Bab 11 Selir yang Licik

by Eleven Xiao 21:41,Sep 20,2023
"Baik, mohon Pangeran dan Selir bersiap untuk upacara pernikahan," ucap makcomblang segera.

"Pangeran, berdasarkan aturan yang berlaku, kamu hanya boleh mengadakan upacara pernikahan ketika menikah dengan permaisuri. Saat menikahi selir, upacara pernikahan tidak boleh diadakan," ucap Yun Ruoyue dengan nada dingin.

Tindakan Chu Xuanchen ini sama sekali tidak menganggapnya sebagai istri, seolah-olah menamparnya di depan umum.

"Oh, ya? Aku tetap mau menjalani upacara pernikahan dengan Rou'er. Apa yang bisa kamu lakukan?" Chu Xuanchen akhirnya tidak tahan lagi. Dia berteriak ke arah Yun Ruoyue, lalu menarik Nangong Rou dan bersiap untuk menjalani upacara pernikahan.

Melihat suaminya yang kesal, Yun Ruoyue tidak berbicara lagi untuk sementara waktu. Dia tahu kapan waktu yang tepat untuk berhenti.

Dia sudah membuat mereka kesal begitu lama dan melampiaskan amarah. Ini sudah saatnya bagi Yun Ruoyue untuk kembali.

Melihat situasi itu, makcomblang segera berkata, "Penghormatan pertama untuk langit dan bumi, penghormatan kedua untuk leluhur ...."

Di tengah ucapan selamat orang-orang, pasangan baru ini telah menyelesaikan upacara pernikahan mereka. Chu Xuanchen menatap ke arah Nangong Rou dengan lembut, sementara Nangong Rou menatapnya dengan obsesif melalui kerudung pengantin, seolah-olah mereka tidak ada orang lain di sini.

Pada saat ini, makcomblang membawakan secangkir teh, lalu menyerahkannya kepada Nangong Rou.

Nangong Rou menerima cangkir itu, lalu menarik napas dalam-dalam. Dia berjalan ke hadapan Yun Ruoyue, lalu menyerahkan cangkir teh itu kepadanya. "Kak, silakan minum teh."

"Terima kasih, Dik. Setelah aku meminum teh ini, kamu sudah bisa dianggap bagian dari kediaman pangeran. Kamu baru bergabung di sini dan tidak mengerti banyak hal. Tapi, jangan khawatir, aku akan memberimu banyak nasihat ke depannya."

Setelah Yun Ruoyue selesai berbicara dan hendak menerima cangkir teh, dia tiba-tiba merasakan sakit nyeri di pergelangan tangannya. Ketika melihatnya, pergelangan tangannya ternyata sudah berdarah.

Saat melihat lebih dekat, ternyata ada bekas pisau tajam di pergelangan tangannya.

Dia melirik ke arah Nangong Rou dengan tatapan dingin. Pasti wanita inilah yang melakukannya. Pasti ada pisau tersembunyi di lengan bajunya dan dia mengambil kesempatan untuk menyayatnya tadi.

Nangong Rou berbuat demikian pasti karena ingin membuatnya kesal, membuatnya marah, menggila, dan membuat onar di depan umum. Kemudian, akhir dari Yun Ruoyue pasti akan buruk, entah dicekik sampai mati oleh Pangeran Li atau diberi hukuman cambuk.

Tidak mungkin bagi Yun Ruoyue untuk menunjukkan pergelangan tangannya kepada semua orang dan memberi tahu mereka bahwa pergelangan tangannya telah disayat oleh Nangong Rou.

Tidak akan ada yang memercayainya di sini. Semua orang akan mengira bahwa Yun Ruoyue telah menyayat pergelangan tangannya sendiri untuk memfitnah Nangong Rou. Itu sebabnya, dia hanya menekan pergelangan tangannya dengan dingin dan tidak menerima cangkir tehnya.

Melihat situasi ini, Nangong Rou mendongak dan bertanya, "Kak, kenapa? Apa kamu tidak ingin meminum teh dariku?"

"Bukan, berdasarkan aturan yang berlaku, kamu masih belum berlutut di hadapanku," ucap Yun Ruoyue dengan nada dingin.

"Yun Ruoyue, apa kamu mencari mati?" Melihat wanita kesayangannya ditindas seperti itu, Chu Xuanchen ingin sekali mencekik leher wanita itu.

Nangong Rou segera menahannya dan tidak mempersulit pangeran. "Pangeran, perkataan kakak benar. Sebagai selir, aku sudah sepantasnya berlutut dan menyuguhkan teh untuk kakak."

Usai mengatakan itu, sepasang mata indahnya menyapu cangkir teh di tangannya dengan dingin. Cangkir ini dibuat dari khusus dengan tanah liat sehingga meskipun air di dalamnya sangat panas, bagian luar cangkir tidak akan terasa panas sedikit pun.

Ketika dayangnya, Dan'er, sedang menuangkan teh barusan, dia sengaja memilih teko teh yang paling panas. Bukankah Yun Ruoyue ingin mempersulitnya? Kalau begitu, dia akan sengaja menjatuhkan cangkir dan membuatnya terciprat air panas!

Memikirkan hal itu, Nangong Rou menahan segala macam penghinaan dan berlutut di depan Yun Ruoyue dengan lembut. Kemudian, dia menyuguhkan cangkir teh tersebut. "Kak, silakan minum teh."

"Terima kasih, Dik."

Usai mengatakan itu, Yun Ruoyue hendak mengulurkan tangan dan menerima cangkir.

Di momen itu, Nangong Rou buru-buru melepaskan cangkir.

Yun Ruoyue tahu bahwa wanita ini sangat licik dan berniat jahat, tidak seperti penampilannya yang lembut dan baik hati. Itu sebabnya, Yun Ruoyue sudah waspada.

Momen ketika melihat Nangong Rou melepaskannya, dia tiba-tiba berteriak, lalu mendorong cangkir teh ke arah Nangong Rou. Seluruh sosok Yun Ruoyue melompat, lalu dia melanjutkan, "Panas sekali. Adik, kamu ingin membakar kulitku, ya?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

2988