Bab 11 Part 11
by Dinda Tirani
20:31,May 08,2024
"Aku nggak nyangka bisa melakukannya, Mas" setelah beberapa waktu, aku tak tahu berapa lama suasana hening, Dokter Ara membuka suara. Nafasnya sudah mulai teratur.
Dokter Ara bangkit. Dengan wajah basah kuyup, aku menerima ciumannya yang nampak gemas.
"Tapi jadi basah semua, maaf ya" ia memasang wajah menggemaskan. Kubalas dengan senyum sedikit sinis. Tak terima, dilahap lagi bibirku.
Kami berguling-guling mencari bagian ranjang yang tak terkena cairan vaginanya. Ia masih memakai kemeja yang tadi, aku sudah telanjang bulat. Ia tahu, aku belum orgasme, dan yang aku suka, ia orang yang sangat fair. Tangannya sudah pada posisinya, membelai, menyusuri tiap bagian si johny. Nafsunya seperti tak pernah habis. Matahari mulai hilang, langit berangsur gelap. Kami tak peduli, yang ada di pikiran kami hanya kepuasan dan kepuasan.
Dokter Ara sudah pindah posisi. Kini ia siap mengerjai si johny lagi. Kulirik, ia meludahi payudara bulat miliknya. Sejurus kemudian, si johny sudah berada diantaranya. Ah, ada yg baru lagi. Ia pintar memuaskan laki-laki memang. Dimintanya aku duduk, dan ia mulai beraksi. Dijepitnya si johny, ia mulai naik-turun. Ini sih hampir tak ada bedanya, rasanya seperti gesekan vagina dengan bentuk berbeda. Payudaranya yg besar jelas ikut andil. Penisku seperti dijepit dua gunung namun kenyal dan memabukkan. Aku merem melek, ia tak peduli, terus saja memainkan penisku. Adegan ini tak berlangsung lama, kutarik tubuhnya berdiri, aku sudah tak tahan. Kucium bibirnya, tak lupa payudara bulat itu juga kumainkan. Satu tanganku lainnya memeriksa vaginanya, dan tetap basah. Aku rasa ia siap kapanpun.
Kami seperti sudah saling paham keinginan masing-masing. Ia posisikan diri menghadap tembok, menungging. Gila. Aku belajar posisi baru lagi. Belum pernah aku bercinta dengan posisi seperti ini. Mari kita coba saja.
Kuelus bokong mulus itu dan sedikit memainkan vaginaya dengan jari tengahku. Dokter Ara mendesah, menggoyangkan pinggulnya keenakan. Tanganku yang lain jelas mendarat ke payudaranya. Mereka bekerja sama memanaskan mesin, demi kelancaran si johny. Tak tahan, Dokter Ara mencari-cari si johny. Tertangkap, dimasukkannya pelan-pelan menuju liang surganya. Sedikit kesulitan, kami mencari posisi yang pas. Terasa basah sekali vaginanya, kugesek-gesek, ia meringis. Perlahan-lahan, kumasukkan penisku, pelan, pelan, tekan.
"OOOOHHHHHHH" Dokter Ara melenguh, penisku sudah amblas di vaginanya.
Kami masih diam. Menyesuaikan penisku di vaginanya. Dengan posisi ini, vagina Dokter Ara lebih terasa jepitannya. Aku tak yakin bisa bertahan lama. Ini akan menjadi sensasi baru.
Mulai kuayun penisku, demikian juga dengan Dokter Ara. Ia tak mau kalah. Aku memegangi bokongnya. Sambil terus mengayun. Kecepatan konstan.
"Masss ohhhh" ia mulai berisik seperti biasa.
"Kenapa jadi lebih sempit gini, Dok" kupancing ia dengan pertanyaan nakal.
"Ahh. Emang gini ohh kalau posisi ini aaahhh" iseng kenaikkan tempoku ketika ia berbicara.
Tak kujawab, kecepatan kunaikkan. Ia mulai tak bisa mengontrol diri. Aku heran juga kenapa masih bertahan. Sambil kumainkan payudaranya, kutarik tubuh Dokter Ara sedikit naik, ia tak lagi menungging. Kugenjot terus. Ia mulai berteriak.
"Oohhhhhh enak massss"
"Ohhh mainin pentilku mainin ohhhh ssshhh"
"Iya gitu aaaah massss ohhh"
"Awwww tanganmu ohhhhh massss"
Aku sengaja memainkan klitorisnya. Si johny tetap memompa, klitorisnya dalam penguasaan jari-jariku. Ia nampak kesulitan menahan tubuhnya. Terlalu nikmat mungkin. Vaginanya sudah tak karuan bentuknya.
"OOOOHHHHHHHHHHHH" vaginanya menyembur lagi. Ia squirt lagi.
Penisku terlepas. Kami ngos-ngosan. Tak lama, kumasukkan lagi penisku. Kugenjot lagi. Tempo kunaikkan. Ia masih dalam posisinya. Lebih cepat. Lebih cepat. Dan serrrrr. Lagi. Begitu terus kami ulangi. Lepas. Masuk lagi. Genjot lagi. Sembur lagi. Lantai sudah ikut banjir, seperti vaginanya. Begitu terus. Kami mengulanginya hingga 5 kali dan aku makin tak kuat menahan orgasme. Kugenjot lebih cepat. Tubuhku membungkuk, mencari-cari bibirnya. Kami berciuman meski agak kesulitan. Aku tak peduli ia squirt lagi atau tidak, aku harus segera mengeluarkan spermaku. Benar-benar kecepatan tinggi, posisi tubuh kami juga tak karuan.
"Oohhh Bu Dokter aahh" aku mulai mengerang
"Terus masss ohhhhh jangan dilepas"
"Kamu binal Ohhhh shhhh"
"Terus mass shhh aku mau pejuhmu ohhhh aku mau kontolmu ohhhh"
Aku tak mampu berbicara lagi. Fokus. Genjot. Genjot. Genjot. Ada yang ingin keluar sepertinya.
"Bu Dokter ohhhh Dokk aaah aahhh OOHHHHHHHHHHHH" kuhentakkan penisku. Aku tak peduli apakah ia nyaman atau tidak. Nafsu sudah tak karuan lagi. Pandanganku gelap. Aku goyah. Semoga saja tubuh ini tak ambruk.
"Masssssss Ohhhhhhhh" samar-samar kudengar ia juga berteriak. Mungkin ia orgasme juga, aku tak tahu.
Kami limbung. Entah bagaimana caranya, kami ambruk di sofa. Masih dalam posisi tadi, aku menindih Dokter Ara dengan ia membelakangiku. Penisku sudah lepas dari sangkarnya. Setelah itu, aku tak ingat apa-apa lagi.
Nampaknya kami tertidur setelah pertempuran yang melelahkan tadi. Aku membuka mata dengan sangat berat. Posisi kami sudah berubah. Masih membelakangiku, tapi ia tak kutindih lagi. Tubuh kami masih lekat, menelungkup. Setengah sadar, kukecup tengkuknya. Aku tak tahu ia sudah bangun atau belum.
"Mas, aku laper" ah ia sudah bangun ternyata.
"Jam berapa ini?" aku berusaha memulihkan kesadaran.
"Nggak tahu," ya memang tak ada alat penunjuk waktu di sekitar kami, dan terlalu malas untuk mengambil hape kami masing-masing.
"Lengket banget ya Dok" aku sengaja memancing candaan.
"Uh banget. Nggak tahu tuh kondisi kamar kayak gimana. Gara-gara kamu nih," ia mencubit lenganku.
"Aku? Siapa tadi yg bikin banjir?" aku menggodanya.
"Kamu! Kamu yang bikin aku banjir," ia kembali mencubitku.
Kami tertawa. Puas sekali rasanya. Ada pengalaman baru. Ada kenikmatan baru. Kami melampaui batas diri masing-masing. Aku tak menyangka bisa membuatnya squirt dan bertahan cukup lama dalam persetubuhan tadi. Ia pun begitu. Ternyata, selama ini ia penasaran dengan squirt dan selalu gagal saat mencoba. Baik sendiri maupun dengan laki-laki. Dan ia mendapatkannya dariku. Satu hal lagi yang dapat kubanggakan perihal kemampuan seksku. Membuat wanita squirt. Tapi kemampuan masih perlu uji coba lebih lanjut. Harus dibuktikan dengan wanita-wanita lain juga Hehehe.
Kami memutuskan keluar mencari makan. Tentu setelah mandi. Bayangkan, entah cairan apa saja yang ada di tubuh kami. Mulai dari keringat, air liur, hingga cairan vagina Dokter Ara. Dan memberi kesempatan kepada housekeeping apartmen untuk membersihkan kamar kami. Aku tak peduli apa yang ada di pikirannya. Pasti mereka juga paham.
Kembali ke hotel, kami memutuskan untuk tidur. Rasanya tak ada tenaga lagi untuk bercinta setelah habis-habisan petang tadi. Setelah dikalkulasi, 2 jam lamanya kami bercinta. Saling memuaskan, saling mencari kenikmatan. Selalu ada pengalaman baru ketika bersetubuh dengan Dokter Ara. Hari ini aku belajar membuatnya squirt, dan ini juga pengalaman pertama baginya. Kami juga mencoba posisi doggy style, yang ternyata cukup nikmat meski amat melelahkan. Apalagi dilakukan dengan setengah berdiri. Petualangan bersama Dokter Ara benar-benar menakjubkan.
Aku tak akan menceritakan lagi detil persetubuhan kami selama 2 hari kemudian. Kami justru hanya bercinta 2 kali setelahnya. Dengan variasi gaya yang sudah kami coba sebelumnya. Tidak ada yang baru, tapi kenikmatannya tetap luar biasa. Kami lebih banyak jalan-jalan menikmati Kota S dan bermesraan di kamar. Berbincang tentang apapun, kami mengenal diri masing-masing lebih dekat. Aku akhirnya tahu bahwa sebenarnya ia puas-puas saja dengan permainan seks suaminya. Namun ia memang tipe wanita petualang yang selalu ingin merasakan sensasi lain dalam bercinta. Suaminya juga mengakui betapa besar nafsu yang dimilikinya hingga seringkali kewalahan melayani.
Aku rasa aku juga begitu jika jadi suaminya. Ia tak tahu apakah suaminya curiga atau tidak selama mereka berjauhan bagaimana Dokter Ara memenuhi kebutuhan biologisnya. Rutin seminggu dua kali mereka melakukan video call yang tentunya ada agenda saling memuaskan di dalamnya. Kata Dokter Ara, sebenarnya ia tak terlalu suka, tapi ini dilakukan untuk meminimalisir kecurigaan suaminya karena sang suami paham besarnya nafsu yang ia miliki. Hubungan yang aneh. Dan inilah pelampiasannya.
Bersambung
Jangan lupa baca cerita enak lainnya.
- Hasrat Liar Sang Istri
- Harta Tahta Janda
- Gairah Wanita Idaman
- Asmara Dalam Asrama
- Sang Penjajah Wanita
- Hasrat Janda Anak Satu (TamaT)
- Pesona Liar Sang Pelakor (TamaT)
- Ada Nikmat Di Pesantren (TamaT)
- Pacarku Berubah Cantik (TamaT)
- Gairah Liar Nayla (TamaT)
- Lorong Hitam Kenikmatan (TamaT)
- Kenikmatan Sang Perawan (TamaT)
- Hasrat Nikmat Di Sekolah (TamaT)
Dijamin Nikmat dan Enak Dibaca
Dokter Ara bangkit. Dengan wajah basah kuyup, aku menerima ciumannya yang nampak gemas.
"Tapi jadi basah semua, maaf ya" ia memasang wajah menggemaskan. Kubalas dengan senyum sedikit sinis. Tak terima, dilahap lagi bibirku.
Kami berguling-guling mencari bagian ranjang yang tak terkena cairan vaginanya. Ia masih memakai kemeja yang tadi, aku sudah telanjang bulat. Ia tahu, aku belum orgasme, dan yang aku suka, ia orang yang sangat fair. Tangannya sudah pada posisinya, membelai, menyusuri tiap bagian si johny. Nafsunya seperti tak pernah habis. Matahari mulai hilang, langit berangsur gelap. Kami tak peduli, yang ada di pikiran kami hanya kepuasan dan kepuasan.
Dokter Ara sudah pindah posisi. Kini ia siap mengerjai si johny lagi. Kulirik, ia meludahi payudara bulat miliknya. Sejurus kemudian, si johny sudah berada diantaranya. Ah, ada yg baru lagi. Ia pintar memuaskan laki-laki memang. Dimintanya aku duduk, dan ia mulai beraksi. Dijepitnya si johny, ia mulai naik-turun. Ini sih hampir tak ada bedanya, rasanya seperti gesekan vagina dengan bentuk berbeda. Payudaranya yg besar jelas ikut andil. Penisku seperti dijepit dua gunung namun kenyal dan memabukkan. Aku merem melek, ia tak peduli, terus saja memainkan penisku. Adegan ini tak berlangsung lama, kutarik tubuhnya berdiri, aku sudah tak tahan. Kucium bibirnya, tak lupa payudara bulat itu juga kumainkan. Satu tanganku lainnya memeriksa vaginanya, dan tetap basah. Aku rasa ia siap kapanpun.
Kami seperti sudah saling paham keinginan masing-masing. Ia posisikan diri menghadap tembok, menungging. Gila. Aku belajar posisi baru lagi. Belum pernah aku bercinta dengan posisi seperti ini. Mari kita coba saja.
