Bab 14 Menurutmu Kenz Akan Menyukaimu?

by Dunica Andrea 15:58,Feb 09,2022
Mengetahui Fariz marah. Aku membisikkan selamat tinggal kepada Madina. Lalu berjalan ke arah Fariz sambil menundukkan kepala dan berkata, “Terima kasih!”

Fariz melirikku dengan dingin, matanya hitam dan dalam. Tidak bisa melihat emosinya,“Masuk mobil.”Ujar dia.

Aku tidak berani mengatakan apa-apa, hanya bisa masuk ke mobil dengan patuh.

Ketika mobil melaju hampir setengah perjalanan. Aku menerima pesan dari Madina yang mengatakan dirinya sudah sampai di rumah. Aku membalas pesannya untuk istirahat lebih awal. Kemudian melihat pemandangan di luar jendela mobil bahwa kami juga segera tiba di vila.

Aku melihat pria di sampingku. Ekspresinya sedingin biasanya. Jika Fariz tidak mengambil inisiatif untuk berbicara, aku tidak akan banyak berbicara.

Fariz menghentikan mobil di lantai bawah vila dan langsung masuk ke vila. Aku mengikuti di belakangnya,“ Fariz,aku pikir kamu mabuk. Makanya menelepon Dokter Sumail. Aku tidak ada maksud lain.”Ujarku setelah berpikir sejenak.

Meski penjelasan ini sedikit berlebihan. Tetapi aku tetap mengatakannya. Aku tahu meski aku mengatakannya. Fariz juga tidak akan peduli.

Fariz menghentkan langkahnya dan menatapku. Dia memicingkan matanya,“Maksud lain? Menurutmu Kenz akan menyukaimu?”Ujar dia dengan pelan.

Kata-katanya langsung membuatku membisu hingga tidak dapat mengatakan apa-apa.

Ya, yang pertama adalah Kenz adalah sahabat Fariz. Dan kedua, aku istri sah Fariz. Sekalipun bukan, Kenz juga tidak akan menyukaiku.

Bagi Fariz, aku hanyalah debu rendahan di tanah. Jika bukan karena kakek Osmandus kasihan padaku. Aku yakin diriku tidak pantas bertemu Fariz, apalagi menikah dengan dia.

Melihat aku tidak berbicara. Fariz kembali menatapku dengan dingin dan bersiap naik ke atas.

Setelah berjalan beberapa langkah, Fariz tiba-tiba berhenti. Dia menoleh dan menatapku, “Pergi ke Paragon Square beli camilan malam.”

Aku tercengang. Kenapa dia tidak mengatakannya di jalan tadi? Dari sini ke Paragon Square sangat jauh. Selain itu, ini sudah subuh. Aku ke kota untuk membelikan dia camilan malam?

“Apakah harus makan hari ini? Ini sudah subuh, mungkin sudah tutup?”

“Buka 24 jam!”Ujar Fariz langsung naik ke atas tanpa memberiku kesempatan untuk mengatakan lebih banyak.

Fariz sama sekali tidak ingin makan camilan malam. Dia ingin mengerjaiku.

Pada akhirnya, tetaplah aku yang ditindas. Setelah terdiam sejenak, aku bersiap-siap mengendari mobil meninggalkan vila.

Saat ini sedang musim hujan, udara di luar panas dan lembab, dan ada kemungkinan akan hujan. Awalnya aku berencana mengendarai mobil jip Fariz. Tetapi Fariz mengambil kunci mobil itu ke ruang belajar. Aku tidak punya pilihan selain pergi ke garasi dan mengendarai mobil dengan sasis yang lebih rendah.

Pukul satu dini hari, aku mengelilingi kota untuk membeli camilan tengah malam. Awalnya aku mengira diriku beruntung karena tidak hujan.

Tetapi begitu keluar dari Paragon, langit mulai turun hujan deras, guntur dan kilat menyambar.

Sepanjangan perjalanan pulang, banyak terowongan dan jalan di Badung banjir selama musim hujan. Karena itu, aku sengaja menghindari terowongan. Meski jaraknya jauh, itu tidak akan banjir.

Tetapi perhitunganku meleset. Aku tidak menyangka mobil akan mogok di tengah jalan. Karena mengemudi dengan lambat dan jarak ke vila masih jauh, ditambah di sini sepi dan hujan lebat. Jadi sulit untuk menemukan taksi.

Melihat baterai ponselku hampir habis. Aku tidak mempunyai pilihan selain menelepon Fariz.

Telepon berdering beberapa kali dan tidak ada yang menjawab. Terlihat jelas ponsel Fariz pasti dimatikan. Aku hanya bisa mencari payung di dalam mobil dan keluar mencari camilan malam. Sekalian berjalan pulang.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

170