangkan pikirannya.
Arjuna perlahan menghembuskan napas, lalu membuka ramuan itu dan meletakkannya di mulut.
Dia menarik napas dalam-dalam.
Menyedot semua pil dalam botol.
Arjuna seketika merasa sangat tenang.
Dia bisa merasakan dengan jelas energi yang ada di udara di sekitarnya.
Lalu, dia menggunakan Metode Bernapas.
Dia menarik energi ke dalam tubuhnya bersamaan dengan udara, terus masuk, pertahankan energi dan hembuskan udara.
Waktu terus berlalu.
Perlahan, butir keringar mengucur deras dari kepala Arjuna.
Keringat itu membasahi rambut Arjuna, menetes di garis wajahnya, lalu menyatu di dagu.
Menetes jatuh.
Arjuna merasa semu kulit di tubuhnya diberi nutrisi oleh energi dan jadi semakin kuat.
Terlebih, ada kekuatan yang juga lebih kuat di dalam tubuhnya, yang perlahan meledak.
Kekuatan ini langsung terhalangi.
Seperti ada penghalang tak terlihat yang menghentikannya.
Jadi, semakin semangat dan meledak.
Saat Arjuna menarik napasnya dalam-dalam, dia menyerap lebih bayak energi langit dan bumi.
Arjuna pergi ke kantin.
Dia mengambil makan siangnya dan mencari meja kosong dirinya.
Dia memakan makanannya dengan perlahan.
Kebiasaan ini dia dapat setelah sekian lama tinggal di Permukaan.
Ketika ada krisis kekurangan pangan sepanjang 3 tahun, sudah biasa dia cuma makan sekali sehari.
Karena dia benar-benar lapar, dia pun makan dengan perlahan-lahan.
Lama-kelamaan.
Meski semua makanan di kantin pusat pelatihan saat ini enak, dia masih tidak bisa makan dengan cepat.
"Apa aku boleh duduk di sini?"
Terdengar sebuah suara.
Arjuna menengadahkan kepalanya dan melihat teman sekelasnya, Melvin.
Tanpa menunggu jawaban, pemuda tinggi, kurus dan berpenampilan rapi itu langsung duduk di hadapan Arjuna.
Pemuda itu menjulurkan tangannya.
"Apa kamu mau jadi temanku?"
Arjuna melihat ke arahnya dan lanjut makan.
Melvin pun tidak marah, dia cuma memasang senyum dan mengatakan,"Aku sangat mengagumi keberanianmu, baik saat menyerang maupun membunuh Tungau Srigala."
“Tapi aku lebih kagum lagi pada pengalaman dirimu saat hidup di Permukaan sepanjang 3 tahun, pasti sulit sekali, ya?"
"Yang jelas, kalau aku mungkin tidak akan berhasil bertahan barang setahun, kamu hebat."
Arjuna sejenak berhenti menggerakkan sumpitnya, lalu lanjut makan lagi.
Melvin dalam hati berpikir,"Aku tahu kamu tidak mau punya teman dengan orang lain."
"Waktu aku melihatmu pertama kali, aku merasa kamu itu penyendiri."
"Kamu cuma percaya pada dirimu sendiri."
"Tapi kalau kamu mau jadi Pengendali, kalau mau jadi Divisi Jaeger."
"Kamu butuh teman."
"Di setiap misi, Divisi Jaeger biasanya pergi dalam tim kecil."
“Sekitar tiga sampai empat Jaeger akan dikirim di saat yang sama, jadi kalau kamu mau berhasil menjalani misi, kamu harus bergabung dengan grup."
“Kamu perlu belajar untuk menaruh kepercayaanmu pada orang lain.”
Arjuna mendengarnya, tapi dia diam saja.
Dia tidak mau cuma karena beberapa kata dari Melvin, membuat Arjuna memutuskan berteman dengannya.
Teman.
Untuknya, teman itu seperti barang mewah.
Ada luka di dadanya yang diterimanya dari seorang teman.
Melvin pun memasang senyum, lalu makan.
Ketika makan, dia bicara, "Aku kasih saran."
"Waktu nanti menukar sumber daya pelatihan, jangan tukar 'Pil Muskovit', pertama, itu adalah obat yang digunakan bersama keterampilan menengah dan lanjut."
"Kedua, masing - masing bernilai 5 skor."
"Ketiga, efeknya berkisar 20 % lebih baik daripada 'Pil Calming'."
"Kamu bisa menggunakan 'Pil Calming' bahkan saat sedang melatih keterampilan tingkat menengah, belum terlambat untuk beralih ke 'Pil Muskovit' waktu kamu berlatih keterampilan tingkat lanjut."
“Yang paling penting, 'Pil Calming' bisa ditukar cuma dengan 1 skor, berkualitas tinggi dan terjangkau."
Setelah bicara, Melvin melanjutkan makan dengan tenang, lalu membereskan alat makannya dan bangkit dari kursi, "Aku duluan, aku ada kelas pertarungan siang ini, aku mau kembali dan siap-siap dulu."
Saat dia berbalik, mendadak Arjuna berkata dengan lirih: “Terima kasih.”
Melvin berbalik dan memasang senyum, "Sama-sama."
Arjuna tidak cuma sekedar basa-basi.
