Bab 8 Sistem Tubuh Dewa Tersembunyi (2)

by Sam Ramsay 20:05,Dec 24,2023
Indra sensitif!Tubuh super!Kamuflase!Alam!Misterius!

Dia berbalik, tersenyum dan mengatakan: "Ini ‘sistem tubuh’ yang sudah kami sudah kumpulkan, menganalisis, dan mengklasifikasikan 'dewa tersembunyi'."

Sekarang, beberapa siswa mengangkat tangan: “Guru, aku mau tanya."

"Kenapa Pengendali Jaeger harus berlatih 'Ilmu Mata Batin'?”

“Apa tidak lebih baik memperhatikan pengoperasian Jeager?”

Musica menganggukkan kepalanya: "Pertanyaanmu bagus juga."

"Aku tadinya mau membicarakan ini untuk yang terakhir."

"Karena kamu tanya, aku akan memberi tahu kalian lebih cepat."

“Alasan Pengendali Jaeger harus berlatih 'Ilmu Mata Batin', itu karena ‘Koneksi Pikiran’ Jaeger."

"Sistem ini menyebabkan Jaeger punya koneksi saraf dengan Pengendali."

“Memungkinkan Jaeger bergerak sesuai dengan pemikiran Pengendali.”

"Jaeger itu seperti tubuhmu, kalau otak mengeluarkan perintah, dengan ‘Koneksi Pikiran’ pergerakan bisa sama."

"Selain itu, ‘Koneksi Pikiran’ punya fungsi yang lebih penting."

"Bisa memperbanyak bahkan menguatkan kekuatan serta skill Pengendali."

"Itu artinya, semakin kuat, semakin kaut pula keterampilannya."

"Dan kekuatan dan keterampilan ini tidak cuma bisa direfleksikan oleh Jaeger, tapi juga bisa mencapai ketinggian yang tak terbayangkan."

Musica bicara sambil memasang senyum di wajahnya: “Kalian bisa menganggap Jaeger sebagai 'senjata', semakin kuat orang yang menggenggamnya, semakin kuat 'senjata' yang dimilikinya."

"Selain itu, Kaiju tingkat rendah dan menengah juga bisa dikalahakn dengan senjata, misil, dan lainnya."

"Tapi di tingkat yang lebih tinggi, cuma bisa menggunakan energi untuk bisa menembus pertahanan dan membunuhnya."

“Karena itulah Pengendali perlu berlatih 'Ilmu Mata Batin'.”

Mendengar ini.

Arjuna seketika sadar.

Dia akhirnya paham kenapa Jaeger yang dikendalikan Ramma, bisa langsung meledak dengan sangat cepat saat perjalanan pulang.

Kenapa para prajurit waktu itu bilang itu kemampuan Ramma ‘dewa tersembunyi’, yang hasilnya ditunjukkan oleh ‘Koneksi Pikiran’ melalui Jaeger!

Sehabis menjawab semua pertanyaan para siswa.

Musica melanjutkan penjelasan tentang beda kelima Kategori 'dewa tersembunyi'.

Tidak terasa.

Bel tanda kelas selesai pun terdengar.

Musica baru saja selesai menjelaskan Kategori 'dewa tersembunyi' terakhir.

Dia memasang senyum dan mengatakan: "Kelas hari ini sampai di sini, sore nanti kalian akan mulai berlatih 'Ilmu Mata Batin'."

"Guru Snape akan mengumumkan instruktur yang ditugaskan kepada kalian."

"Jadi, kawan-kawan, sampai jumpa di kelas berikutnya."

Seketika, seorang murid berteriak: "Berdiri, beri hormat."

"Terima kasih, Guru!"

Setelah kelas, ada istirahat selama 10 menit.

Snape Seperus, Pimpinan Instruktur, kembali datang.

Dia mengumumkan instrukstur yang ditugaskan untuk semua orang.

Yang mengejutkan Arjuna Wiwaha, instrukturnya ternyata Snape.

Dan, cuma dia siswanya.

Pelajaran privat!

Menggunakan kesempatan ini, Snape juga mengumumkan tentang masalah Triman tadi malam.

Masalah itu akhirnya dianggap sebagai 'kecelakaan'.

Pihak sekolah memerintahkan Arjuna untuk membongkar semua 'perangkap' yang ada di asrama, supaya kejadian seperti itu tidak terjadi lagi.

Di saat yang sama, keamanan di kawasan asrama akan dibuat lebih kuat demi keamanan para siswa.

Akhirnya.

Arjuna dikurangi 20 poin, sebagai hukuman.

Dia lalu keluar dari kelas.

Baru saja, Arjuna kelaur kelas, dia sudah dihentikan oleh Snape.

"Kamu ikut aku."

Snape langsung berjalan setelah bicara.

Arjuna mau tidak mau ikut.

Sampai di kolam yang tenang.

Snape langsung tanya: "Apa Ramma memberitahumu mengenai 'duel maut'?"

"Apa kamu sengaja menyebabkan Darren marah dan membuatnya menantangmu ‘duel maut’?"

Arjuna tidak menyembunyikan apa pun dan langsung mengangguk.

Dia sudah memikirkannya tadi malam.

Kalau Arjuna menantangnya duel maut, Priyo tidak akan tertipu.

Jadi dia memanfaatkan kelemahan sifat Darren.

Membahas ‘tabu’-nya di depan umum.

Membuatnya marah.

Menantangnya duel maut.

Tapi.

Ketika itu, Arjuna semakin berharap Darren menyerang.

Dengan begitu, dia bisa secara 'tidak sengaja' membunuhnya.

"Sekali dua kali tidak akan jadi masalah."

Snape menggelengkan kepalanya, lalau menatap Arjuna dan berkata, “Apa Ramma memberitahumu, meski kamu menang dalam duel maut, skormu akan dikurangi?"

"Iya." Arjuna menjawab dengan jujur.

Snape bertanya: "Meski begitu, kamu masih mau bertarung?"

"Benar," jawab Arjuna singkat.

Snape tersenyum: "Baik, kalaua begitu, aku tahu cara mengajarimu."

"Sana makanlah, jangan terlambar sore nanti."

Setelah bicara, dia terbatuk dua kali dan langsung pergi.

Arjuna agak kaget.

Dia pikir Snape akan memarahinya, atau mencegahnya.

Ternyata, dia mau cari tahu tujuannya.

Menentukan cara mengajar bagus juga.

"Menarik," kata Arjuna lirih.

Dia lalu ikut petunjuk jalan dan akhirnya sampai di kantin.

Banyak sekali siswa di tempat itu.

Mereka adalah siswa dari tahun pertama dan kedua Pusat Training.

Sepertinya cerita duel maut Arjuna dan Darren sudah tersebar luas.

Begitu dia sampai di sana.

Banyak yang memandang ke arahnya.

Orang-orang melihatnya dengan beragam tatapan.

Arjuna mengacuhkannya dan langsung ke tempat ambil makanan.

Di meja yang dilalui Arjuna, seseorang berseru: "Rojak Sango, lihat, murid baru kelas ini 'sombong' juga."

Pemuda dengan nama Rojak yang sedang memakan nasi, mendongakkan kepala saat mendengarnya, dia bicara dengan nada kesal: "Dia melihat apa pun juga bukan urusanku."

Pemuda itu tinggi dan gagah, wajahnya tampak sangar.

Rambutnya pendek sekali, dan dia terlihat sangat kuat.

Tapi karena banyak nasi di wajahnya, dia terlihat lucu.

Teman di sampingnya tertawa dan mengatakan,"Bukankah Tetua Sango sudah menyebabkan Pimpinan Karna tidak kuat sampai bahkan mengangkat kepala saja susah?"

“Aku ingat kamu terus berteriak kalau Pimpinan Karna lebih baik diluluskan.”

"Kenapa, kamu mengubah pikiranmu?"

Rojak meletakkan mangkuknya ke atas meja dengan keras: "Tidak ada yang berubah."

"Tapi, aku punya prinsip."

"Aku tidak mengganggu siswa baru."

"Kalau dia benar-benar membunuh pria bernama Priyo, aku baru mau bermain dengannya."

Kata seorang siswa perempuan di sisi lain.

"Kalau dia benar-benar membunuh Darren, aku sarankan kamu menyerah saja."

"Hati-hati, kamu terus bermain, lama-lama kamu akan kalah."

Rojak mendengus, tidak menanggapi dan terus makan.

Sore hari.

Arjuna datang ke ruang pelatihan yang diberi tahu.

Snape sudah datang.

Guru ini sepertinya sedang tidak terlalu sehat, dia terus batuk.

Lalu dia mengatakan: “Kamu sudah ‘tercerahkan’, tidak perlu lagi mempelajari 'Formula Ilmu Elemental'."

“Kamu bisa langsung mempraktikkan Ilmu Mata Batin dasar.”

“Ada banyak teknik Ilmu Mata Batin dasar, dan latihan yang akan kuajarkan padamu namanya ‘Visi Gunung Laut’."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

34