Bab 6 Esther Telah Hamil

by Dunica Andrea 15:35,Feb 09,2022
"Kecepatan Nona Sonru dalam mengubah ekspresi wajah cukup mengejutkan ya." Aku menatapnya sekilas dan bersiap untuk pergi ke keluarga Osmandus.

Meskipun Fariz tidak pergi, tapi aku tidak mungkin tidak pergi ke sana.

Ketika baru sampai di depan pintu, aku ditahan oleh Esther. Karena Fariz sudah tidak berada di sini, jadi dia tidak perlu berpura-pura lagi. Dia menatapku dan berkata dengan dingin, "Kapan kamu akan menandatangani perjanjian cerainya?"

Aku tertegun sejenak, tapi aku tersenyum sambil menatapnya dan berkata, "Apakah Nona Sonru sekarang sedang memaksaku untuk bercerai dengan statusmu sebagai pihak ketiga?"

"Kamu yang adalah pihak ketiga!" Sepertinya dia tidak suka dipanggil sebagai pihak ketika oleh orang lain. Raut wajahnya menjadi muram dan dia berkata, " Difa, jika bukan karena kamu, sekarang yang menjadi nyonya di villa ini adalah aku. kakek sudah mati, jadi tidak ada lagi orang yang akan membiarkanmu untuk terus tinggal di sini. Jika aku adalah dirimu, aku akan menandatangi perjanjian cerainya dengan patuh, mengambil uang yang Fariz berikan dan pergi dari sini."

"Tapi sayangnya Nona Sonru bukan aku!" Aku membalasnya dengan dingin dan mengabaikannya. Aku langsung berjalan melewatinya dan bersiap ke bawah untuk meninggalkan sini. Selain Fariz, tidak ada lagi orang yang bisa menyakitiku.

Ketika Esther, yang sudah terbiasa dimanjain, melihatku mengabaikannya, dia merasa kesal dan menahanku lalu berkata, " Difa, kamu tahu malu gak sih? Mas Fariz tidak menyukaimu, jadi buat apa kamu terus berada di sisinya?"

Aku menoleh dan menatapnya. Aku merasa agak konyol dan berkata dengan tenang, "Buat apa kamu merasa cemas ika kamu sudah tahu bahwa dia tidak menyukaiku?"

"Kamu..." Gadis itu sangat marah hingga wajahnya memerah dan tidak tahu harus berkata apa.

Aku mendekatinya dan tersenyum sinis, lalu merendahkan suaraku dan berkata, "Mengenai apa gunanya aku terus berada di sisinya..." Setelah mengatakanya, aku mengatur nada suaraku dan berkata dengan santai, "Kemampuannya begitu hebat. Menurutmu, apa gunanya?"

" Difa, kamu sungguh tidak tahu malu!" Esther menjadi sangat marah. Tanpa memedulikan semuanya, dia mengangkat tangan untuk mendorongku. Belakang aku adalah tangga dan tanpa kusadari, aku menjauh darinya untuk menghindari dorongannya.

Tapi tidak kusangka, Esther tidak berdiri dengan baik dan langsung jatuh dari tangga.

"Ah..." Terdengar jeritannya yang menyayat hati di ruang tamu. Aku terkejut dan sebelum tersadar kembali,

Tubuhku telah didorong oleh sebuah aura yang dingin, lalu aku melihat Fariz segera menuruni tangga untuk melihat Esther yang sudah terbaring di lantai.

Di bawah, Esther terus meringkuk. Raut wajahnya pucat dan dia terus memegangi perutnya yang kesakitan, lalu dia berteriak pelan, "Anak, anakku."

Darah segar mengalir dari tubuh bagian bawahnya dan menodai karpetnya. Aku tercengang. Apakah dia...telah hamil?

Apakah itu adalah anak Fariz ?

" Mas Fariz, anak, anak..." Esther memegang lengan baju Fariz dan terus mengulangi kata-katanya.

Dahi Fariz berkeringat dan wajahnya yang tampan terlihat sangat murung.

"Jangan khawatir. Anak ini akan baik-baik saja." Dia menghibur Esther, lalu menggendongnya dan melangkah keluar.

Fariz berjalan beberapa langkah dan tiba-tiba berhenti. Wajahnya tidak terlihat senang dan matanya menyala karena marah. Aku merasakan amarah yang dia tahan di dalam suaranya, " Difa, hebat sekali kamu."

Ketidakpedulian, kebencian dan kemarahan. Semuanya tercampur aduk di dalam kata-kata singkat tersebut.

Aku tertegun di tempat. Untuk sesaat, aku sama sekali tidak tahu apa yang harus kulakukan!

"Apakah kamu tidak berencana untuk memberikan penjelasan?" Terdengar sebuah suara dari belakangku. Aku tertegun sejenak, lalu mengangkat kepalaku dan melihat Kenz. Aku tidak tahu sejak kapan dia berada di sini.

Aku menekan perasaan gelisah di dalam hatiku dan berkata dengan tenang, "Apa yang harus aku jelaskan?"

Pria itu mengerutkan alisnya, "Apakah kamu tidak khawatir jika dia mengira bahwa kamu yang mendorong Esther ?"

Aku menundukkan kepala dan merasa sedih, "Tidak penting aku mendorongnya atau tidak. Yang paling penting adalah Esther miliknya telah terluka. Pada akhirnya, harus ada seseorang yang bertanggung jawab atas masalah ini."

"Ternyata kamu pintar juga ya." Kenz menuruni tangga dan melangkah keluar dari villa sambil membawa peralatan medisnya.

Sepertinya dia akan pergi ke rumah sakit untuk merawat Esther.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

170