Itu tadi seran yang bagus dengan niat baik, sarannya mau dilakukan atau tidak, sudah sepantasnya mengucapkan terima kasih.
Itulah prinsipnya.
Sehabis Melvin pergi, Arjuna menghabiskan makanannya dan hendak pergi.
Seketika seseorang menghampiri, melihat ke arah Arjuna, lalu tertawa,"Apa kamu murid baru yang direkomendasi Ramma?"
Arjuna mengangkat kepalanya, lalu bicara dengan suara dingin, "Dua bulan lagi, kita bertarung sampai mati. Kalau aku belum mati."
Lalu dia berjalan pergi.
Pria itu tercengang untuk beberapa saat, lalu dia teriak, "Tunggu dulu, apa harus begini?"
"Aku tidak akan bertanya lagi."
"Aku tidak mau cari masalah denganmu."
“Jangan langsung memberi tantangan duel maut.”
"Aku tidak mau bertarung!"
“Aku tak mau bertarung hingga mati.”
Arjuna mendengarnya, tapi dia terus jalan keluar dari kantin.
Pria lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Dasar tidak waras."
...........
Seketika, Arjuna sampai ke penjara bawah tanah, sudah 2 minggu sejak dia sampai dipusat pelatihan.
Beberapa hari ini.
Pertama kalinya dia berlatih Ilmu Mata Batin dengan dibimbing instruktur.
Pertama kalinya dia menyaksikan Ilmu Bertarung dan Ilmu Magis.
Pertama kalinya ikuti Latihan Emosi......
Banyak, banyak sekali hal yang dia lakukan untuk pertama kalinya.
Selama 2 minggu belakangan, hidupnya terasa jauh lebih menyenangkan dari seluruh hidupnya selama 18 tahun terakhir.
Dia pun mulai mengerti lebih biak mengenai keterampilan matanya yang sudah bermutasi.
Seperti, dia saat ini tahu apa maksud sinar kuning cerah dan angka-angka pada orang-orang, termasuk dirinya.
Itu mewakili energi dan nilai yang setara.
Di samping itu, Arjuna juga bisa memakai jurus mata yang bermutasi untuk melihat energi langit dan bumi.
Dia mampu menemukan jangkauan dan kepadatan penyebarannya.
Akhirnya.
Dalam latihan Ilmu Mata Batin.
Dia merasa seperti akan menerobos.
Setelah 2 minggu latihan, dia membuat energi menembus tubuhnya.
Yang tersisa sekarang tinggal area kepala dan jantung.
Saat ini.
Di ruang pelatihan.
Arjuna mengambil sebotol obat hirup dengan bungkus luar hijau muda.
'Pil Calming'!
Belakangan, setiap kali Arjuna berlatih dengan 'Pil Calming'.
Obat ini bisa menyebabkan pikirannya jadi tenang, memperkuat hubungan dan reaksinya pada energi, serta meningkatkan efisiensi latihan.
Satu botol 'Pil Calming' cuma bernilai 1 skor.
Arjuna sudah menghabisakan lebih dari 12 skor belakangan.
Dan juga 3 skor yang dia gunakan di hari pertama pendaftaran.
Triman dikurangi 20 skor karena kejadian itu.
Arjuna dapat 98 skor saat masuk.
Dan sisanya tinggal 48 skor saja.
Kalau dibandingkan dengan murid lain yang masuk bersama.
Hanya sedikit murid yang bisa menggunakan 'Pil Calming' setiap latihan.
Sebagian besar orang-orang tidak bisa merasakan kemewahan yang Arjuna punya.
Bahkan sebagian berpikir Arjuna cuma membuang-buang skor.
Arjuna tidak berpikir seperti itu.
Dia bisa dihajar sampai mati dua minggu lagi.
Melawan Darren, yang sumber dayanya lebih banyak dari Arjuna.
Kalau masih mau menyimpan skor saat ini.
Itu bodoh.
Dia menenangkan pikirannya.
Arjuna perlahan menghembuskan napas, lalu membuka ramuan itu dan meletakkannya di mulut.
Dia menarik napas dalam-dalam.
Menyedot semua pil dalam botol.
Arjuna seketika merasa sangat tenang.
Dia bisa merasakan dengan jelas energi yang ada di udara di sekitarnya.
Lalu, dia menggunakan Metode Bernapas.
Dia menarik energi ke dalam tubuhnya bersamaan dengan udara, terus masuk, pertahankan energi dan hembuskan udara.
Waktu terus berlalu.
Perlahan, butir keringar mengucur deras dari kepala Arjuna.
Keringat itu membasahi rambut Arjuna, menetes di garis wajahnya, lalu menyatu di dagu.
Menetes jatuh.
Arjuna merasa semu kulit di tubuhnya diberi nutrisi oleh energi dan jadi semakin kuat.
Terlebih, ada kekuatan yang juga lebih kuat di dalam tubuhnya, yang perlahan meledak.
Kekuatan ini langsung terhalangi.
Seperti ada penghalang tak terlihat yang menghentikannya.
Jadi, semakin semangat dan meledak.
Saat Arjuna menarik napasnya dalam-dalam, dia menyerap lebih bayak energi langit dan bumi.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved