Bab 7 Part 7

by Dinda Tirani 20:22,May 08,2024
Kulakukan tugasku pada bukit yang sedari tadi memainkan dirinya sendiri. Aku menjulurkan lidah, menangkap gundukan yang lebih besar dibaliknya. Ia diam. Kini giliranku. Kuukur kedalaman menggunakan lidahku. Basah. Basah sekali. Kumainkan, kususuri tiap jengkalnya. Dalam sekali. Lidahku tak menjangkau seluruhnya.

"Ahhhhhh Terussss massss," siap-siaplah dengan racauannya yang tak terkendali.

Tak kupedulikan, kumainkan terus lidahku. Kucari klitorisnya. Kucari titik lemahnya. Ketemu!. Ia makin menggelinjang. Didorongnya kepalaku. Aku tak bisa nafas. Tapi enak.

"Aduh Massss. Kamu harus tanggung jawab ohhhhhh"

"Shhhh toloooong aaahhhh"

"Aauhhh gimana ini ohhh Masss"

"Lebih dalem... ayoooh... lebih dalemm"

"Ohhhhh ampun masshhh"

Ia menarik tubuhnya. Tergesa-gesa, ia buka celanaku. Semuanya. Aku telanjang bulat. Si Johny sudah dari tadi berdiri tegak. Ia siap. Kapanpun.

Kali ini kuputuskan mengikuti permainannya. Aku ingin melihat seberapa liar Dokter Cantik ini. Doakan aku bisa bertahan lama.

Ia menaiki tubuhku. Digenggamnya si johny, ia tak ingin apa-apa lagi selain bercinta. Mempertemukan si johny dengan bukit lebat nan basah miliknya. Aku belum memberinya nama. Lain kali saja, kami akan membahasnya kemudian.

Digeseknya si johny. Vaginanya basah sekali. Nafsunya sudah tak terbendung. Gerakannya tak karuan. Aku pasif. Kubiarkan ia mengeksplorasi.

"Oooohhhhhhhhhhh Sialaaaan" ia melenguh, mengumpat bersamaan dengan masukknya penisku ke vaginanya.

Hangat. Hangat sekali. Kami diam. Ia menyesuaikan diri. Begitupun aku. Kami jatuh pada kenikmatan masing-masing. Kubelai punggungnya. Mulus. Dan basah. Tubuhnya mulai bergerak. Mencari titik kenikmatannya sendiri. Meliuk-liuk. Ketemu!

"Massss shhh ohhhh" ia bergerak maju mundur. Penisku terasa habis. Masuk seluruhnya.

Kini mulutku bekerja. Ia menangkap gunung kembar bulat itu. Tak perlu kuceritakan detilnya, kalian pasti sudah tahu. Ia kelojotan. Bergerak tak beraturan.

"Oh my goddd ohhhh"

"Shhhh enak massss"

"Kenapaa ohhh kontolmu enak sih masss ohhhh"

"Kontolmu enaak ohhhh kecil tapi mantaaap ohhhhh aaaahhh"

Mulutnya mulai tak terkontrol. Pernyataan terakhirnya cukup menghancurkan konsentrasiku. Satu sisi aku sakit hati. Ya memang penisku tak besar dan panjang. Tapi ya tak terima sebenarnya dibilang kecil. Di sisi lain tentu bangga dong. Kecil begini ternyata membuatnya ampun-ampunan.

Anehnya. Tak ada dorongan si johny ingin mengeluarkan isinya. Ini kemajuan pesat. Dengan goyangan dokter Ara yang maha dahsyat, aku masih bisa bertahan.

Dokter Ara tetap asyik dengan pencarian kenikmatannya. Sesekali kubantu dengan sodokan dalam. Atau memutar penisku. Tindakan ini cukup ampuh membuatnya berdesir. Aku tetap fokus menggarap payudaranya. Susah untuk melewatkan benda satu itu.

Tubuh di atasku makin tak terkontrol. Aku tak tahu sudah berapa lama ia memainkan vaginanya. Yang jelas kami cukup berkeringat.

"Massss ohhhhhh"
"Bu dokter shhhh" alu melenguh juga, tak kuasa menahan gerakan memutarnya
"Aku pengen ohhhh shhhh" ia tak menyelesaikannya kalimatnya

Ia memegang pundakku. Tubuhnya mendongak. Gerakannya makin liar. Bokongnya maju mundur. Menggesek penisku dengan kecepatan tinggi. Kini berganti naik turun. Penisku lepas. Sialan.

"Ahhhh shitttt" ia mengumpat lagi.

Terburu-buru, dimasukkannya lagi si johny. Digoyangnya lagi. Naik turun. Cepat. Naik lagi. Turun lagi. Memutar. Ia tak terkontrol. Bokongnya memutar. Penisku terpelintir. Ia tak peduli. Aku juga. Ini nikmat sekali. Lebih nikmat dari makanan apapun yang pernah kumakan. Ini nikmat jenderal. Ia belum selesai. Goyang lagi. Maju lagi. mundur lagi. Oh ini luar biasa. Ia memutar. Cepat sekali. Lebih cepat dari tadi. Memutar lagi. Tangannya menekan dadaku. Kepalanya mendongak. Bokongnya masih berputar. Ia menghentak.

"OOOOOOHHHHHHHH"

Sial. Dadaku dicakar. Ini nikmat. Tapi sakit juga. Posisinya sudah tak karuan. Rambutnya acak-acakan. Dan. Yes. Aku berhasil membuatnya orgasme lebih dulu. Aku berhasil. Ah. Kali ini aku harus sombong. Aku harus sombong!

Tubuh Dokter Ara ambruk. Tak ada tenaga lagi sepertinya. Nafasnya tersengal. Ia memelukku. Erat sekali. Nafasnya masih tak teratur. Kacau. Aku belum orgasme. Tumben. Dan si johny masih tegak sekali di dalam sana. Makin angkuh saja ia dengan keberhasilannya kali ini. Rupanya ia belajar banyak dan cepat.

Kami masih tak bergerak. Aku tak memburu apapun selain kebahagiaannya. Aku memang ingin memuaskannya. Kesanku harus gemilang. Aku tak memiliki kelebihan apapun, maka harus kucari di sisi lain. Dan ternyata, malam ini aku memuaskannya. Kurasa begitu. Nanti kutanyakan pada dokter Ara.

"Aku nggak tahu kenapa bisa kayak tadi, Mas. Aku nafsu banget," ia bersuara, dengan nafas masih tak teratur.

"Suka?" tanyaku

Ia mengangguk. Tak ada kalimat lagi. Posisi kami masih sama.

"Kamu belum ya?" sempat-sempatnya ia tanya begitu.

Ia bangkit. Tersenyum. Penisku masih di dalam vaginanya.

"Ini kelebihanmu," ia memujiku lagi.

"heh?" aku mengonfirmasi pekataannya.

"Penismu keras banget. Dan bentuknya pas," dia mengatakannya sambil tersenyum dan bangkit dari tubuhku.

Kini aku mulai membanggakan bentuk penisku yang mengacung ke atas jika ereksi. Dulu kupikir ini kelainan. Ternyata ini bisa jadi kelebihan. Aku bangga padamu johny.

Dokter Ara berlutut di depanku. Pertunjukan belum selesai. Dan memang harusnya begitu. Berlumur lendir miliknya, ia masukkan si johny ke mulutnya. Shit. Rasanya luar biasa. Ia keluarkan seluruh kemampuannya. Sepertinya ia cukup penasaran untuk bisa membuatku ejakulasi dengan oral. Mari kita lihat.

Lidahnya terus bermain-main. Aku tak tahu bagaimana ia belajar sampai memiliki kemampuan sehebat ini. Sebagai dokter, jelas ia mempelajari titik-titik sensitif alat vital. Tapi tekniknya sungguh luar biasa. Variasi gerakannya juga bermacam-macam. Ia tak menggunakan tangannya sama sekali.

Lidah itu terus bermain. Menyokong bibir yang juga tak kalah lihai. Keluar masuk penisku. Dijilati ujungnya. Lalu ke bawah. Buah zakar tak ketinggalan. Ke atas lagi. Masuk lagi. Mulut itu mengayun lagi.

"Dokkk shhhh" aku mulai kebingungan mencari cara menahan ejakulasi

Ia tak bergeming. Terus saja bermain-main.

"Oooohhhhhhhh" kujambak rambutnya. Tanpa aba-aba, ia melakukan deep throat. Dalam sekali. Penisku habis dimakannya.

Selesai mengejutkanku. Ia mainkan lagi. Mulutnya naik turun lagi. Ampun. Aku sepertinya tak kuat lagi. Ia makin cepat. Tanpa tangan. Hanya dengan bibir, dan lidah. Aku kian tak tenang. Ia membaca itu. Temponya dipercepat. Keluar. Masuk. Jilat. Deep throath. Lebih cepat. Makin cepat. Kupegang kepalanya. Kujambak rambutnya. Kutekan. Ia melakukan deep throath lagi. Dan...


"OHHSSSS DOOOKKK"

Aku melayang. Jantungku lepas. Tubuhku entah ada dimana. Gila. Ini tak bisa digambarkan. Aku tak tahu apa yang terjadi di bawah sana. Aku ambruk. Aku hanya memperdulikan kenikmatanku. Aku melayang.

Sekian detik kemudian. Penisku ngilu. Bibir itu belum beranjak dari sana. Diperasnya, hingga tak ada sisa, mungkin.

"Auwww ngilu dokk" aku meringis.

Ia menatapku. Tersenyum. Sialan. Kini ia yang menang. Kita 1-1.
Dokter Ara bangkit. Berdiri dengan jari telunjuk di mulutnya. Nakal sekali. Ia tersenyum. Matanya menatapku. Kalau tak lemas, sudah kuterjang tubuhnya. Sambil menggoyangkan tubuhnya, meliuk-liuk bak model papan atas, ia mengambil minum. Diteguknya air di botol untuk menghilangkan dahaga dan sisa spermaku. Ia telan semua. SEMUA! Kulirik si johny, tak ada sisa disana. Ia berbalik, nampak puas sekali. Menghampiriku, menyodorkan botol. Kutenggak hingga habis.

"Capek ya, Pak? Habis ngapain?" sialan. Ia menggodaku.

Kubalas dengan wajah geram. Tenagaku masih belum cukup untuk membalasnya.

Dokter Ara mendekat. Ia menelungkup, memeluk tubuhku. Kami tetap tanpa sehelai benang pun. Kubelai rambutnya yang masih tak karuan bentuknya. Kami puas. Kami sama-sama puas.

Tiap manusia sepertinya punya beberapa kepribadian. Atau apalah namanya. Tadi, kulihat sisi lain dari Dokter Ara. Ia ternyata seliar itu. Entah ketika denganku saja atau dengan orang lain ia juga seperti ini. Nanti saja kutanyakan. Aku masih ingin menikmati momen ini. Dan entah bagaimana nasib makanan yang sudah kami beli tadi.



Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

402