Kuelus bokong mulus itu dan sedikit memainkan vaginaya dengan jari tengahku. Dokter Ara mendesah, menggoyangkan pinggulnya keenakan. Tanganku yang lain jelas mendarat ke payudaranya. Mereka bekerja sama memanaskan mesin, demi kelancaran si johny. Tak tahan, Dokter Ara mencari-cari si johny. Tertangkap, dimasukkannya pelan-pelan menuju liang surganya. Sedikit kesulitan, kami mencari posisi yang pas. Terasa basah sekali vaginanya, kugesek-gesek, ia meringis. Perlahan-lahan, kumasukkan penisku, pelan, pelan, tekan.
"OOOOHHHHHHH" Dokter Ara melenguh, penisku sudah amblas di vaginanya.
Kami masih diam. Menyesuaikan penisku di vaginanya. Dengan posisi ini, vagina Dokter Ara lebih terasa jepitannya. Aku tak yakin bisa bertahan lama. Ini akan menjadi sensasi baru.
Mulai kuayun penisku, demikian juga dengan Dokter Ara. Ia tak mau kalah. Aku memegangi bokongnya. Sambil terus mengayun. Kecepatan konstan.
"Masss ohhhh" ia mulai berisik seperti biasa.
"Kenapa jadi lebih sempit gini, Dok" kupancing ia dengan pertanyaan nakal.
"Ahh. Emang gini ohh kalau posisi ini aaahhh" iseng kenaikkan tempoku ketika ia berbicara.
Tak kujawab, kecepatan kunaikkan. Ia mulai tak bisa mengontrol diri. Aku heran juga kenapa masih bertahan. Sambil kumainkan payudaranya, kutarik tubuh Dokter Ara sedikit naik, ia tak lagi menungging. Kugenjot terus. Ia mulai berteriak.
"Oohhhhhh enak massss"
"Ohhh mainin pentilku mainin ohhhh ssshhh"
"Iya gitu aaaah massss ohhh"
"Awwww tanganmu ohhhhh massss"
Aku sengaja memainkan klitorisnya. Si johny tetap memompa, klitorisnya dalam penguasaan jari-jariku. Ia nampak kesulitan menahan tubuhnya. Terlalu nikmat mungkin. Vaginanya sudah tak karuan bentuknya.
"OOOOHHHHHHHHHHHH" vaginanya menyembur lagi. Ia squirt lagi.
Penisku terlepas. Kami ngos-ngosan. Tak lama, kumasukkan lagi penisku. Kugenjot lagi. Tempo kunaikkan. Ia masih dalam posisinya. Lebih cepat. Lebih cepat. Dan serrrrr. Lagi. Begitu terus kami ulangi. Lepas. Masuk lagi. Genjot lagi. Sembur lagi. Lantai sudah ikut banjir, seperti vaginanya. Begitu terus. Kami mengulanginya hingga 5 kali dan aku makin tak kuat menahan orgasme. Kugenjot lebih cepat. Tubuhku membungkuk, mencari-cari bibirnya. Kami berciuman meski agak kesulitan. Aku tak peduli ia squirt lagi atau tidak, aku harus segera mengeluarkan spermaku. Benar-benar kecepatan tinggi, posisi tubuh kami juga tak karuan.
"Oohhh Bu Dokter aahh" aku mulai mengerang
"Terus masss ohhhhh jangan dilepas"
"Kamu binal Ohhhh shhhh"
"Terus mass shhh aku mau pejuhmu ohhhh aku mau kontolmu ohhhh"
Aku tak mampu berbicara lagi. Fokus. Genjot. Genjot. Genjot. Ada yang ingin keluar sepertinya.
"Bu Dokter ohhhh Dokk aaah aahhh OOHHHHHHHHHHHH" kuhentakkan penisku. Aku tak peduli apakah ia nyaman atau tidak. Nafsu sudah tak karuan lagi. Pandanganku gelap. Aku goyah. Semoga saja tubuh ini tak ambruk.
"Masssssss Ohhhhhhhh" samar-samar kudengar ia juga berteriak. Mungkin ia orgasme juga, aku tak tahu.
Kami limbung. Entah bagaimana caranya, kami ambruk di sofa. Masih dalam posisi tadi, aku menindih Dokter Ara dengan ia membelakangiku. Penisku sudah lepas dari sangkarnya. Setelah itu, aku tak ingat apa-apa lagi.
Nampaknya kami tertidur setelah pertempuran yang melelahkan tadi. Aku membuka mata dengan sangat berat. Posisi kami sudah berubah. Masih membelakangiku, tapi ia tak kutindih lagi. Tubuh kami masih lekat, menelungkup. Setengah sadar, kukecup tengkuknya. Aku tak tahu ia sudah bangun atau belum.
