Bab 18 Pangeran dan Nyonya, Silakan Lanjutkan

by Eleven Xiao 21:41,Sep 20,2023
Segera, dayang itu membawa Yun Ruoyue ke pintu masuk gedung utama Paviliun Xingchen. Mo Li melihat Yun Ruoyue memegang beberapa bendera di tangannya dan berjalan dengan santai di belakang, seolah-olah sedang berjalan di pekarangan rumah sendiri. Sudut bibir Mo Li sontak berkedut.

Permaisuri menjadi cantik. Dia bahkan sudah tidak mengenakan penutup wajah ketika bepergian. Dia berjalan dengan penuh percaya diri dan sama sekali tidak rendah hati seperti sebelumnya. Perubahan ini benar-benar terlalu besar.

Melihat permaisuri yang hendak membawa bendera masuk ke paviliun, Mo Li pun mengadang dengan dingin. "Permaisuri, benda ini tidak boleh dibawa masuk."

"Bendera ini untuk menyemangati pangeran. Ini bukan senjata, loh. Malam ini, dia akan tidur dengan istri baru. Sebagai permaisuri, aku tentu harus menyemangati mereka. Kenapa? Apa aku bahkan tidak punya hak ini?" Yun Ruoyue tampak berkedip.

Saat dia berkedip, sepasang mata gelap memancarkan cahaya licik, yang terlihat sedikit lucu dan membuat Mo Li mundur ke belakang.

"Anda tentu berhak, hanya saja ... ini agak aneh."

"Kalau tidak boleh membawa ini, aku tidak mau masuk untuk melayani mereka." Usai mengatakan itu, Yun Ruoyue tampak berbalik dan hendak pergi.

Tepat pada saat ini, suara Chu Xuanchen yang dingin terdengar dari dalam. "Siapa yang berisik di luar? Apakah Yun Ruoyue? Kalau iya, cepat masuk."

"Ini aku. Pangeran, aku akan masuk sekarang." Yun Ruoyue melambai ke arah kamar, seolah-olah hendak pergi berlibur.

Kemudian, dia membuka pintu dan menyelinap masuk.

Ketika Mo Li melihat ini, dia hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Beberapa bendera itu seharusnya tidak bisa melukai pangeran.

Pada saat yang sama, dia juga merasa sangat penasaran. Untuk apa permaisuri membawa beberapa bendera itu masuk?

Perubahan yang terjadi pada permaisuri sekarang sangatlah aneh. Jika ini terjadi di masa lalu, ketika tahu bahwa pangeran akan tidur dengan wanita lain, dia pasti sangat sedih atau melempar barang saking emosinya. Melihat Yun Ruoyue yang begitu senang, Mo Li bahkan sangat kebingungan.

Begitu Yun Ruoyue masuk ke kamar, dia melihat Chu Xuanchen dan Nangong Rou tengah duduk dalam di tirai kasa. Tirai kasanya agak kabur. Dari sisinya, dia bisa melihat sosok berpakaian merah muda bersandar pada pelukan sesosok berpakaian hitam.

Yun Ruoyue hendak berjalan ke depan tirai kasa. Tiba-tiba, Chu Xuanchen berteriak dengan dingin, "Berhenti, berdiri saja di sana. Kalau aku dan nyonya membutuhkan sesuatu, kami akan memanggilmu."

"Benarkah? Kalau begitu, Pangeran dan Nyonya, silakan lanjutkan." Yun Ruoyue tampak mengangkat alis.

Chu Xuanchen terdiam karena kata-katanya. Dia mengira bahwa wanita ini akan sangat sedih, bahkan emosi. Tidak disangka, Yun Ruoyue ternyata begitu tenang.

Dia memanggilnya kemari untuk mempermalukannya. Chu Xuanchen tidak akan memperlakukannya dengan baik.

Dia berkata dengan nada dingin, "Nyonya sudah haus. Cepat suguhkan teh untuknya!"

"Baiklah." Yun Ruoyue meletakkan bendera di meja dan mulai menuangkan teh.

Tirai kasa sangat kabur sehingga Chu Xuanchen mungkin tidak melihat benderanya.

Setelah dia selesai menuangkan teh, Yun Ruoyue berjalan ke tirai kasa dan membukanya dengan lembut.

Begitu dia membukanya, dia melihat wajah Chu Xuanchen yang sangat kejam, tetapi juga sangat tampan. Matanya menatapnya dengan dingin. Hanya dengan pandangan sekilas, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang, seolah-olah akan melompat keluar kapan pun.

"Nyonya, silakan minum teh." Yun Ruoyue menyajikan teh dengan patuh.

Nangong Rou takut bahwa Yun Ruoyue akan menuangkan tehnya lagi sehingga jatuh dalam pelukan Chu Xuanchen dengan waspada. Wanita yang memiliki sepasang mata besar yang cantik itu berkata, "Kak, jangan. Kamu adalah permaisuri, bagaimana boleh menyuguhkan teh untukku."

Usai mengatakan itu, dia menoleh ke arah Chu Xuanchen dan berkata, "Chen, suruh kakak keluar. Ini terlalu mempersulitnya."

"Tidak apa-apa. Sama sekali tidak sulit. Yang penting Adik senang," ucap Yun Ruoyue seraya tersenyum.

Begitu melihatnya senyum, amarah pun membeludak di dada Chu Xuanchen, Dia merasa bahwa senyuman Yun Ruoyue seperti sedang mengejeknya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

2988