"Mas, aku laper" ah ia sudah bangun ternyata.
"Jam berapa ini?" aku berusaha memulihkan kesadaran.
"Nggak tahu," ya memang tak ada alat penunjuk waktu di sekitar kami, dan terlalu malas untuk mengambil hape kami masing-masing.
"Lengket banget ya Dok" aku sengaja memancing candaan.
"Uh banget. Nggak tahu tuh kondisi kamar kayak gimana. Gara-gara kamu nih," ia mencubit lenganku.
"Aku? Siapa tadi yg bikin banjir?" aku menggodanya.
"Kamu! Kamu yang bikin aku banjir," ia kembali mencubitku.
Kami tertawa. Puas sekali rasanya. Ada pengalaman baru. Ada kenikmatan baru. Kami melampaui batas diri masing-masing. Aku tak menyangka bisa membuatnya squirt dan bertahan cukup lama dalam persetubuhan tadi. Ia pun begitu. Ternyata, selama ini ia penasaran dengan squirt dan selalu gagal saat mencoba. Baik sendiri maupun dengan laki-laki. Dan ia mendapatkannya dariku. Satu hal lagi yang dapat kubanggakan perihal kemampuan seksku. Membuat wanita squirt. Tapi kemampuan masih perlu uji coba lebih lanjut. Harus dibuktikan dengan wanita-wanita lain juga Hehehe.
Kami memutuskan keluar mencari makan. Tentu setelah mandi. Bayangkan, entah cairan apa saja yang ada di tubuh kami. Mulai dari keringat, air liur, hingga cairan vagina Dokter Ara. Dan memberi kesempatan kepada housekeeping apartmen untuk membersihkan kamar kami. Aku tak peduli apa yang ada di pikirannya. Pasti mereka juga paham.
Kembali ke hotel, kami memutuskan untuk tidur. Rasanya tak ada tenaga lagi untuk bercinta setelah habis-habisan petang tadi. Setelah dikalkulasi, 2 jam lamanya kami bercinta. Saling memuaskan, saling mencari kenikmatan. Selalu ada pengalaman baru ketika bersetubuh dengan Dokter Ara. Hari ini aku belajar membuatnya squirt, dan ini juga pengalaman pertama baginya. Kami juga mencoba posisi doggy style, yang ternyata cukup nikmat meski amat melelahkan. Apalagi dilakukan dengan setengah berdiri. Petualangan bersama Dokter Ara benar-benar menakjubkan.
Aku tak akan menceritakan lagi detil persetubuhan kami selama 2 hari kemudian. Kami justru hanya bercinta 2 kali setelahnya. Dengan variasi gaya yang sudah kami coba sebelumnya. Tidak ada yang baru, tapi kenikmatannya tetap luar biasa. Kami lebih banyak jalan-jalan menikmati Kota S dan bermesraan di kamar. Berbincang tentang apapun, kami mengenal diri masing-masing lebih dekat. Aku akhirnya tahu bahwa sebenarnya ia puas-puas saja dengan permainan seks suaminya. Namun ia memang tipe wanita petualang yang selalu ingin merasakan sensasi lain dalam bercinta. Suaminya juga mengakui betapa besar nafsu yang dimilikinya hingga seringkali kewalahan melayani.
Aku rasa aku juga begitu jika jadi suaminya. Ia tak tahu apakah suaminya curiga atau tidak selama mereka berjauhan bagaimana Dokter Ara memenuhi kebutuhan biologisnya. Rutin seminggu dua kali mereka melakukan video call yang tentunya ada agenda saling memuaskan di dalamnya. Kata Dokter Ara, sebenarnya ia tak terlalu suka, tapi ini dilakukan untuk meminimalisir kecurigaan suaminya karena sang suami paham besarnya nafsu yang ia miliki. Hubungan yang aneh. Dan inilah pelampiasannya.
Bersambung
Jangan lupa baca cerita enak lainnya.
- Hasrat Liar Sang Istri
- Harta Tahta Janda
- Gairah Wanita Idaman
- Asmara Dalam Asrama
- Sang Penjajah Wanita
- Hasrat Janda Anak Satu (TamaT)
- Pesona Liar Sang Pelakor (TamaT)
- Ada Nikmat Di Pesantren (TamaT)
- Pacarku Berubah Cantik (TamaT)
- Gairah Liar Nayla (TamaT)
- Lorong Hitam Kenikmatan (TamaT)
- Kenikmatan Sang Perawan (TamaT)
- Hasrat Nikmat Di Sekolah (TamaT)
Dijamin Nikmat dan Enak Dibaca
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved